Sabtu, 01 Mei 2021

Kemenkes Ungkap Faktor Penyebab Munculnya Klaster Bukber-Tarawih

 Kementerian Kesehatan mengkhawatirkan kemunculan klaster penularan buka bersama dan tarawih di bulan Ramadhan bisa menyebabkan super spreader virus Corona. Terlebih kedua agenda tersebut biasanya menjadi ajang berkumpulnya orang-orang dari berbagai tempat.

"Beberapa minggu ini muncul berbagai klaster seperti klaster perkantoran, klaster buka bersama (bukber), klaster tarawih di Banyumas, klaster mudik di Pati, dan klaster takziah di Semarang," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.


Saat mengadakan kegiatan buka bersama, otomatis banyak yang melepas masker untuk makan. Melepas masker sambil makan dan berbicara tentu meningkatkan risiko keterpaparan.


"Pada prinsipnya, berbicara pada saat makan bersama menjadi faktor yang sangat memungkinkan terjadinya penularan virus Corona," ujar Nadia.


Selain itu Nadia juga mengungkap ketidakpatuhan terhadap prokes dan mengabaikan kesehatan menjadi faktor adanya klaster baru penularan COVID-19.


Ia mencontohkan kejadian di Banyumas, di mana 51 orang tertular Corona dari 1 jamaah yang positif COVID-19 namun tetap memaksakan diri ke masjid.


"Kita juga harus tahu, kalau dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, ya sebaiknya tidak atau menunda sampai kemudian kita sehat untuk berangkat salat tarawih ataupun melakukan aktivitas bersama salat berjamaah lainnya."

Makan di restoran punya risiko tinggi penularan

Sebuah studi juga menunjukkan makan di restoran memiliki risiko sedang-tinggi untuk penularan virus Corona. Ini disebabkan karena orang-orang cenderung berlama-lama dan bisa menyebabkan droplet menyebar di seluruh ruangan.


Orang-orang cenderung ingin berlama-lama di restoran. Jadi, meski jaraknya sudah diatur, durasi berbicara terus bertambah dan virus bisa saja menyebar lewat droplet yang keluar dari mulut.

https://tendabiru21.net/movies/krampus-origins/


Dancing Plague, Wabah Misterius yang Bikin Orang Menari Hingga Tewas


Dancing plague atau wabah menari merupakan wabah yang terjadi pada Juli 1518 di Strasbourg, Prancis. Wabah misterius ini telah menyebabkan ratusan orang yang terinfeksi menari tanpa henti sepanjang musim panas.

Peristiwa tersebut dimulai ketika seorang wanita bernama Frau Trofetta menari di tengah banyak orang yang menontonnya. Tariannya tersebut berlangsung hingga enam hari kemudian tanpa henti, sampai sejumlah orang ikut menari bersama.


Mengutip RD News Now, pada Agustus 1518, korban wabah menari ini telah berjumlah 400 orang. Para dokter setempat dibuat kebingungan oleh wabah yang menyerang daerah tersebut. Namun, dokter menyatakan bahwa wabah tersebut muncul akibat darah yang terlalu panas di otak.


Para dokter dan pemerintah setempat pun setuju bahwa satu-satunya cara untuk mengatasi wabah tersebut adalah dengan terus menari. Bahkan, dikutip dari The Guardian, pemerintah setempat menyediakan panggung khusus mereka yang terinfeksi wabah menari beserta alat musik untuk mengiringi tariannya.


Akibat tarian yang tak ada ujungnya itu, para penari mulai pingsan karena kelelahan. Tak sedikit yang menari hingga meninggal lantaran terkena stroke dan serangan jantung saat menari. Setiap harinya, sebanyak 15 orang dilaporkan meninggal dunia karena gerakan konstan tanpa henti.


Setelah beberapa saat menyadari bahwa terus menari tak akan menghentikan wabah tersebut, pemerintah setempat akhirnya mencari jawaban lain. Mereka percaya bahwa wabah menari muncul sebagai kutukan ke masyarakat di kota tersebut.


Pada bulan September, dance plague atau wabah menari akhirnya berhenti menyebar dan orang-orang kembali ke kehidupan normal. Ternyata, peristiwa serupa tidak hanya terjadi di Prancis.


Faktanya, setidaknya sebanyak 10 wabah menari pernah terjadi di dunia. Hingga saat ini, tidak diketahui apa yang menyebabkan mengapa fenomena wabah menari bisa terjadi.


Namun, beberapa teori yang dipercaya adalah wabah menari muncul karena wabah psikologis yang disebabkan oleh stres akibat penyakit dan kelaparan yang melanda daerah tersebut pada saat itu dan karena konsumsi jamur beracun yang menyebabkan halusinasi dan kejang.

https://tendabiru21.net/movies/in-the-name-of-the-father/

Terlalu Lama Menunggu Kremasi, Jenazah COVID-19 Dicabik Anjing Liar

  Kisah pilu lagi-lagi terjadi di India. Di tengah duka kehilangan kerabat akibat COVID-19, jenazah seorang pasien Corona dicabik anjing liar.

Dikutip dari laman The Hindu, seorang pria berusia 51 tahun yang meninggal akibat virus Corona tengah berada dalam antrean di krematorium Hindon.


Seorang kerabat mengatakan pria yang bekerja sebagai pegawai pengadilan di distrik Ghaziabad, India, ini positif COVID-19 pada Kamis pekan lalu. Kondisinya kian memburuk sehingga ia harus dirawat di RS Santosh Medical College pada Sabtu.


Di rumah sakit, ada tanda-tanda perbaikan dengan tingkat oksigennya mencapai 80 persen setelah sebelumnya hanya 40 persen. Namun dalam beberapa jam, tingkat oksigennya menurun menjadi 30 persen dan pria itu mengalami serangan jantung.


Tak lama kemudian dokter menyatakan pria itu meninggal dunia. Pihak rumah sakit pun menyerahkan jenazah yang terbungkus APD kepada pihak keluarga.

"Kami terus berusaha mencari ambulans sejak jam 1 pagi dan berhasil mendapatkan satu pada pukul 8. Kami tiba di lokasi krematorium sekitar pukul 8 lewat dan pihak di sana mengatakan jenazah akan dikremasi jam 10," kata Triloki Singh, kerabatnya.


Anggota keluarga mengatakan mereka menyimpan jenazahnya dalam antrean dan pergi berteduh. Seorang petugas krematorium memberitahu keluarga bahwa giliran mereka diundur hingga jam 6 sore karena banyaknya jenazah.


"Sekitar pukul 2 siang, seorang pejalann kaki memberi tahu kami bahwa ada seekor anjing liar sedang mencabik-cabik jenazah yang sedang mengantre, bahkan hingga menggerogoti wajahnya," tuturnya lagi.


Para keluarga yang sedang berteduh pun bergegas menuju antrean. Betapa terkejutnya ketika mereka menemukan bahwa jenazah kerabatnya telah dicabik oleh anjing.


"Kami sangat sedih, segera mengangkat masalah ini dengan staf administrasi distrik di Hindon. Akhirnya jenazah segera dikremasi pada pukul 15.30."


Pihak terkait berjanji memagari lingkungannya untuk menghindari hewan liar.

https://tendabiru21.net/movies/your-name-engraved-herein/


Kemenkes Ungkap Faktor Penyebab Munculnya Klaster Bukber-Tarawih


Kementerian Kesehatan mengkhawatirkan kemunculan klaster penularan buka bersama dan tarawih di bulan Ramadhan bisa menyebabkan super spreader virus Corona. Terlebih kedua agenda tersebut biasanya menjadi ajang berkumpulnya orang-orang dari berbagai tempat.

"Beberapa minggu ini muncul berbagai klaster seperti klaster perkantoran, klaster buka bersama (bukber), klaster tarawih di Banyumas, klaster mudik di Pati, dan klaster takziah di Semarang," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 dari Kemenkes Siti Nadia Tarmizi.


Saat mengadakan kegiatan buka bersama, otomatis banyak yang melepas masker untuk makan. Melepas masker sambil makan dan berbicara tentu meningkatkan risiko keterpaparan.


"Pada prinsipnya, berbicara pada saat makan bersama menjadi faktor yang sangat memungkinkan terjadinya penularan virus Corona," ujar Nadia.


Selain itu Nadia juga mengungkap ketidakpatuhan terhadap prokes dan mengabaikan kesehatan menjadi faktor adanya klaster baru penularan COVID-19.


Ia mencontohkan kejadian di Banyumas, di mana 51 orang tertular Corona dari 1 jamaah yang positif COVID-19 namun tetap memaksakan diri ke masjid.


"Kita juga harus tahu, kalau dalam kondisi kesehatan yang kurang baik, ya sebaiknya tidak atau menunda sampai kemudian kita sehat untuk berangkat salat tarawih ataupun melakukan aktivitas bersama salat berjamaah lainnya."

https://tendabiru21.net/movies/street-fighter-2/