Selasa, 25 Mei 2021

Demi Keselamatan Anak, Peritel di Australia Tarik Apple AirTag

 Pada bulan April lalu Apple merilis AirTag yang memiliki fungsi untuk membantu melacak dan menemukan item dengan aplikasi Find My Apple. Memiliki bentuk bulat menyerupai pin dengan bobot yang sangat ringan, sebab itu perangkat ini dapat dipasang di dompet, kunci, ransel, atau barang lainnya.

AirTag memiliki penutup yang dapat dilepas untuk memudahkan pengguna mengganti baterai. Apple mengatakan baterai yang terpasang memiliki umur satu tahun.


Namun ternyata keputusan Apple membuat baterai di AirTag yang dapat dilepas menimbulkan beberapa kontroversi, yakni masalah keselamatan anak. Menurut laporan dari Gizmodo, t peritel asal Australia Officeworks telah menarik AirTag dari toko mereka.


Meskipun perusahaan tidak menyebutkan alasannya, komentar yang dibuat di subreddit r / Australia mengungkap bahwa hal itu karena masalah keselamatan anak.


Pengecer kemudian mengonfirmasi bahwa aksesori tersebut telah ditarik namun tidak menyebutkan alasan jelasnya. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa mereka menunggu panduan dari Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (Competition and Consumer Commission).


Apple telah menanggapi kekhawatiran tersebut dengan mengatakan bahwa AirTag dirancang untuk memenuhi standar keselamatan anak internasional.


"AirTag dirancang untuk memenuhi standar keselamatan anak internasional, termasuk yang ada di Australia, dengan memerlukan mekanisme dua langkah dorong-dan-putar untuk mengakses baterai yang dapat diganti pengguna." tulis pernyataan Apple seperti dilansir detiKINET dari Ubergizmo.


"Kami mengikuti peraturan dengan cermat dan bekerja untuk memastikan bahwa produk kami akan memenuhi atau melampaui standar baru, termasuk untuk pelabelan kemasan, jauh sebelum jadwal yang disyaratkan." lanjutnya.

https://movieon28.com/movies/as-if-it-were-raining/


Roket SpaceX Mendarat Selamat Tanpa Meledak untuk Pertama Kalinya


 SpaceX berhasil meluncurkan dan mendaratkan prototipe roket Starship untuk pertama kalinya dalam uji terbang pada Rabu (5/5) waktu Amerika Serikat bagian timur.

Roket prototipe Starship SN15 meluncur pada pukul 18.24 waktu setempat dari fasilitas SpaceX di Boca Chica, Texas. Roket ini kemudian terbang hingga ketinggian hampir 10 km dan melakukan beberapa manuver di udara.


Setelah mencapai puncak ketinggian, tiga mesin Raptor yang digunakan SN15 perlahan dimatikan untuk memulai terjun bebas secara horizontal ke Bumi. Mendekati daratan, dua mesin kembali dinyalakan untuk melakukan manuver yang mengubah orientasi roket ke posisi vertikal sebelum mendarat.


Roket Starship SN15 kemudian mengeluarkan kaki-kakinya dan mendarat dengan mulus di landasan. Ini menjadi roket Starship pertama yang berhasil mendarat dengan utuh tanpa ledakan.


Setelah mendarat ada percikan api yang muncul di bagian bawah roket. Teknisi SpaceX John Insprucker mengatakan hal ini wajar mengingat bahan bakar metana yang dibawa roket, dan api ini langsung padam tidak lama kemudian.


"SpaceX landing nominal," cuit CEO SpaceX Elon Musk tujuh menit setelah SN15 berhasil mendarat, seperti dikutip dari The Verge, Kamis (6/5/2021). Nominal adalah istilah industri antariksa yang berarti semua berjalan sesuai rencana.

Sebelumnya, empat prototipe roket SpaceX yang terbang dalam uji coba high-altitude meledak saat proses pendaratan. SN8 dan SN9 meledak saat proses pendaratan, SN10 meledak beberapa menit setelah mendarat, dan SN11 meledak beberapa saat sebelum mendarat.


Sistem roket Starship dirancang untuk mengirimkan manusia dan 100 ton kargo ke Bulan dan Mars. Beberapa minggu sebelumnya, NASA memberikan kontrak sebesar USD 2,9 miliar bagi SpaceX untuk menggunakan Starship dalam misi Artemis yang akan membawa astronaut kembali ke Bulan pada tahun 2024.


Tapi sebelum berhasil mengantarkan astronaut ke Bulan, SpaceX harus menunjukkan bahwa Starship bisa mengisi ulang bahan bakarnya di orbit sebelum terbang ke permukaan Bulan, dua hal yang tidak pernah dilakukan oleh perusahaan swasta sebelumnya.


Roket Starship yang digunakan ke Bulan juga harus bisa menggunakan mesin pendorong yang berbeda untuk mendaratkan roket secara perlahan di permukaan Bulan.

https://movieon28.com/movies/the-return-of-ringo/

Masker Sekali Pakai Mengandung Polutan Berbahaya

  Para ilmuwan di Swansea University menemukan kandungan polutan kimia yang dilepaskan dari masker sekali pakai saat terendam air. Polutan ini berpotensi bahaya dan mencemari lingkungan.

Penelitian ini menyebutkan sejumlah polutan tingkat tinggi, antara lain termasuk timbal, antimon, dan tembaga, serta kandungan di dalam serat plastik dan berbasis silikon dari masker wajah sekali pakai.

https://movieon28.com/movies/lustful-life-night-make-me-wet/


Dikutip dari Live Mint, studi ini didukung oleh Institute for Innovative Material, Processing and Numerical Technologies (IMPACT) dan SPECIFIC Innovation & Knowledge Center.


"Kita semua harus tetap memakai masker karena sangat penting dalam mengakhiri pandemi. Tetapi kita juga sangat membutuhkan lebih banyak penelitian dan regulasi tentang produksi masker, sehingga kita dapat mengurangi risiko apa pun terhadap lingkungan dan kesehatan manusia," kata pimpinan proyek penelitian Dr Sarper Sarp dari Swansea University College of Engineering.


Dalam studi ini, peneliti menggunakan berbagai masker mulai dari masker wajah biasa, hingga masker untuk anak-anak yang saat ini banyak dijual di gerai ritel di Inggris.


Peningkatan penggunaan masker sekali pakai, dan limbah terkait, akibat pandemi COVID-19 telah didokumentasikan sebagai penyebab baru polusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan langsung ini dengan investigasi untuk mengidentifikasi tingkat zat beracun yang ada.


Temuan ini mengungkapkan tingkat polutan yang signifikan di semua masker yang diuji dengan mikro/nanopartikel dan logam berat yang dilepaskan ke dalam air selama semua pengujian.


Para peneliti menyimpulkan, polutan ini akan berdampak substansial terhadap lingkungan, dan kekhawatiran akan potensi kerusakan pada kesehatan masyarakat.


Mereka memperingatkan paparan berulang dapat berbahaya karena zat yang ditemukan memiliki kaitan dengan kematian sel, genotoksisitas dan pembentukan kanker.


Untuk mengatasi hal ini, tim menyarankan penelitian lebih lanjut dan peraturan lebih lanjut untuk diterapkan dalam proses pembuatan dan pengujian masker sekali pakai.


"Produksi masker wajah berbahan plastik sekali pakai (DPF) di China saja telah mencapai sekitar 200 juta sehari, dalam upaya global untuk mengatasi penyebaran virus SARS-CoV-2. Namun proses produksinya tidak tepat dan tidak diatur pula diatur mengenai pembuangan DPF ini, sehingga memunculkan masalah polusi plastik yang sudah lama kita hadapi, dan ini akan terus meningkat," kata Sarp.


"Ada sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa limbah DPF berpotensi memiliki dampak lingkungan yang besar dengan melepaskan polutan hanya dengan memaparkannya ke air. Banyak polutan beracun yang ditemukan dalam penelitian kami memiliki sifat bio-akumulatif saat dilepaskan ke lingkungan dan temuan kami menunjukkan bahwa DPF dapat menjadi salah satu sumber utama kontaminan lingkungan ini selama dan setelah pandemi COVID," sambungnya.


Oleh karena itu, disebutkan Sarp, diperlukan peraturan yang lebih ketat dalam pembuatan dan pembuangan atau daur ulang DPF untuk meminimalkan dampak lingkungan. Selain itu, dibutuhkan pula pemahaman terhadap dampak pencucian partikel tersebut pada kesehatan masyarakat. Salah satu perhatian utama dengan partikel ini adalah, polutan ini mudah terlepas dari masker dan larut ke dalam air.


"Oleh karena itu, penyelidikan lengkap diperlukan untuk menentukan jumlah dan potensi dampak partikel-partikel ini yang masuk ke lingkungan, dan tingkat yang dihirup oleh pengguna selama pernapasan normal. Ini merupakan perhatian yang signifikan, terutama bagi para profesional perawatan kesehatan, pekerja, dan anak-anak yang diharuskan memakai masker saat bersekolah," tutupnya.

https://movieon28.com/movies/amor-y-medias/