Sabtu, 29 Mei 2021

Fakta di Balik Viral Vaksin COVID-19 Mengandung Magnet

  Isu vaksin COVID-19 mengandung magnet belakangan viral beredar di media sosial. Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman ikut menanggapi, menegaskan hal tersebut hoax, alias tak mungkin terjadi.

Sederhananya, usai divaksinasi Corona, para vaksinator kerap menempelkan plester atau 'band aid'. Kemungkinan besar, hal ini bisa memicu koin menempel pada tangan pasca divaksinasi.


"Kalau bicara koin bisa nempel di badan setelah vaksin itu bukan hal yang aneh, bukan karena vaksinnya. Itu karena kita tahu setelah divaksin itu biasanya tenaga medis kan menempelkan plester atau band aid," bebernya kepada detikcom Jumat (28/5/2021), meluruskan isu vaksin COVID-19 mengandung magnet.


"Itu ketika misalnya dicabut ya itu pasti ada residunya atau bekas rekatan apalagi kalau misalnya berkeringat," sambungnya.


Kemungkinan lain yang disinggung Dicky soal isu vaksin COVID-19 mengandung magnet adalah saat seseorang berkeringat. Keringat memungkinkan benda termasuk berbahan logam menempel di kulit tubuh, karena kondisi badan tengah lembap.


Hal tersebut jelas lebih masuk akal ketimbang mempercayai narasi hoax yang menyebutkan vaksin COVID-19 mengandung magnet.


"Kita ketika kecil kan suka main nih misalnya koin ditempelkan di kening. Menempel di kening, tapi bukan karena ada magnet, atau misalnya wajah muka berminyak nih, nempel di pipi nih, bukan karena ada magnet di pipi saya," jelas Dicky dalam keterangan video, sambil memperagakan kemungkinan yang terjadi.


"Karena itu ada minyak," tutupnya.


Diberitakan sebelumnya, pakar biologi seluler menegaskan tidak mungkin magnet menjadi salah satu kandungan di dalam vaksin COVID-19. Dikutip dari covid19.go.id, vaksin COVID-19 pada dasarnya terdiri dari protein dan lipid, garam, air, dan bahan kimia untuk menjaga pH.


Hoax vaksin COVID-19 mengandung magnet mulanya berawal dari sebuah video seseorang yang disebut-sebut melakukan eksperimen dengan menempelkan logam usai vaksinasi. Dalam narasi video tersebut, logam yang menempel di tangan pasca divaksinasi diyakini imbas kandungan magnet di dalam vaksin COVID-19.

https://maymovie98.com/movies/robinson-and-his-tempestuous-slaves/


Teori Kebocoran Lab Wuhan di Balik Tabir Asal-usul COVID-19


Asal-usul SARS-CoV-2, virus Corona penyebab pandemi COVID-19, masih gelap. Para ilmuwan masih galau di antara dua teori utama: muncul secara alami atau bocor dari laboratorium.

Kedua teori tersebut, menurut para ilmuwan, sama-sama memungkinkan. Amerika Serikat sampai melibatkan intelijen untuk meneliti lebih jauh kemungkinan mana yang paling kuat.


Belakangan ini, teori kebocoran laboratorium kembali jadi sorotan. Beberapa fakta terkait teori tersebut adalah sebagai berikut.


1. Apa itu teori kebocoran lab?

Teori kebocoran lab atau lab leak theory merujuk pada kemungkinan virus Corona lepas secara tidak sengaja dari laboratorium, dan bukan muncul secara alami dari hewan lalu menulari manusia. Para pendukung teori ini menudung Wuhan Institute of Virology (WIV), tempat para ilmuwan meneliti SARS-CoV-1 pada kelelawar yang mewabah pada 2002.


Dikutip dari Sky, para ilmuwan bereksperimen dengan virus hidup di laboratorium ini. Lokasinya tidak terlalu jauh dari pasar Huanan, tempat kasus pertama diyakini muncul.


Sebagian besar pendukung teori ini meyakini kebocoran terjadi karena tidak sengaja akibat human error, bukan seperti teori konspirasi yang juga beredar.

https://maymovie98.com/movies/rings/

Lonjakan COVID-19 Masih Disorot, Rujukan ke RS di Kudus Dibatasi

 Kabupaten Kudus menjadi fokus penanganan COVID-19 di Jawa Tengah karena lonjakan kasus baru yang meningkat. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo pun meminta daerah lainnya siaga untuk memberikan bantuan.

"Sejak Senin lalu kami rapatkan dan saya sudah kontak Bupati Kudus. Saya minta reportnya harian. Ini sedang kami pantau terus," kata Ganjar di rumah dinasnya, Jumat (28/5/2021).


Langkah penanganan di Kabupaten Kudus antara lain menambah tempat tidur di rumah sakit dan ruang isolasi termasuk tempat isolasi terpusat. Daerah lain juga siap membantu salah satunya Kota Semarang.


"Nanti dibackup dari Kota Semarang. Pak Hendi (Wali Kota Semarang) sudah siap, sehingga nanti kalau layanan publik di Kudus terkait penanganan COVID-19 tidak tertampung, maka akan kita tarik ke sini (Kota Semarang)," jelasnya.


Berbagai peralatan dan juga sumber daya manusia juga disiapkan. Penanganan juga dikoordinasikan dengan Kementrian Kesehatan hingga Kementerian Dalam Negeri.


"Mudah-mudahan bisa memenuhi. Kami juga komunikasi intens dengan Mendagri, Menkes terkait hal ini. Kami pelototin terus," katanya.

Selain Kudus, lanjut Ganjar, daerah lain ynag dipantau kasus COVID-19-nya antara lain Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Banyumas, Cilacap, Klaten dan Jepara.


"Untuk Cilacap ada varian baru. Ada permintaan dari Banyumas agar Pemprov terlibat karena keduanya bergandengan. Harapannya ada kesepakatan antara keduanya, bagaimana pergerakan orang di sana diatur. Itu penting," ujar Ganjar.


Ganjar juga mengungkapkan terimakasih kepada aparat keamanan yang ikut mengatur dengan tegas kerumunan yang terjadi.


"Saya terimakasih Kapolda, Pangdam, Kapolres, Dandim, Babinsa/Babhinkamtibmas. Ditutup. Maka saya minta ditutup. Artinya kita butuh dukungan masyarakat hari ini. Jangan sampai kasus yang terjadi di Kudus terjadi di tempat lain," imbuhnya.


Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, Yulianto Prabowo mengatakan pihaknya meminta rumah sakit di sekitar Kudus yang biasanya menjadikan Kudus tempat rujukan agar tidak melakukannya sementara ini.

"Kabupaten sekitar Kudus yang biasanya merujuk di Kudus, kita minta sementara tidak perlu di Kudus dulu," kata Yulianto di kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Tengah.


"Jadi bisa dikirim langsung ke Semarang, sehingga Kudus terjadi relaksasi ya, tidak begitu padat," imbuhnya.


Untuk diketahui, dari data corona di Kabupaten Kudus hingga Kamis (27/5) siang ada sebanyak 783 kasus terkonfirmasi positif COVID-19. Terdiri dari 261 orang dirawat di rumah sakit dan 522 menjalani isolasi mandiri.


Lalu untuk angka kematian akibat Corona selama ini ada sebanyak 586 kasus, lalu angka kesembuhan mencapai 5.524 kasus. Jika secara keseluruhan kasus Corona di Kudus mencapai 6.893 kasus.

https://maymovie98.com/movies/dracula-prisoner-of-frankenstein/


Fakta di Balik Viral Vaksin COVID-19 Mengandung Magnet


 Isu vaksin COVID-19 mengandung magnet belakangan viral beredar di media sosial. Pakar epidemiologi Universitas Griffith Australia Dicky Budiman ikut menanggapi, menegaskan hal tersebut hoax, alias tak mungkin terjadi.

Sederhananya, usai divaksinasi Corona, para vaksinator kerap menempelkan plester atau 'band aid'. Kemungkinan besar, hal ini bisa memicu koin menempel pada tangan pasca divaksinasi.


"Kalau bicara koin bisa nempel di badan setelah vaksin itu bukan hal yang aneh, bukan karena vaksinnya. Itu karena kita tahu setelah divaksin itu biasanya tenaga medis kan menempelkan plester atau band aid," bebernya kepada detikcom Jumat (28/5/2021), meluruskan isu vaksin COVID-19 mengandung magnet.


"Itu ketika misalnya dicabut ya itu pasti ada residunya atau bekas rekatan apalagi kalau misalnya berkeringat," sambungnya.

https://maymovie98.com/movies/fallen-3/