Rabu, 02 Juni 2021

Catat! Daftar Nama Baru 10 Varian Corona, Tak Lagi Pakai Nama Negara

  Varian-varian baru virus Corona sering dinamai dengan negara tempat awal teridentifikasi, misal 'varian Inggris' atau 'varian UK' untuk B117 yang pertama kali teridentifikasi di Kent. Sekarang, penamaan seperti ini diubah karena dinilai memojokkan negara tertentu.

Organisasi kesehatan dunia baru-baru ini memperkenalkan penamaan baru yang lebih 'netral' untuk varian-varian virus Corona. Tidak lagi menggunakan nama negara, melainkan alfabet Yunani seperti alfa, beta, gamma, dan seterusnya.


Tentu saja, penamaan resmi berdasarkan linieage genetik seperti B.1.1.7 tetap digunakan, tetapi terbatas di kalangan ilmiah karena susah diingat. Penamaan dengan alfabet Yunani tidak akan menggantikan sistem tersebut, melainkan lebih ditujukan hanya untuk kalangan awam.


Jadi, apa nama baru untuk 'varian Inggris' dan 'varian India'? Ini daftar lengkapnya:


Variant of Concern (VoC)

Alpha / B117 / sebelumnya disebut varian Inggris

Beta / B1351 / sebelumnya disebut varian Afrika Selatan

Gamma / P1 / sebelumnya disebut varian Brazil

Delta / B1617.2 / sebelumnya disebut varian India

Baca juga: Bukan Lagi Varian UK-India! Ini Daftar Nama Baru Varian Corona dari WHO

Variant of Interest (VoI)

Epsilon / B1427 - B1429 / pertama kali ditemukan di AS

Zeta / P2 / pertama kali ditemukan di Brazil

Eta / B1525 / pertama kali ditemukan di beberapa negara, tidak spesifik

Theta / P3 / pertama kali ditemukan di Filipina

Iota / B1526 / pertama kali ditemukan di AS

Kappa / B1617.1 / pertama kali ditemukan di India, dikenal juga sebagai 'varian India'

https://maymovie98.com/movies/mission-impossible-ghost-protocol/


Akhirnya! Vaksin Sinovac Dapat Izin Penggunaan Darurat dari WHO


Pada Selasa (1/6/2021), Organisasi Kesehatan Dunia WHO telah menyetujui vaksin Corona Sinovac untuk penggunaan darurat. Sinovac menjadi vaksin besutan China yang kedua yang mendapatkan izin dari WHO. Vaksin Sinovac masuk emergency use listing (EUL).

"WHO hari ini memvalidasi vaksin Sinovac-CoronaVac COVID-19 untuk penggunaan darurat," kata WHO dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Channel News Asia, Rabu (2/6/2021).


Dengan pemberian izin ini, WHO memberikan negara, penyandang dana, lembaga pengadaan, dan masyarakat kepastian bahwa vaksin tersebut telah memenuhi standar persyaratan internasional terkait keamanan, efikasi, dan manufaktur vaksin.


Pada bulan lalu, WHO telah memberikan persetujuan penggunaan pada vaksin Sinopharm. Saat itu, Sinopharm menjadi vaksin COVID-19 asal China pertama yang mendapat izin penggunaan darurat dari WHO.


WHO juga telah memberikan persetujuan penggunaan darurat pada beberapa vaksin lainnya, yaitu Pfizer-BioNTech, Moderna, Johnson&Johnson, dan AstraZeneca yang diproduksi di Korea Selatan, India, serta UE.


Dengan adanya persetujuan ini, membuka jalan untuk sejumlah negara untuk memberikan persetujuan impor bagi vaksin Corona dan mendistribusikannya. Terutama pada negara-negara yang sampai saat ini masih belum memiliki regulator standar internasional sendiri.


Hal ini juga membuka jalan agar vaksin Sinovac masuk dalam skema COVAX, yang memang bertujuan untuk memberikan akses dosis vaksin yang adil ke seluruh dunia.


"Dunia sangat membutuhkan banyak vaksin COVID-19 untuk mengatasi kesenjangan akses yang sangat besar di seluruh dunia," kata Asisten Direktur Jenderal WHO untuk Akses ke Produk Kesehatan Marangela Simao.


"Kami mendesak produsen untuk berpartisipasi dalam fasilitas COVAX, berbagi pengetahuan dan data mereka dan berkontribusi untuk mengendalikan pademi," lanjutnya.


Kelompok Penasihat Ahli Imunisasi WHO juga telah merekomendasikan vaksin Sinovac untuk digunakan pada usia 18 tahun ke atas. Vaksin tersebut diberikan sebanyak dua dosis dengan jarak antar suntikan selama 2-4 minggu.


"Hasil kemanjuran vaksin menunjukkan bahwa vaksin mencegah penyakit simtomatik pada 51 persen dari mereka yang divaksinasi dan mencegah COVID-19 yang parah dan rawat inap pada 100 persen dari populasi yang diteliti," jelas badan tersebut.

https://maymovie98.com/movies/mine-9/

Erick Thohir Sebut Stok Vaksin Saat Ini Cukup untuk 37,5 Juta Orang

 Sebanyak 8 juta dosis bulk vaksin COVID-19 Sinovac tiba di Indonesia pada Senin (31/5) lalu. Menteri BUMN Erick Thohir menyebut stok vaksin jadi saat ini cukup untuk disuntikkan ke 37,5 juta orang.

Adapun vaksin dalam bentuk bulk yang telah didapatkan Indonesia sebanyak 81,5 juta dosis. Bulk vaksin tersebut menghasilkan 65,5 juta dosis vaksin siap pakai setelah diolah PT Bio Farma.

https://maymovie98.com/movies/mine-2/


Menteri BUMN Erick Thohir merinci jumlah vaksin siap pakai yang dimiliki Indonesia sebanyak 75,9 juta dosis. Vaksin tersebut didapatkan dari hasil produksi bulk oleh Bio Farma ditambah dengan vaksin yang datang dalam bentuk jadi dari beberapa supplier.


"Seperti yang kita ketahui, sampai saat ini Indonesia sudah memiliki 75,9 juta (dosis) vaksin, di mana kalau satu rakyat Indonesia mempergunakan dua dosis berarti cukup untuk 37,5 juta rakyat Indonesia," ungkap Erick dikutip dalam keterangan tertulis, Selasa (1/6/2021).


Erick melanjutkan, sampai dengan akhir Mei 2021 jumlah dosis vaksin yang telah digunakan untuk vaksinasi tahap I dan II berjumlah 26,9 juta dosis.


"Hal ini tentunya akan terus kita tingkatkan karena dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, kita adalah salah satu negara ASEAN yang vaksinasinya sudah tinggi," sebut Erick.


Namun, jumlah vaksinasi Indonesia tetap perlu ditingkatkan lagi. Sebab, cakupan vaksinasi Indonesia masih di bawah negara- negara besar lainnya seperti China dan Amerika Serikat.


"Kita tahu dengan vaksinasi membantu kita mencegah penularan dan kematian akibat COVID-19. Di sisi ekonomi vaksinasi juga akan mempercepat pemulihan ekonomi. Pemerintah sejak awal konsisten dengan program Indonesia sehat, Indonesia bekerja, Indonesia tumbuh," urai Erick.


Ia menambahkan Kementerian BUMN juga terus berupaya menghadirkan vaksin Merah Putih. Kementerian BUMN telah bekerja sama dengan 5 Universitas, dan dua lembaga penelitian untuk segera membuat vaksin COVID-19 produksi lokal.

Kami juga membuka diri bekerja sama dengan pihak-pihak lainnya karena Indonesia ingin memproduksi vaksin sendiri agar tidak selamanya bergantung pada vaksin import. Kerja keras ini bisa kita lihat sampai akhir tahun ini atau tahun depan, apakah kita bisa menghadirkan vaksin Merah Putih atau vaksin kerja sama dengan pihak lain," ulas Erick.


Sementara itu, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menyampaikan ketersediaan vaksin yang ada hingga saat ini diperkirakan dapat mencukupi kebutuhan 25-30 juta dosis.


Menurut dr. Siti Nadia, kalangan lansia dan pralansia menjadi sasaran prioritas vaksinasi. Sebab, mereka memiliki risiko kesakitan dan kematian yang lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lainya.


"Ini sebuah kabar gembira bagi kita semua karena artinya kita dapat meningkatkan upaya penyuntikan menjadi 1 juta dosis per hari sehingga kita dapat mempercepat program vaksinasi dan mengejar kekebalan kelompok. Selain itu, jumlah vaksin yang kita miliki saat ini mendukung pemerintah untuk memperluas sasaran vaksinasi terutama pada kelompok rentan dan usia pralansia 50 tahun ke atas," papar dr. Siti Nadia.

https://maymovie98.com/movies/mine/