Rabu, 16 Juni 2021

Dinilai 'Kecolongan' Soal Varian Delta, Ini yang Bisa Dipelajari dari India

 - Varian Delta atau B1617.2 melatarbelakangi gelombang dahsyat COVID-19 di India. Penyebarannya yang amat cepat menyebabkan lonjakan kasus positif dan kematian besar-besaran. Ahli menyebut, kondisi miris ini disebabkan India 'kecolongan' di awal temuan varian tersebut.

Kasus pertama COVID-19 akibat varian Delta ditemukan di distrik Amravati, negara bagian barat Maharashtra pada awal Februari 2021. Pada bulan itu, otoritas kesehatan mencatat peningkatan pesat kasus COVID-19 di Amravati, sementara wilayah-wilayah lain India mengalami penurunan kasus.


Salunke, mantan pejabat WHO yang menasihati pemerintah Maharashtra mengaku sempat menghubungi penasihat utama virus corona Perdana Menteri Narendra Modi, V.K. Paul, dan kepala Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC), Sujeet Kumar Singh.


Salunke memperingatkan Paul dan Singh bahwa temuan mutasi virus di Amravati menular pesat. Ia menegaskan, pemerintah harus gerak cepat mengumpulkan sampel untuk mendeteksi sifat varian.


"Meskipun petugas kesehatan masyarakat seperti saya sudah memberikan peringatan keras, mereka tidak menggubris," kata Salunke, dikutip dari Reuters, Rabu (16/6/2021).


Si sisi lain, Paul bersikeras bahwa penelitian terkait varian Delta sebenarnya sudah dilakukan Institut Virologi Nasional India (NIV) sejak awal temuannya.: 


"Pemerintah sudah secara intens, berulang kali, dari berbagai forum, menekankan perlunya penahanan menggunakan semua alat dengan lebih giat, dan mengoptimalkan pengujian," kata Paul.


Terlepas dari perdebatan tersebut, pemerintah federal tetap mengizinkan acara pemilu, festival keagamaan, dan berbagai pertemuan massal lainnya tanpa ada upaya menekan penyebaran varian baru.


Dalam 80 hari, varian delta merembet dari Amravati ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Disebabkan penyebaran yang cepat dengan risiko tinggi gejala berat, varian ini diyakini menimbulkan kemunduran global dalam penanganan pandemi COVID-19.


Kini, rumah sakit di India kehabisan tempat tidur dan tabung oksigen, menyebabkan korban COVID-19 bergelimpangan. Semakin runyam, tak hanya berebut rumah sakit, kini masyarakat India berebut layanan krematorium.


"Apa yang terjadi di Maharashtra adalah fenomena alam. Itu seharusnya ditangani dengan strategi perang, sebagai keadaan darurat mutlak," kata petugas pengawasan negara bagian Maharashtra Dr Pradip Awate.


"Itu diabaikan dan semua orang terlalu fokus soal pemilu," katanya

https://indomovie28.net/movies/its-a-mad-mad-mad-world-ii/


Cristiano Ronaldo Sentimen Berat Sama Coca-Cola, Kenapa Sih?


Pesepakbola Cristiano Ronaldo kini ramai diperbincangkan gara-gara menolak minuman cola suguhan sponsor dalam Euro 2020. Di hadapan kamera, Ronaldo menggeser 2 botol Coca Cola yang menjadi sponsor, jauh-jauh dari hadapannya, sampai tersisa sebotol air mineral di hadapannya.

Ternyata, Ronaldo memang dengan gamblang menyatakan bahwa bahwa minum air putih jauh lebih menyehatkan daripada minuman manis seperti cola.


Diketahui, 1 botol cola mengandung 10 sendok teh gula tambahan. Sementara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, konsumsi gula tidak boleh lebih dari 6 sendok teh dalam 1 hari.


Selain itu, menurut seorang apoteker di Inggris Niraj Naik, kadar gula darah meningkat secara dramatis dalam 20 menit setelah minum Coke dan menyebabkan lonjakan insulin. Hati secara alami akan mengubah jumlah tinggi gula yang beredar di tubuh menjadi lemak.


Sementara satu jam setelah minum sebotol, 'sugar rush' dapat menyebabkan iritabilitas dan kantuk, yang jelas saja tak diinginkan atlet.

https://indomovie28.net/movies/the-expendables/

Tak Ingin Semua Seperti Kudus? Pakar Sarankan 'Lockdown' Segera!

 Lonjakan kasus COVID-19 terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Pakar mengingatkan, banyak wilayah akan bernasib seperti Kudus jika tidak ada kebijakan untuk lockdown.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr dr Tri Yunis Miko Wahyono. Menurutnya, peningkatan kasus belakangan ini seharusnya disikapi dengan kebijakan yang tegas.


"Kalau pemerintah tidak mengambil jalan untuk melakukan lockdown ya tinggal tunggu saja semua kabupaten mungkin sebagian besar dari 514 kabupaten, mungkin ratusan kabupaten akan seperti Kudus," beber Miko saat dihubungi detikcom.


Juru Bicara Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, 'lockdown' berskala mikro bisa dilakukan di suatu wilayah jika terjadi lonjakan kasus COVID-19. Namun ia menyiratkan, PSBB (pembatasan sosial berskala besar) ketat belum akan menjadi opsi untuk saat ini.


"PPKM mikro adalah kebijakan yang dibuat untuk dapat mengendalikan kasus COVID-19 di hulu atau akar masalah yaitu komunitas secara lebih tepat sasaran," kata Prof Wiku.


"Oleh karena itu fokus saat ini adalah mengoptimasi posko-posko yang telah terbentuk di masing-masing wilayah desa atau kelurahan yaitu menegakkan kembali pengendalian COVID-19 sesuai dengan zonasi RT, RW, setempat," lanjutnya.


Sementara itu, jumlah wilayah dengan status zona merah virus Corona saat ini mengalami peningkatan. Dari sebelumnya hanya 17 wilayaj, kini melonjak jadi 29 wilayah.


Daftar terkini zona merah Corona adalah sebagai berikut:


Aceh

- Aceh Tengah

- Kota Banda Aceh

- Pidie


Jawa Barat

- Bandung

- Bandung Barat


Jawa Timur

- Bangkalan


Daerah Istimewa Yogyakarta

- Bantul

- Sleman


Kepulauan Riau

- Bintan


Bengkulu

- Kota Bengkulu


Sumatera Barat

- Kota Bukittinggi


Jambi

- Kota Jambi


Lampung

- Kota Metro


Sumatera Selatan

- Kota Palembang


Riau

- Kota Pekanbaru

- Rokan Halu


Jawa Tengah

- Kudus

- Semarang

- Sragen

- Tegal

- Wonogiri

- Grobogan

- Jepara


Sumatera Selatan

- Muara Enim


Jambi

- Muaro Jambi

- Tanjung Jabun Barat


Sumatera Barat

- Padang Pariaman

- Pasaman Barat

https://indomovie28.net/movies/bless-this-house/


Dinilai 'Kecolongan' Soal Varian Delta, Ini yang Bisa Dipelajari dari India


- Varian Delta atau B1617.2 melatarbelakangi gelombang dahsyat COVID-19 di India. Penyebarannya yang amat cepat menyebabkan lonjakan kasus positif dan kematian besar-besaran. Ahli menyebut, kondisi miris ini disebabkan India 'kecolongan' di awal temuan varian tersebut.

Kasus pertama COVID-19 akibat varian Delta ditemukan di distrik Amravati, negara bagian barat Maharashtra pada awal Februari 2021. Pada bulan itu, otoritas kesehatan mencatat peningkatan pesat kasus COVID-19 di Amravati, sementara wilayah-wilayah lain India mengalami penurunan kasus.


Salunke, mantan pejabat WHO yang menasihati pemerintah Maharashtra mengaku sempat menghubungi penasihat utama virus corona Perdana Menteri Narendra Modi, V.K. Paul, dan kepala Pusat Pengendalian Penyakit Nasional (NCDC), Sujeet Kumar Singh.


Salunke memperingatkan Paul dan Singh bahwa temuan mutasi virus di Amravati menular pesat. Ia menegaskan, pemerintah harus gerak cepat mengumpulkan sampel untuk mendeteksi sifat varian.


"Meskipun petugas kesehatan masyarakat seperti saya sudah memberikan peringatan keras, mereka tidak menggubris," kata Salunke, dikutip dari Reuters, Rabu (16/6/2021).


Si sisi lain, Paul bersikeras bahwa penelitian terkait varian Delta sebenarnya sudah dilakukan Institut Virologi Nasional India (NIV) sejak awal temuannya.: 

https://indomovie28.net/movies/double-fattiness/