Beberapa waktu lalu sempat dikabarkan status risiko zona merah Tangerang Selatan (Tangsel). Hanya saja karena situasi pandemi yang terus berkembang, status zonasi risiko wilayah di Indonesia juga kerap berubah.
Dikutip dari covid19.go.id, data Satgas Penanganan COVID-19 mencatat ada 29 zona merah kabupaten/kota per tanggal 13 Juni 2021.
Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kota Tangerang berada dalam zona oranye atau risiko sedang. Secara umum Kabupaten Banten merupakan zona oranye.
Daerah kabupaten/kota yang menjadi zona merah adalah:
Jawa Barat
Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung Barat
Jawa Tengah
Kabupaten Kudus
Kabupaten Semarang
Kabupaten Sragen
Kabupaten Tegal
Kabupaten Wonogiri
Kabupaten Grobogan
Kabupaten Jepara
Jawa Timur
Kabupaten Bangkalan
Daerah Istimewa Yogyakarta
Kabupaten Bantul
Kabupaten Sleman
Sumatera Barat
Kabupaten Padang Pariaman
Kabupaten Agam
Kabupaten Pasaman Barat
Kota Bukittinggi
Sumatera Selatan
Kabupaten Muara Enim
Kota Palembang
Jambi
Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Kabupaten Muaro Jambi
Kota Jambi
Aceh
Kabupaten Aceh Tengah
Kota Banda Aceh
Kabupaten Pidie
Riau
Kabupaten Rokan Hulu
Kota Pekanbaru
Kepulauan Riau
Kabupaten Bintan
Lampung
Kota Metro
Bengkulu
Kota Bengkulu
https://maymovie98.com/movies/seal-team-six-the-raid-on-osama-bin-laden/
Salah Kaprah! Olahraga Bukan Penyebab Atlet Kena Serangan Jantung
Menyusul kolapsnya gelandang Denmark Christian Eriksen di Euro 2020, legenda bulutangkis tanah air Markis Kido juga dikabarkan kolaps saat berlatih. Kido tidak tertolong, ia kemudian meninggal dunia.
Serentetan kejadian kolaps di lapangan yang dialami para olahragawan memunculkan anggapan bahwa atlet rentan terkena penyakit jantung. Ada pula pendapat, olahraga berat yang dilakukan para atlet memicu kerusakan dan penebalan otot jantung yang rentan membuat mereka kolaps.
Awas jangan salah kaprah. Menurut dokter jangtung, anggapan ini tidak tepat. Seseorang yang berolahraga justru memiliki risiko penyakit jantung yang kecil.
Ahli jantung dari RS Siloam Lippo Karawaci dr Vito A Damay, SpJP(K) menjelaskan, pola hidup sehat para atlet juga berpotensi meningkatkan kesehatan jantung.
Lalu kenapa ada atlet yang mengalami serangan jantung? Menurut dr Vito, seorang atlet bisa mengalami serangan jantung jika memang memiliki kelainan atau riwayat penyakit jantung yang tidak disadari sebelumnya.
"Kelelahan karena olahraga bisa menyebabkan penyakit jantung? Mungkin saja apabila seseorang itu memang sudah punya penyakit jantung sebelumnya," terangnya dalam unggahan Instagram @doktervito, dikutip atas izin yang bersangkutan, Rabu (16/6/2021).
"Masalahnya, kadang-kadang orang tidak tahu kalau dia punya penyakit jantung. Itulah pentingnya kita medical check up," lanjutnya.
Meski atlet cenderung memiliki risiko penyakit jantung yang kecil, intensitas latihan harus diperhatikan dengan bijak. Terlebih, jika sedang menjalani latihan intens untuk pertandingan tertentu, pengawasan oleh profesional amat diperlukan.
Dengan begitu, olahraga jelas tak perlu ditakuti karena bukan penyebab penyakit jantung. Namun baik untuk atlet atau awam, disarankan untuk medical check up rutin dan selalu mengecek heart rate atau detak jantung maksimal. Bagaimana caranya?
"Olahraga yang baik untuk kesehatan jantung adalah 60-70 persen dari detak jantung maksimal menurut usia. Amannya paling tinggi 85 persen. Cara hitungnya, 220- usia saat ini, lalu dikalikan (misalnya) 70 persen untuk mendapatkan kisaran target detak jantung intensitas sedang," terang dr Vito lebih lanjut pada detikcom.