Kamis, 17 Juni 2021

Vaksin Nusantara 'dr Terawan' Ngotot Ingin Uji Klinis, BPOM Angkat Bicara

 Eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mendesak agar uji klinis vaksin Nusantara bisa lanjut ke fase ketiga. Ia bahkan mengklaim vaksinnya bisa menjadi kunci Indonesia segera mengakhiri pandemi COVID-19.

Sementara, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sudah tak ingin memberikan komentar lebih lanjut terkait uji vaksin Nusantara. Hal ini dikarenakan menurutnya penelitian vaksin Nusantara sudah bukan untuk diedarkan hingga perlu izin dari BPOM.


Dalam Nota Kesepahaman bersama Kementerian Kesehatan, BPOM, dan TNI AD, sebelumnya disepakati bersama vaksin Nusantara akhirnya hanya untuk kepentingan riset dan berbasis layanan saja. Penny kembali menegaskan status vaksin Nusantara ini menanggapi protes eks Menkes Terawan yang menyayangkan uji klinis penelitiannya tidak bisa berlanjut.


"Sudah bukan melalui jalur kami badan POM. Karena bukan produk yang akan digunakan massal, diproduksi massal. Tapi itu pelayanan individual, jadi bukan melalui badan POM," kata Penny, dikutip dari CNNIndonesia Kamis (17/6/2021).


"Karena itu kan pelayanan, ya ke Balitbangkes di Kemenkes," sambungnya.


Perlu diketahui, BPOM tidak bisa memberikan izin kelanjutan uji klinis vaksin Nusantara lantaran penelitian disebut tak sesuai dengan kaidah klinis, dan tak kunjung ada perbaikan dari para peneliti. Peneliti vaksin Nusantara juga diketahui tidak melakukan uji klinis pada hewan terlebih dulu, padahal hal tersebut menjadi syarat uji klinis pengembangan vaksin COVID-19.


Izin BPOM yang tak kunjung turun kembali dipersoalkan dalam rapat bersama Komisi VII DPR, para anggota Komisi VII mendukung vaksin Nusantara melanjutkan uji klinis ke tahap ketiga usai eks Menkes Terawan membeberkan sejumlah klaim vaksin Nusantara. Termasuk bisa melawan semua varian baru Corona hingga aman digunakan pada usia anak di bawah 18 tahun.


Memang di literatur-literatur paling lama dari kejadian SARS dulu di China, Beijing, dan sebagainya, sel T-nya itu masih ada sampai 6 tahun dan itulah yang riset-riset di dunia mengemukakan muncul lah hipotesis di mana dendritik cell vaccine ini dianggap sebagai the beginning of the end, yang memulai untuk mengakhiri cancer maupun COVID-19," beber Terawan dalam rapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (16/6/2021)


"Kebetulan kita membangunnya, apakah tidak boleh kita memulai duluan? Iya saya serahkan jawaban ke semua orang, apakah Indonesia tidak boleh memulai duluan? Saya tidak tahu untuk jawaban itu," kata Terawan.


TERUSKAN MEMBACA, KLIK DI SINI

https://maymovie98.com/movies/momol-nights/


Sejarah Coca-Cola: Awalnya 'Obat', Kini Dibenci Ronaldo 'Si Anti Junk Food'


Minuman bersoda Coca-Cola jadi pembicaraan setelah insiden dengan bintang sepakbola Cristiano Ronaldo. Ronaldo menggeser botol Coca-Cola yang telah ditempatkan di depannya saat melakukan konferensi pers dalam laga Euro 2020.

Ronaldo dikenal sebagai atlet yang sangat memperhatikan kebugaran tubuh lewat gaya hidup sehat. Sementara Coca-Cola merupakan jenis minuman bersoda yang dianggap tidak sehat karena tinggi kandungan gula.


Terkait hal tersebut, tahukah kamu bahwa Coca-Cola awalnya diciptakan sebagai bentuk obat terapi.


Coca-Cola dibuat pada tahun 1886 oleh seorang apoteker bernama John S. Pemberton. Nama Coca-Cola diambil dari bahan dasarnya yaitu daun koka dan kacang kola.


Dikutip dari National Institute on Drug Abuse (NIDA), Amerika Serikat, Pemberton awalnya menjual Coca-Cola sebagai minuman kesehatan yang bisa mengobati sakit kepala, sakit perut, dan kelelahan. Saat itu belum ada regulasi obat yang ketat sehingga hampir semua orang bisa bebas menjual produk dengan klaim kesehatan. Daun koka diketahui mengandung senyawa stimulan kokain. Sementara kacang kola juga mengandung senyawa stimulan kafein.


"Baru pada awal 1891, beberapa warga Amerika protes terhadap kandungan senyawa adiktif pada obat. Karena hal itu pembuat Coca-Cola kemudian merevisi resep dan klaim kesehatannya," tulis NIDA seperti dikutip pada Kamis (17/6/2021).


Kandungan kokain dihilangkan dalam resep Coca-Cola pada sekitar tahun 1903.


Popularitas Coca-Cola meledak dan perusahaan mulai mengenalkan variasi yang rendah gula pada tahun 1960-an. Salah satu tanda bahwa masalah gula mulai menjadi perhatian masyarakat bahkan sebelum masuk era milennial.


Dalam situs resminya, Coca-Cola membantah pernah menjual minuman bersoda mereka sebagai obat.


"Coca-Cola tidak berawal dari obat. Tapi diciptakan oleh seorang dokter dan apoteker bernama Dr John S Pemberton," tulis Coca-Cola.

https://maymovie98.com/movies/i-love-lolanto/

Salah Kaprah! Olahraga Bukan Penyebab Atlet Kena Serangan Jantung

 Menyusul kolapsnya gelandang Denmark Christian Eriksen di Euro 2020, legenda bulutangkis tanah air Markis Kido juga dikabarkan kolaps saat berlatih. Kido tidak tertolong, ia kemudian meninggal dunia.

Serentetan kejadian kolaps di lapangan yang dialami para olahragawan memunculkan anggapan bahwa atlet rentan terkena penyakit jantung. Ada pula pendapat, olahraga berat yang dilakukan para atlet memicu kerusakan dan penebalan otot jantung yang rentan membuat mereka kolaps.


Awas jangan salah kaprah. Menurut dokter jangtung, anggapan ini tidak tepat. Seseorang yang berolahraga justru memiliki risiko penyakit jantung yang kecil.


Ahli jantung dari RS Siloam Lippo Karawaci dr Vito A Damay, SpJP(K) menjelaskan, pola hidup sehat para atlet juga berpotensi meningkatkan kesehatan jantung.


Lalu kenapa ada atlet yang mengalami serangan jantung? Menurut dr Vito, seorang atlet bisa mengalami serangan jantung jika memang memiliki kelainan atau riwayat penyakit jantung yang tidak disadari sebelumnya.


"Kelelahan karena olahraga bisa menyebabkan penyakit jantung? Mungkin saja apabila seseorang itu memang sudah punya penyakit jantung sebelumnya," terangnya dalam unggahan Instagram @doktervito, dikutip atas izin yang bersangkutan, Rabu (16/6/2021).


"Masalahnya, kadang-kadang orang tidak tahu kalau dia punya penyakit jantung. Itulah pentingnya kita medical check up," lanjutnya.


Meski atlet cenderung memiliki risiko penyakit jantung yang kecil, intensitas latihan harus diperhatikan dengan bijak. Terlebih, jika sedang menjalani latihan intens untuk pertandingan tertentu, pengawasan oleh profesional amat diperlukan.


Dengan begitu, olahraga jelas tak perlu ditakuti karena bukan penyebab penyakit jantung. Namun baik untuk atlet atau awam, disarankan untuk medical check up rutin dan selalu mengecek heart rate atau detak jantung maksimal. Bagaimana caranya?


"Olahraga yang baik untuk kesehatan jantung adalah 60-70 persen dari detak jantung maksimal menurut usia. Amannya paling tinggi 85 persen. Cara hitungnya, 220- usia saat ini, lalu dikalikan (misalnya) 70 persen untuk mendapatkan kisaran target detak jantung intensitas sedang," terang dr Vito lebih lanjut pada detikcom.

https://maymovie98.com/movies/how-to-choose-a-royal-bride/


Vaksin Nusantara 'dr Terawan' Ngotot Ingin Uji Klinis, BPOM Angkat Bicara


Eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mendesak agar uji klinis vaksin Nusantara bisa lanjut ke fase ketiga. Ia bahkan mengklaim vaksinnya bisa menjadi kunci Indonesia segera mengakhiri pandemi COVID-19.

Sementara, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) sudah tak ingin memberikan komentar lebih lanjut terkait uji vaksin Nusantara. Hal ini dikarenakan menurutnya penelitian vaksin Nusantara sudah bukan untuk diedarkan hingga perlu izin dari BPOM.


Dalam Nota Kesepahaman bersama Kementerian Kesehatan, BPOM, dan TNI AD, sebelumnya disepakati bersama vaksin Nusantara akhirnya hanya untuk kepentingan riset dan berbasis layanan saja. Penny kembali menegaskan status vaksin Nusantara ini menanggapi protes eks Menkes Terawan yang menyayangkan uji klinis penelitiannya tidak bisa berlanjut.


"Sudah bukan melalui jalur kami badan POM. Karena bukan produk yang akan digunakan massal, diproduksi massal. Tapi itu pelayanan individual, jadi bukan melalui badan POM," kata Penny, dikutip dari CNNIndonesia Kamis (17/6/2021).


"Karena itu kan pelayanan, ya ke Balitbangkes di Kemenkes," sambungnya.


Perlu diketahui, BPOM tidak bisa memberikan izin kelanjutan uji klinis vaksin Nusantara lantaran penelitian disebut tak sesuai dengan kaidah klinis, dan tak kunjung ada perbaikan dari para peneliti. Peneliti vaksin Nusantara juga diketahui tidak melakukan uji klinis pada hewan terlebih dulu, padahal hal tersebut menjadi syarat uji klinis pengembangan vaksin COVID-19.


Izin BPOM yang tak kunjung turun kembali dipersoalkan dalam rapat bersama Komisi VII DPR, para anggota Komisi VII mendukung vaksin Nusantara melanjutkan uji klinis ke tahap ketiga usai eks Menkes Terawan membeberkan sejumlah klaim vaksin Nusantara. Termasuk bisa melawan semua varian baru Corona hingga aman digunakan pada usia anak di bawah 18 tahun.

https://maymovie98.com/movies/mummy-dearest/