Sabtu, 24 Mei 2014

Diet dengan Menggunakan Yogurt

Agar tidak sia-sia usaha Anda dalam menurunkan berat badan, tambahkan yogurt dalam menu harian. Bukan hanya bagus untuk pencernaan tapi minuman ini juga memiliki efek melangsingkan.

Dalam penelitian di Amerika Serikat terhadap 120.877 wanita dan pria, ditemukan faktor-faktor apa yang membuat tubuh menjadi gemuk dan pola makan apa yang bisa menurunkan berat badan.

Tim peneliti dari Harvard Medical School dan Harvard School of Public Health itu menemukan, peningkatan konsumsi kentang, minuman yang mengandung gula, daging yang diproses, daging merah, trans fat, makanan pencuci mulut yang manis, serta biji-bijian yang digiling akan meningkatkan berat badan.

Sementara itu peningkatkan konsumsi yogurt, buah, kacang-kacangan, sayuran, dan serelia utuh berkaitan dengan penurunan berat badan.

Para peneliti menduga bahan pangan kaya serat akan membantu orang yang sedang berdiet untuk menahan asupan makanannya.

"Konsumsi tepung dan padi yang digiling mungkin tidak mengenyangkan sehingga tubuh akan terus mengirimkan sinyal lapar," kata Dr.Dariush Mozaffarian, salah satu peneliti.

Yogurt, meski tidak mengandung serat namun memiliki efek penurunan berat badan dibandingkan dengan produk susu lainnya. Para ahli mengatakan keistimewaan yogurt disebabkan karena kandungan bakteri baiknya sehingga menjaga kesehatan tubuh.

Faktor lain yang membuat orang yang mengonsumsi yogurt dalam penelitian ini menjadi langsing mungkin disebabkan karena mereka memiliki perubahan gaya hidup yang tidak terukur dalam penelitian.

Perlu diingat pula bahwa efek pengaturan pola makan juga berbeda pada tiap orang, tergantung pada kebiasaan olahraga, pola tidur, durasi menonton televisi, merokok, serta konsumsi alkohol.


Usir Depresi dengan Yoghurt


Minuman susu fermentasi atau biasa dikenal dengan yoghurt ternyata mempunyai kemampuan dalam mengobati depresi. Pernyataan tersebut didasarkan pada laporan ilmiah yang diterbitkan dalamProceeding of the National Academy of Sciences.

Menurut peneliti asal Irlandia, probiotik, atau bakteri baik, memiliki potensi untuk mengubah kimia otak dan mengurangi kecemasan dan gangguan terkait depresi.

Penelitian tersebut berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan terhadap seekor tikus yang mengonsumsi probiotik Lactobacillus rhamnosus. Mereka menemukan, tikus yang diberi probiotik memiliki tanda-tanda lebih sedikit mengalami stres, kecemasan, dan depresi. Hasil penelitian juga menunjukkan tingkat hormon stres corticosterone jauh lebih rendah.

Peneliti mengklaim, ini adalah penelitian pertama yang membuktian bahwa probiotik mampu mempengaruhi kimia otak. Para ilmuwan mengatakan bahwa bakteri dalam usus "berkomunikasi" dengan otak melalui saraf yang disebut vagus.

"Tanpa melebih-lebihkan, penelitian ini membuka jalan bahwa kita bisa mengembangkan terapi yang dapat mengobati gangguan kejiwaan dengan usus sebagai sasarannya. Anda bisa mengonsumsi yoghurt dengan kandungan probiotik di dalamnya dan bukan dengan sebuah antidepresan," ujar Profesor John Cryan dari University College, Cork.

Namun, ia menekankan bahwa orang yang menderita depresi tidak bisa begitu saja mencari solusi dengan hanya membeli segala jenis yoghurt di pasaran.

"Temuan ini menyoroti pentingnya peran dari bakteri dalam komunikasi antara usus dan otak. Organisme probiotik tertentu mungkin terbukti bermanfaat dalam mengatasi gangguan seperti stres atau depresi," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar