Sabtu, 07 Desember 2019

Jiwasraya Yakin Anak Usaha Bisa Selamatkan Keuangan Perusahaan

Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) Hexana Tri Sasongko membeberkan sejumlah strategi dalam rangka penyelamatan keuangan perusahaan. Salah satu caranya ialah mendirikan anak usaha yang bernama Jiwasraya Putra.

"Jiwasraya Putera itu, kalau dijual begitu saja banyak masalahnya, nggak menarik. Dengan Jiwasraya Putra, ini akan mendeliver new business value. Dari mana new business value ini datangnya? dari captive marketnya Jiwasraya," kata Hexana kepada detikcom di kantornya, Jakarta, seperti ditulis Rabu (20/11/2019).

Hexana mengatakan, Jiwasraya Putra akan menjual produk baru ke pasar yang dimiliki perusahaan induk. Jiwasraya Putra ini juga akan menyasar pasar-pasar BUMN yang menjadi rekanan Jiwasraya.

"Jiwasraya itu punya peserta 7,1 juta orang. Punya 102 nasabah BUMN. BUMN kan punya pegawai, punya rekanan, punya 311 anak BUMN. Jadi kita jual produk-produk itu melalui channel-channel mereka," jelasnya.

"Terus kita menggandeng BTN, Kereta Api, Pegadaian, dan Telkomsel. Apa sih yang digandeng? adalah sebenarnya captive market mereka. Mereka ini tidak setor, selama ini orang salah. Dikira itu BTN setor, KAI setor, suruh lunasi. Mereka itu nggak keluar uang sama sekali," sambung Hexana.

Hexana menjelaskan, Jiwasraya akan memanfaatkan nasabah BTN, hingga penumpang KAI untuk menawarkan produk yang dimiliki anak usaha. Sebagai gantinya, 4 perusahaan tersebut mendapat saham di Jiwasraya Putra.

"Kalau pakai Jiwasraya cari partner susah, tapi kami punya captive market. Dan captive itu sudah kontraktual ada di sini, tinggal nambahin jadi rider. Dan itu benefit proteksi life itu, jadi kita hanya jual life group sama personal accident," jelasnya.

"Itu di-coinsurance kan kepada Putra, 60% kita tahan, 40% di sana. Yang jualan siapa? dari Jiwasraya. Kita punya agen, punya network. Dari situ Jiwasraya menguasai mayoritas dari saham, saham ini lah yang dijual ke investor. Dari hasil penjualan ini maka Jiwasraya mendapat uang. Ini lah yang dipakai untuk membayar," sambungnya.

Hanya saja, kata Hexana, memerlukan waktu agar Jiwasraya bisa mendapat investor hingga membayar kewajiban pada nasabah. Ada sejumlah proses yang perlu diikuti oleh perseroan untuk bisa menjalin kerja sama dan mendapat investor.

"Nah, kapan itu? sekarang sedang due diligence. Yang namanya perusahaan itu kan tahu sendiri, nggak seperti membeli surat berharga, butuh due diligence macam-macam. Kita harus hormati prosedur supaya GCG (Good Corporate Governance). Apalagi kalau investornya terbuka, BTN terbuka kan. Itu prosedur pasar modal harus kita ikuti semua kan," katanya.

"Jadi mengenai waktu saya nggak bisa jawab, perkiraan segini. Kami kan punya project management, ada timelinenya. Misalnya nanti kita baru proses due diligent sampai 15 Desember. Baru setelah itu, ada yang lain, negosiasi, kompleks banget. Tapi itulah solusi-solusi besar," tutur Hexana.

Jiwasraya Jadi Korban Saham Gorengan

PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mengalami salah investasi hingga membuat keuangan perusahaan morat-marit. Salah satu hal yang membuat investasi Jiwasraya bermasalah ialah karena membeli saham-saham gorengan.

Direktur Utama (Dirut) Jiwasraya Hexana Tri Sasongko mengatakan, perusahaan sebelum dirinya masuk kerap asal-asalan dalam berinvestasi, terutama di saham. Dia bilang, pembelian saham oleh perusahaan sekelas Jiwasraya dilakukan tanpa pertimbangan matang.

"Jadi memburu apapun instrumen, nggak peduli apapun ratingnya, dicari yang potensi, hanya potensi loh, upsidenya tinggi. Tapi saya tanya, bagaimana melindungi dari downside? nggak ada. Jadi investasinya telanjang, naked. Sehingga ketika pasar jatuh, ya ikut jatuh," kata Hexana kepada detikcom di kantornya, seperti ditulis Rabu (20/11/2019).

Erick Thohir Minta Kejagung Periksa Kongkalikong Jiwasraya

Pemerintah dalam hal ini Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tampaknya mulai serius mengatasi persoalan pada PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Bagaimana tidak, kementerian membawa persolan Jiwasraya ke Kejaksaan Agung (Kejagung) alias ke ranah hukum.

Bukan tanpa sebab, pemerintah menyeret masalah Jiwasraya ke Kejaksaan Agung karena produk yang ditawarkan memberikan keuntungan yang lebih tinggi dari yang lain.

"Pertama produknya dianggap produk tersebut di luar atau lebih tinggi gain-nya revenue-nya daripada produk-produk lainnya itu pertama," kata Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat,Rabu (20/11) lalu.

"Tapi itu agak sulit diteliti karena produk ada banyak persetujuan masalahnya, jadi pasti mereka bisa berkelit produk ini sudah disetujui oleh semua pihak terkait berkepentingan, kalau nggak layak pasti sudah tidak disetujui," sambungnya.

Selain produk, investasi juga menjadi alasan pemerintah membawa persoalan Jiwasraya ke ranah hukum. Dia bilang, alasan pemerintah membawa ke ranah hukum untuk membuktikan apakah ada kongkalikong dalam penempatan investasi.

"Kedua masalah investasi, yang kita lihat ini kita minta kejaksaan untuk diteliti apakah ada kongkalikong dalam investasi dilakukan, investasi ini membuat Jiwasraya menjadi kolaps seperti sekarang," kata Arya.

Apalagi, kata dia, jika melihat produk itu diinvestasikan pada saham gorengan.

"Kalau kita lihat saham-saham yang diinvestasikan Jiwasraya memang saham gorengan. Kalau pemain saham tahu itu saham gorengan tapi fundamentalnya, digoreng saat tertentu. Makanya meminta kejaksaan menelitinya," jelasnya.

Untuk menyelesaikan persoalan Jiwasraya pihaknya juga tengah mencari laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk melihat apakah ada kerugian negara dalam investasi Jiwasraya.

"Mungkin laporan BPK akan bisa menjadi acuan untuk pegangan bagi kejaksaan," terangnya.

Menanggapi persoalan saham gorengan Jiwasraya, Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non Bank Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Nasrullah mengungkapkan, saat ini pihak regulator tak bisa berkomentar lebih detail terkait Jiwasraya.

"Ini sudah disampaikan, Jiwasraya saat ini sedang proses penyehatan. Sudah ada sinergi pemegang saham dengan manajemen, apalagi kan pemegang sahamnya pemerintah," kata Nasrullah di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (21/11).

Dia mengungkapkan, saat ini Jiwasraya sedang dalam proses untuk masuk investor. Ada sekitar 2 sampai 3 calon investor asing yang akan masuk untuk menyehatkan Jiwasraya melalui anak usaha Jiwasraya Putra.

"Nanti pengertiannya mayoritas itu investasi strategis untuk anak usaha yang baru. Pengembangan dibutuhkan kapasitas modal hingga infrastruktur," tutupnya.

Masalah Jiwasraya dan Bumiputera Bikin Industri Asuransi Ketar-ketir

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut premi industri asuransi jiwa bisa tumbuh di kisaran 7-8% hingga akhir tahun ini. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan perolehan kuartal I 2019 yang mengalami pertumbuhan minus.

Industri asuransi tak lepas dari isu global seperti perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) dan kondisi perekonomian nasional.

Selain itu, Deputi Komisioner Pengawasan IKNB OJK Ahmad Nasrullah mengungkapkan industri asuransi di Indonesia tahun ini terpengaruh dengan kondisi 2 perusahaan asuransi jiwa yang sedang bermasalah.

"Boleh dikatakan ini musibah terhadap beberapa anggota kita di asuransi jiwa. Ada dua perusahaan asuransi besar yang cukup mempengaruhi pertumbuhan industri," kata Nasrullah dalam acara Insurance Outlook 2020 di Hotel Le Meridien, Jakarta, Kamis (21/11/2019).

Dia mengungkapkan, pertumbuhan negatif di asuransi jiwa ini sangat mempengaruhi industri asuransi secara keseluruhan. Kemudian, dua perusahaan ini juga turut mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap produk asuransi.

"Jujur literasi dan penetrasi asuransi di Indonesia itu belum besar, karena kesadarannya belum besar. Produk yang kita jual harus ada gimmick-nya juga," imbuh dia.

Menurutnya, upaya penyehatan yang dilakukan oleh kedua perusahaan diharapkan bisa mendorong pertumbuhan produk tradisional asuransi pada 2020.

Saat ini memang ada dua perusahaan asuransi jiwa nasional yang sedang melakukan penyehatan perusahaan. Yakni Asuransi Jiwasraya dan Bumiputera.