Sabtu, 07 Desember 2019

Jadikan KEK Pariwisata, Kawasan Jatigede Ditanami Sejuta Pohon

Gerakan menanam sejuta pohon untuk penghijauan lahan kritis di kawasan Bendungan Jatigede, Kabupaten Sumedang mulai digalakkan. Langkah ini untuk mencegah pemanasan global hingga penataan untuk persiapan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Jatigede.

Penanaman sejuta pohon ini dilaksanakan Pemkab Sumedang bekerja sama dengan Dinas Kehutanan Jabar dan Badan Pengelola Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDAS-HL) Cimanuk - Citanduy. Hal ini ditandai dengan launching bibit produktif di Desa Sukaratu, Kecamatan Darmaraja, Kabupaten Sumedang.

"Saya minta penghijauan sejuta pohon di kawasan Jatigede ini menjadi sebuah movement yang melibatkan partisipasi masyarakat. Bukan sekedar program untuk menyerap anggaran, tapi harus berbasis hati. Niatkan sebagai ibadah," ujar Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir pada acara pencanangan GN-DAS di Sumedang. Senin (18/11/2019).

Ia meminta agar gerakan penghijauan ini benar-benar memberikan dampak bagi rehabilitasi lahan kritis, untuk mengantisipasi pemanasan global, serta menjaga keanekaragaman hayati di kawasan Jatigede.

"Kita berada di sini untuk memberikan manfaat. Sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi manusia lainnya, maupun bagi lingkungan," tutur dia.

Menurutnya gerakan penghijaun ini juga sebagai bentuka dukungan terhadap rencana pengembangan KEK Pariwisata Jatigede."Melalui gerakan ini sekeliling Jatigede akan hijau, sehingga kelak menjadi destinasi wisata. Dengan demikian ekonomi warganya meningkat dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan," jelas dia.

Kepala Dinas Kehutanan Jabar Evi Kustiawan mengatakan gerakan memulihkan lahan akan berdampak juga terhadap kesejahteraan masyarakat.

"Menanam dan memelihara pohon membuat Jabar lestari dan hijau. Dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Hutan bukan hanya sumber daya lingkungan, tetapi juga untuk mensejahtetakan masyarakat," katanya.

Ketua Panitia Pelaksana Kegiatan GNP-DAS, Kepala BPDAS-HL Cimanuk-Citanduy, Rukma Dayadi, berharap melalui gerakan ini masyarakat dapat menjaga dan melestarikan lingkungan.

"Kegiatan GNP-DAS dan Launching Bibit Produktif ini sengaja kita laksanakan disini agar semakin menumbuhkan rasa cinta kita terhadap lingkungan dan bukti nyata perlindungan terhadap bendungan yang kita cintai ini. Kami siap memberikan bantuan 1 juta pohon untuk menghijaukan catcment area Jatigede," kata Dayadi.

Lumpur Banjir Bandang Masih Tutup Jalan Kertasari-Pangalengan

Pascakejadian banjir bandang di Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, lumpur tebal masih menutupi akses Jalan Raya Kertasari-Pangalengan. Kendaraan sudah dapat melintasi jalan tersebut.

Pantauan detikcom, Sabtu (7/12/2019) pagi, lumpur setinggi 30-40 sentimeter berada di Kampung Cirawa, Desa Cibereum. Lumpur tersebut menutup jalan sepanjang 500 meter, tepatnya mulai akses Cirawa hingga Polsek Kertasari.

Meski jalan sudah dapat dilewati kendaraan, para pengguna jalan harus berhati-hati. Sebab lumpur yang menutupi jalan tersebut menjadi hambatan. "Kemarin kejadiannya sore, jam 4-5 sore," kata Mumu (75), warga setempat.

Ia berujar lumpur tersebut berasal dari pegunungan yang turun ke pemukiman. "Dari gunung ini terbawa air ke bawa," ucapnya.

Warga lainnya, Supriatna (50) mengatakan, kejadian banjir dahsyat itu terjadi pascahujan yang turun Jumat sore kemarin. "Jadi hujan dulu, terus datang air yang bercampur lour dan ini sisanya," kata Supriatna.

Nana (34), salah satu pengguna jalan, mengimbau kepada para pengendara untuk waspada saat melaju di jalanan berlumpur. "Harus hati-hati, jalan licin. Kalau enggak hati-hati bisa jatuh. Banyak kok yang jatuh," ucap Nana.

Buka-bukaan Dirut Jiwasraya Hadapi 'Sakitnya' Perusahaan (2)

Di mana investasi yang bermasalah?
Saham. Saham-saham yang tidak perform, perusahaan-perusahaan rugi, perusahaan-perusahaan yang capitalisasinya kecil, tidak terkenal.

Hanson internasional juga?
Ya dulu, sejarahnya ada juga. Dulu bahkan kita membeli, bahkan diklarifikasi kan oleh Beny Tjokro. Jadi dulu kita beli, beli lalu dipertanyakan oleh BPK, kaya gini kok dibeli. Terus dicairkan, dibayarlah itu. Bener dicairkan, dikembalikan, tapi saya lagi teliti ini.

Kapan awal mula kelihatan Jiwasraya mulai sakit? Apa pada 2017 saat laba mulai anjlok dari Rp 2,14 T jadi Rp 320 M?
Saya kan masuk pertengahan tahun 2018, itu belum tutup laporannya. Masih seru antara manajemen lama dengan auditor. Kemudian yang lama diganti jadi Plt, terus nggak tahu gimana pokoknya nggak putus-putus juga. Sampai kami datang sudah di penghujung, sudah lewat itu. Sehingga kita lihat, langsung ketahuan.

Kita lihat pertama di pembentukan cadangan, maka laporan keuangannya adverse. Dan 2017 itu laporan auditnya adverse, jadi yang Rp 2 triliun itu clean in house. In house. Bahkan waktu diumumkan itu in housenya itu juga belum close. Wong itu diumumkan itu direksi yang lama, sebelum 15 Januari. Kan mereka berakhir 15 Januari 2018.

Sehingga setelah didalami, ditemukan oleh auditor. Jadi 2016 auditornya PwC partnernya lain tapi, terus tahun 2017 PwC lagi tapi partnernya beda. Nah yang ini menemukan keganjilan di tahun 2017, di perhitungan cadangan, dari tahun-tahun sebelumnya. Even dari tahun 2016 juga ditemukan keganjilan, perhitungan cadangan yang kurang. Selain kurang, asumsi-asumsinya nggak wajar. Sehingga terjadi kekurangan cadangan yang besar.

Terus sisi investasinya belum dilihat, karena tidak diperoleh indormasi, tertutup sekali. Sehingga opininya adverse. Adverse sana-sini nggak bisa jalan, oke lah dibuku dikeuntungan Rp 320 miliar, jadi Rp 360 miliar. Terus konsolidasi jadi Rp 420 m. Tapi dengan catatan, ada kekurangan cadangan yang signifikan. Di saving plan, satu produk saja kurang Rp 7,7 triliun.

Sampai bisa kekurangan cadangan itu berarti karena manajemen lama? Dan kemarin Kementerian BUMN mengindikasikan ada fraud dan katanya mau melaporkan ke kejaksaan?
Jadi tolong jangan bicara masalah hukum ya, saya bicara fakta. Biar hukum ada yang urus sendiri. Tapi kalau sebuah pengurus perusahaan melaporkan tidak benar itu kan, ya silakan berpikir sendiri.

Intinya begini, punya liabilities saving plan Rp 22 triliun, di buku Rp 13 triliun, kurang kan? masa punya utang, saving plan kan utang, liabilities kan utang. Nah, karena tidak melakukan jadi untung, iya kan? (Jadi hanya) Simpan saja (biar) jadi untung.

Jadi punya utang Rp 22 triliun, diakui Rp 13 triliun. Sebenarnya, oke di kantongnya ada untung Rp 2,4 triliun, tapi dia belum hitung utangnya. Kira-kira begitu. Jadi kekurangannya itu sekitar Rp 10,9 triliun sebenarnya. Itu nggak kelihatan sepanjang ada tekanan likuiditas.

Nah proses tekanan likuiditas itu ketika ini pada jatuh tempo. Ini jatuh tempo kan harus bayar, jadi baru kelihatan. Karena sifatnya saving plan itu setiap tahun ada yang jatuh tempo, setiap hari ada yang jatuh tempo, karena setahun-setahun. Nah kalau jatuh tempo, yang dicairkan yang mana? investasinya dicairkan. Saham nggak bisa dijual, karena harganya harga gorengan, nggak laku.