Selasa, 10 Desember 2019

Luhut Sebut Duit China Paling Banyak Masuk RI

Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebut bahwa dana investasi dari China paling banyak masuk ke Indonesia. Jumlahnya akan makin banyak, terlebih lagi saat dia menemui Presiden Xi Jinping dan berkomitmen agar China jadi investor nomor satu di Indonesia.

Hal ini disampaikannya dalam peresmian kerja sama investasi antara China Aircraft Leasing Company (CLAC) dan maskapai penerbangan Trans Nusa.

Meski begitu berdasarkan jumlah investasi, menurut Luhut, Jepang paling banyak melakukan investasi di Indonesia saat. Singapura menyusul di posisi kedua.

"Waktu saya ketemu Xi Jinping dia bilang mau komitmen jadi investor terbesar di Indonesia. Saat ini jepang nomor satu, Singapura berikutnya," kata Luhut di Shangri-La Hotel, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2019).

Namun, dana dari Singapura yang masuk ke Indonesia menurut Luhut kebanyakan berasal dari China juga. Jadi, dia menyimpulkan dana dari China yang datang secara tidak langsung banyak juga masuk ke Indonesia, ujungnya China dia sebut jadi investor nomor satu di Indonesia.

"Tapi dana China banyak juga masuk dari Singapura. Jadi saya rasa tetap China investor terbanyak ke Indonesia," ucap Luhut.

Soal investasi CACL untuk maskapai Trans Nusa, Luhut menilai hal ini sudah bagus. Pasalnya, Indonesia punya pasar cukup besar dengan perkembangan kelas menengah yang pesat.

"Investasi ke airline ini juga sangat bagus. Middle class kita itu sedang berkembang, jadi pasar kita besar. Ini menjadikan Indonesia jadi daya tarik buat investasi," kata Luhut.

Masih di depan investor dari China, Luhut menambahkan agar investasi yang dilakukan tetap mematuhi aturan yang dibuat pemerintah. Dia sendiri menilai pihak China patuh-patuh kepada aturan investasi di Indonesia.

"Saya hanya ingatkan, kalau mau investasi di sini harus patuh sama aturan kita. Saya lihat China patuh-patuh ya," ujar Luhut.

Luhut juga menyebut investasi China mendukung visi Indonesia untuk beralih ke industri nilai tambah. Dia menyebutkan China telah banyak berinvestasi dan bantu mengembangkan beragam pabrik nilai tambah komoditas.

Saya rasa China investasi banyak soal value added. Ini sesuai dengan visi kita ubah commodity based ke value added. China sudah investasi untuk Morowali, Weda Bay, dan banyak lagi," ungkap Luhut.

Luhut Mau Jual Kredit Karbon RI, Apa Itu?

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bicara peluang Indonesia memanfaatkan carbon credit. Carbon credit atau kredit karbon adalah perdagangan emisi antar negara.

Sebuah negara yang emisi karbonnya rendah bisa menjual porsi emisi yang belum digunakan ke negara lain. Negara pembelinya adalah mereka yang tingkat emisinya melebihi rata-rata.

"Angka ini kita nggak tahu berapa besarnya dibuat US$ 100 miliar per tahun. Ini angka yang besar lagi yang diambil pemerintah," kata Luhut di kantornya, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2019).

Luhut menjelaskan bahwa Indonesia memiliki 80% karbon kredit dunia dengan kawasan hutan dan mangrove yang luas. Ia mengatakan bahwa Indonesia mempunyai posisi yang tinggi soal karbon kredit ini.

"Kita itu bisa two offset posisi Indonesia ini akan bagus ke depannya. Posisi runding yang sangat tinggi," ujarnya.

Indonesia juga bisa membeli kredit karbon dari negara lain untuk mempercepat penurunan emisi gas rumah kaca di angka 29%. Di sisi lain, Indonesia juga bisa menjual kredit karbon untuk mendapatkan insentif finansial.

Sederhananya, negara yang menghasilkan emisi karbon melebihi dari ketentuan harus memberikan sejumlah insentif kepada negara yang bisa menyerap karbon. Pengurangan gas karbon menjadi hal yang diperjualbelikan.

RI Punya Pabrik Baja Baru, Target Produksi 50.000 Ton di 2020

Pemerintah terus menggenjot pengembangan industri dalam negeri demi menekan ketergantungan terhadap produk impor, salah satunya lewat BUMN konstruksi PT Waskita Karya yang mengembangkan industri fabrikasi baja di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten.

Pabrik baja yang dioperasikan oleh PT Waskita Karya Infrastruktur ini menghasilkan produk presisi dan berkualitas (precise & quality) maka pabrikasi baja didukung mesin Computer Numerical Control (CNC) berteknologi Eropa yang memiliki 20 jenis mesin dan alat fabrikasi.

Fabrikasi baja ini direncanakan untuk menopang pertumbuhan Perseroan dengan produk-produk terbaik namun tetap memiliki harga kompetitif di skala nasional.

Senior Vice President Corporate Secretary PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Shastia Hadiarti menyampaikan, nilai investasi yang disiapkan sebesar Rp 230 miliar ini guna mendukung penyediaan kebutuhan tower transmisi, di mana kebutuhan listrik di Sumatera masih belum mencukupi.

Mengingat jaringan listrik merupakan kebutuhan penting dalam pemerataan pembangunan dan penyediaan infrastruktur sebagai salah satu esensi utama dalam mendorong penanaman modal baik dalam negeri maupun asing.

"Pembangunan pabrik ini juga dimaksudkan agar kontrak proyek infrastruktur yang diperoleh dapat dikerjakan oleh Perseroan dengan lebih cepat, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, yang merupakan semangat kami dalam bekerja sebagai BUMN Karya," ujar Shastia.

Ke depan Perseroan menargetkan kapasitas produksi mencapai 40 ribu ton sampai 50 ribu ton pada tahun 2020. Perseroan optimistis investasi pabrik baja akan menjadi salah satu backbone dalam jangka panjang.

RI Tambah Pabrik Baja untuk Pasok Proyek Infrastruktur

Pemerintah saat ini gencar memanfaatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) untuk mendorong pembangunan infrastruktur. Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap menyinggung masalah tersebut dalam berbagai kesempatan.

Langkah ini dilakukan untuk bisa menghemat devisa negara sekaligus meningkatkan kapasitas industri dalam negeri hingga mengurangi ketergantungan terhadap produk impor.

Salah satunya adalah pembangunan pabrik baja dengan total investasi sebesar Rp 230 miliar lewat salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Waskita Karya yang telah siap beroperasi dan direncanakan akan diresmikan pada awal Desember 2019.

Pabrik baja ini didukung teknologi mesin CNC dari Eropa yang mampu menopang pertumbuhan Waskita dengan produk-produk terbaik namun tetap memiliki harga kompetitif di skala nasional.

"Pembangunan pabrik ini juga dimaksudkan agar kontrak proyek infrastruktur yang diperoleh dapat dikerjakan oleh WSKT dengan lebih cepat, sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, yang merupakan semangat kami dalam bekerja sebagai BUMN Karya" ujar Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya, Shastia Hadiarti dalam keterangan tertulis, Kamis (21/11/2019).

Fabrikasi baja yang dibangun PT Waskita Karya Infrastruktur ini berlokasi di Kawasan Industri Modern Cikande, Serang, Banten.

Pada tahap awal produksi, fabrikasi baja dilakukan untuk memenuhi kebutuhan proyek yang sedang dilaksanakan Waskita yaitu proyek transmisi 500 Kilo Volt Ampere (KVA) di Sumatera dengan total produksi tower mencapai 4000 ton per bulan.

Selain itu fabrikasi baja ini juga memproduksi guard rail sebagai variabel keselamatan proyek jalan tol.

Pembangunan pabrik baja untuk mendukung penyediaan kebutuhan tower transmisi, di mana kebutuhan listrik di Sumatera masih belum mencukupi.

Mengingat jaringan listrik merupakan kebutuhan penting dalam pemerataan pembangunan dan penyediaan infrastruktur sebagai salah satu esensi utama dalam mendorong penanaman modal baik dalam negeri maupun asing.

Ke depan Perseroan menargetkan kapasitas produksi mencapai 40 ribu sampai 50 ribu pada tahun 2020. Perseroan optimis investasi pabrik baja akan menjadi salah satu backbone dari WSKT dalam jangka panjang.