Jumat, 10 Januari 2020

Cara Kemenpar Jaga Citra Bali ke Turis Australia

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI menggelar Sales Mission Rediscover Bali 2019 di Australia. Kegiatan tersebut digelar di dua Kota besar Negeri Kanguru, yakni Adelaide dan Brisbane. Sales mission ini akan dilakukan pada 23 dan 30 Juli 2019 yang bekerja sama dengan Bali Hotel Asscociation (BHA).

Asisten Deputi Pemasaran I Regional IV, Eddy Wardoyo mengatakan, Sales Mission kali ini untuk mempromosikan Bali di pasar Adelaide, South Australia dan Brisbane, Quessland dengan menggunakan wholesalers sebagai partner. Tujuannya untuk bekerja sama dengan Flight Center, Global Product, Bali Tours dan Helloworld.

"Kita tidak hanya ingin mempromosikan, tetapi mempertahankan dan meningkatkan citra Bali di pasar Australia khususnya Adelaide dan Brisbane. Bahwa Bali destinasi wisata yang aman, nyaman dan menarik untuk dikunjungi," ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (22/7/2019).

"Dengan Sales Mission Rediscover Bali 2019, mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisman asal Australia. Serta menjalin kerja sama di bidang Pariwisata melalui kontrak bisnis antara sellers Indonesia dan buyers asal Australia," imbuhnya

Sales Mission Rediscover Bali 2019 diikuti 20 sellers asal Indonesia dan 70 buyers di kota Adelaide dan Brisbane. Terdiri dari pelaku bisnis pariwisata, asosiasi profesi, tour operator dan travel agent. Format Sales Mission kali ini menggunakan Businessman Presentation. Selain itu, ada juga sesi networking dinner dan pemberian door prize untuk para buyers.

Menurut Deputi Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani, Bali menjadi destinasi yang mudah dijangkau. Sehingga, menjadi tujuan utama perjalanan secara berkali-kali (repeaters). Bahkan Bali dianggap rumah kedua bagi warga Australia.

"Melalui Sales Mission Rediscover Bali 2019, dapat memberi deskripsi aktual tentang situasi dan kondisi Bali. Setidaknya berfungsi meningkatkan pemahaman, khususnya wisman Australia tentang Bali. Bahwa Bali sebagai destinasi pariwisata, yang selalu siap menyambut mereka untuk terus datang kapan pun.

Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia menjadi urutan kedua pilihan outbound asal Australia di tahun 2018. Data itu Berdasarkan source Desember 2018 short term movement resident returning selected destination. Untuk kunjungan holiday sebesar 82,2%, Visiting freinds/ relatives 7,6%, Business 3,5% dan other reasons for journey 6,7%. Sehingga kegiatan pemasaran harus gencar dilaksanakan, untuk menggaet antensi pasar.

"Kemampuan spending wisatawan Australia cukup besar. Kedatangan mereka tentunya menguntungkan perekonomian. Bukan hanya pihak hotel saja yang untung, sektor kuliner, sektor transportasi, bahkan UMKM yang menjual souvenir akan kebagian manfaatnya. Untuk itu kami terus berusaha melebarkan sayap ke negara-negara Australia lainnya," jelas Arief.

Kemenpar Pikat Wisman Filipina dengan Pesona Pulau Dewata

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) RI terus mendorong kunjungan wisatawan macanegara (Wisman) untuk datang ke Indonesia. Salah satunya, dengan mengajak agen tour dan perjalanan (TA/TO) asal Davao City, Filipina, mengeksplorasi destinasi unggulan di Bali.

Kali ini, Kemenpar menggandeng Wholesaler dan maskapai, Cebu Pacific, yang sudah lama fokus menggarap paket pariwisata ke Tanah Air.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kementerian Pariwisata Rizki Handayani mengatakan, selama lima hari dari tanggal 16-20 Juli 2019, sebanyak 9 TA/TO dari Davao City, Filipina, akan mengunjungi Ubud dan Ulun Danu Beratan, Bedugul.

"Trip ini menggabungkan antara site visit ke daya tarik wisata alam dan aktivitas favorit wisman Filipina yaitu belanja dan kuliner di Ubud Shopping," ujar Rizki dalam keterangannya, Senin (22/7/2019)

Rizki menerangkan, wisman Filipina cenderung menyukai nature dan juga culture (shopping serta kuliner). Meskipun Bali masih menjadi destinasi favorit, namun sudah ada perkembangan positif terkait alternatif destinasi mereka. Salah satunya Bromo, yang menjadi destinasi pariwisata prioritas di Jawa Timur. Selain itu, ada Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.

Isu Penutupan Pulau Komodo Sampai Diulas Media Inggris (2)

Soal pengunjung, apakah Pulau Komodo sudah 'overload'?

"Hanya 3-4 persen wilayah di Pulau Komodo dan Pulau Rinca (yang ada komodonya), yang didatangi pengunjung. Sepertinya tidak ada masalah soal itu," jawab Tim.

"Saya juga telah menyusuri Pulau Komodo dan melihat kehidupan di Desa Komodo lebih dekat. Mereka begitu menjaga alamnya, jadi tidak ada masalah dengan penduduk di sana," lanjutnya menjelaskan.

Protes Keras dari Warga Pulau Komodo

Perlu diketahui, ada 2.000 jiwa penduduk di Pulau Komodo yang terbagi dalam 500 KK, 1 desa, 5 dusun dan 10 RT. Desa di Pulau Komodo bernama Desa Komodo, yang warganya sudah menolak dan protes keras dari awal isu penutupan Pulau Komodo dicanangkan.

Kepala Desa Komodo, Haji Amin menjelaskan bahwa selama ini warga Desa Komodo hidup dengan harmonis bersama komodo. Tidak pernah ada, warga desa yang berburu, menangkap apalagi sampai menyelundupkan komodo. Sebab, ada nilai hubungan dan kepercayaan yang kuat antara manusia dan komodo di sana.

"Ini adalah tanah leluhur kami dan sampai kapanpun akan kami pertahankan. Kami akan tetap di sini tidak akan pindah," tegas Haji Amin.

Ya, komodo adalah leluhur manusia di Pulau Komodo. Warga Desa Komodo percaya, di zaman dulu ada seorang ibu melahirkan anak kembar yaitu manusia dan komodo. Komodo ditaruh di hutan, sementara sang anak dibesarkan. Hingga tumbuh dewasa, anak itu berburu ke hutan dan bertemu komodo dan mau membunuhnya.

Ketika hendak membunuh, ibunya muncul dan memberitahu anak tersebut bahwa komodo itu adalah saudaranya. Sejak saat itulah, orang-orang di Pulau Komodo percaya bahwa komodo adalah leluhur sekaligus saudara mereka yang harus dijaga.

Indar Wati, istri dari Haji Amin ikut bicara. Selama ini, hidupnya tidak pernah ada masalah dengan komodo. Bukti keharmonisan komodo dan manusia baginya adalah, dia tidak pernah khawatir anak kecilnya main-main di dermaga dan ketemu komodo.

"Satu-satunya yang saya takutkan: anak saya tenggelam di laut," katanya.

Catatan dari pihak berwenang, tidak ada data lengkap mengenai jumlah kematian atau cedera serius akibat serangan komodo pada warga Desa Komodo. Hanya ada 15 serangan selama satu dekade atau 10 tahun terakhir dan hanya 1 serangan yang fatal.

Indar, penduduk lainnya berujar, pemerintah daerah sudah sejak tahun 1970-an ingin memindahkan penduduk Desa Komodo. Beberapa kali dicoba, percaya tidak percaya, manusianya pindah komodonya pun mengikutinya.

"Jika kita pindah, komodo akan mengikuti kita," terangnya.

70 Persen warga Desa Komodo sudah menggantungkan hidup dari pariwisata. Kalau Pulau Komodo ditutup, maka mata pencaharian orang-orang desanya juga ikut hilang. Dikhawatirkan, warga desa bakal kembali berburu ikan dan itu malah merusak ekosistem di sana.

"Warga desa akan dipaksa untuk kembali ke laut, dan mereka mungkin mulai menggunakan metode yang buruk untuk menangkap ikan seperti menggunakan bom. Itu justru akan menghancurkan kehidupan laut," kata warga desa lainnya, Abdul Gafur Kasim.

Hingga kini, belum ada keputusan resmi dari pemerintah pusat terkait hal ini yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hanya KLHK yang berhak menutup suatu taman nasional, dengan didasari pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Pun hingga kini 'The fight for Dragon Island', masih terus berlanjut.