Jumat, 10 Januari 2020

Isu Penutupan Pulau Komodo Sampai Diulas Media Inggris (2)

Soal pengunjung, apakah Pulau Komodo sudah 'overload'?

"Hanya 3-4 persen wilayah di Pulau Komodo dan Pulau Rinca (yang ada komodonya), yang didatangi pengunjung. Sepertinya tidak ada masalah soal itu," jawab Tim.

"Saya juga telah menyusuri Pulau Komodo dan melihat kehidupan di Desa Komodo lebih dekat. Mereka begitu menjaga alamnya, jadi tidak ada masalah dengan penduduk di sana," lanjutnya menjelaskan.

Protes Keras dari Warga Pulau Komodo

Perlu diketahui, ada 2.000 jiwa penduduk di Pulau Komodo yang terbagi dalam 500 KK, 1 desa, 5 dusun dan 10 RT. Desa di Pulau Komodo bernama Desa Komodo, yang warganya sudah menolak dan protes keras dari awal isu penutupan Pulau Komodo dicanangkan.

Kepala Desa Komodo, Haji Amin menjelaskan bahwa selama ini warga Desa Komodo hidup dengan harmonis bersama komodo. Tidak pernah ada, warga desa yang berburu, menangkap apalagi sampai menyelundupkan komodo. Sebab, ada nilai hubungan dan kepercayaan yang kuat antara manusia dan komodo di sana.

"Ini adalah tanah leluhur kami dan sampai kapanpun akan kami pertahankan. Kami akan tetap di sini tidak akan pindah," tegas Haji Amin.

Ya, komodo adalah leluhur manusia di Pulau Komodo. Warga Desa Komodo percaya, di zaman dulu ada seorang ibu melahirkan anak kembar yaitu manusia dan komodo. Komodo ditaruh di hutan, sementara sang anak dibesarkan. Hingga tumbuh dewasa, anak itu berburu ke hutan dan bertemu komodo dan mau membunuhnya.

Ketika hendak membunuh, ibunya muncul dan memberitahu anak tersebut bahwa komodo itu adalah saudaranya. Sejak saat itulah, orang-orang di Pulau Komodo percaya bahwa komodo adalah leluhur sekaligus saudara mereka yang harus dijaga.

Indar Wati, istri dari Haji Amin ikut bicara. Selama ini, hidupnya tidak pernah ada masalah dengan komodo. Bukti keharmonisan komodo dan manusia baginya adalah, dia tidak pernah khawatir anak kecilnya main-main di dermaga dan ketemu komodo.

"Satu-satunya yang saya takutkan: anak saya tenggelam di laut," katanya.

Catatan dari pihak berwenang, tidak ada data lengkap mengenai jumlah kematian atau cedera serius akibat serangan komodo pada warga Desa Komodo. Hanya ada 15 serangan selama satu dekade atau 10 tahun terakhir dan hanya 1 serangan yang fatal.

Indar, penduduk lainnya berujar, pemerintah daerah sudah sejak tahun 1970-an ingin memindahkan penduduk Desa Komodo. Beberapa kali dicoba, percaya tidak percaya, manusianya pindah komodonya pun mengikutinya.

"Jika kita pindah, komodo akan mengikuti kita," terangnya.

70 Persen warga Desa Komodo sudah menggantungkan hidup dari pariwisata. Kalau Pulau Komodo ditutup, maka mata pencaharian orang-orang desanya juga ikut hilang. Dikhawatirkan, warga desa bakal kembali berburu ikan dan itu malah merusak ekosistem di sana.

"Warga desa akan dipaksa untuk kembali ke laut, dan mereka mungkin mulai menggunakan metode yang buruk untuk menangkap ikan seperti menggunakan bom. Itu justru akan menghancurkan kehidupan laut," kata warga desa lainnya, Abdul Gafur Kasim.

Hingga kini, belum ada keputusan resmi dari pemerintah pusat terkait hal ini yaitu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Hanya KLHK yang berhak menutup suatu taman nasional, dengan didasari pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Pun hingga kini 'The fight for Dragon Island', masih terus berlanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar