Selasa, 28 Januari 2020

Ramadhan Pertama di Negeri Ginseng

 Korea Selatan adalah negara yang sangat indah, terkenal dengan band K-Pop dan drama Korea. Bagaimana ya suasana bulan Ramadhan di sana?

Memasuki bulan ramadhan di tahun 2019 adalah pengalaman istimewa bagi saya ketika sedang berjarak ribuan kilometer dari tanah air. Sebagai salah satu pemenang dtraveler goes to Korea, saya yang baru pertama kali menginjakkan kaki ke Negeri Ginseng dibuat takjub ketika melihat masjid megah berada di salah satu sudut kota Seoul, Korea Selatan.

Seoul Central Masjid and Islamic Center, adalah nama masjid yang saya temui di 39 Usadan-ro-10-gil, Hannam dong distrik Yongsan-gu, Itaewon, Seoul. Dibangun pada tahun 1976, ini adalah masjid pertama dan tertua serta satu-satunya di Seoul. Selain menjadi tempat ibadah juga menjadi tempat kegiatan agama islam bagi masyarakat muslim yang bermukim di Seoul.

Tampak luar masjid ini didominasi warna putih dengan dua menara mengapit bangunan utama. Kubah putih dengan lambang bulan sabit menghiasi bagian atap. Kemudian tampak tulisan 'Allahu Akbar' menggunakan huruf arab di atas pintu masjid. Bagian dalam masjid terdiri dari 3 lantai, di mana lantai satu berfungsi sebagai kantor pengurus muslim Korea, lantai dua tempat salat untuk jamaah pria dan lantai tiga untuk jamaah wanita.

Ketika saya berkunjung, masjid tampak ramai oleh jemaah yang hendak menunaikan ibadah salat Magrib. Kemudian dilanjutkan dengan salat Tarawih. Suasana terasa khidmat ketika kumandang azan Magrib bergema. Sungguh pengalaman tak terlupakan menyambut malam Ramadhan yang pertama kali di Negeri Ginseng.

Selain digunakan untuk tempat ibadah, masjid ini menjadi destinasi bagi wisatawan berkaitan keindahan bangunan arsitekturnya. Karena masjid ini terletak di dataran tinggi, jika menjelang senja dari halaman depan masjid kita dapat melihat gemerlap keindahan sebagian kota Seoul dengan gedung pencakar langitnya.

Sudah Tidak di Blacklist, ASITA Genjot Lagi Wisata Pangandaran

Pantai Pangandaran sempat masuk dalam daftar blacklist ASITA karena kumuh dan kotor. Tapi itu dulu, kini wisata Pangandaran akan lebih digenjot lagi.

Asosiasi Perusahan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) sempat memasukkan Pangandaran ke daftar hitam (blacklist) karena kondisinya yang kumuh dan kotor. Selama beberapa tahun (sejak bencana tsunami 2006), biro perjalanan wisata tak lagi menjual Pantai Pangandaran ke wisatawan.

Namun kini, ASITA melihat perubahan signifikan sektor pariwisata di Kabupaten Pangandaran. Pihak ASITA pun berkomitmen kembali untuk menggenjot promosi dan penjualan deatinasi-destinasi wisata di Kabupaten Pangandaran.

"Dulu itu karena tidak ada penataan. Pemerintahnya kurang peduli. Banyak sampah, tenda-tenda sepanjang pantai. Banyak wisatawan asing komplain," ujar Ketua ASITA Jawa Barat Budijanto Ardiansjah kepada media di Pangandaran, Kamis (9/5/2019).

Kini, Budijanto melihat Pangandaran telah berubah. Pantainya telah ditata dan terus dipercantik.

Selain itu, kata dia, banyak potensi destinasi yang layak dijual kepada turis mancanegara, seperti Green Canyon dan Pantai Batukaras.

"Yang masih kurang itu promosinya. Ditambah akses masih kurang (memadai), karen posisi Pangandaran jauh," kata Budijanto.

Namun begitu, kata dia, pemerintah telah memberikan perhatian khusus kepada Pangandaran dalam hal akses, mulai dari rencana reaktivasi kereta hingga renovasi Bandara Nusawiru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar