Rabu, 29 Januari 2020

Iyuh! Penumpang First Class Ini Temukan Belatung di Makanannya

Seorang penumpang pesawat First Class di Amerika Serikat terkejut setelah menemukan belatung di hidangan yang hendak dimakannya. Iyuh, jijik!

Seorang penumpang First Class di maskapai Delta Airlines dari Detroit ke Seattle bernama Matthew Klink, berbagi momen menjijikkan saat dia menemukan sesosok belatung di makanan pesawatnya. Belatung ini tampak masih hidup saat ditemukan Matthew.

Dikumpulkan detikcom dari beberapa sumber, Rabu (8/5/2019), dalam video pendek yang ramai beredar di medsos, semula tidak terlihat dimana belatung itu berada. Tapi lama-kelamaan, setelah video diputar, belatung berukuran sangat kecil itu ternyata bergerak merayap secara pelan dan berpindah posisi di piring Matthew.

Belatung kecil itu memang berwarna hijau, sama dengan warna daun selada yang ada di makanan Matthew. Sekilas memang seperti potongan daun, tapi potongan mungil ini rupanya bisa bergerak.

Matthew pun mengajukan komplain resmi ke maskapai Delta Airlines soal penemuan belatung hidup ini. Oleh pihak Delta, Mathhew pun ditawari kompensasi sebesar US$ 50 (sekitar Rp 715 ribu) terkait insiden ini.

"Kami bekerja keras dengan para vendor untuk menawarkan konsistensi dan kualitas makanan kami kepada para penumpang. Tapi bagaimanapun, kami bisa salah. Kami pastikan concern Anda akan disampaikan langsung ke pihak katering agar kejadian seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan," demikian bunyi pernyataan dari maskapai Delta.

"Kamu sudah mengontak langsung yang bersangkutan untuk meminta maaf atas pengalamannya itu, dan kami akan langsung melakukan investigasi dengan rekanan katering kami terkait masalah itu," imbuh pihak Delta.

Kemenpar Nilai Sungai di Kalteng Punya Potensi Ekowisata Menjanjikan

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menilai beberapa sungai di Kalimantan Tengah memiliki potensi ekowisata yang menjanjikan. Meski sebagian terlihat rusak dan kotor akibat aktivitas tambang liar dan sampah, namun sebenarnya sungai-sungai tersebut memiliki pesona dan keindahan yang layak dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaaan Kemenpar Ni Wayan Giri Adyani mengatakan, ada beberapa langkah awal yang harus dilakukan untuk mengembangkan ekowisata di wilayah sungai di Kalimantan Tengah. Antara lain memberikan edukasi dan pemahaman pada masyarakat bahwa sungai memiliki fungsi yang lebih luas.

Menurutnya, sungai tidak hanya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tambang, juga bukan untuk pembuangan sampah. Sungai itu dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi kehidupan jangka panjang.

"Jadi mari kita manfaatkan sungai dengan baik dengan mengembangkan pariwisata, namun jangan lupa untuk tidak meninggalkan budaya kita. Karena wisatawan asing masih sangat menyukai budaya kita," ujar Giri dalam keterangan tertulis, Kamis (9/5/2019).

Hal itu disampaikannya dalam acara pembukaan Focus Group Discussion (FGD) tentang Pengembangan Produk Ekowisata Berbasis Sungai, yang digelar sejak 9-11 Mei di Swiss Belhotel Danum, Palangkaraya.

Sementara itu, Asdep Bidang Pengembangan Wisata Alam dan Buatan Kemenpar Alexander Reyaan mengaku akan menggali terus potensi-potensi yang ada di sejumlah sungai di Kalimantan. Menurutnya, pengoptimalan potensi tersebut dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat umum.

"Kegiatan ekowisata umumnya dilakukan di kawasan konservasi seperti Taman Nasional, Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya, Taman Buru dan Area Sungai. Namun ekowisata juga tetap dapat dilakukan di areal non-konservasi selama kegiatannya masih tetap mengacu 3 pilar utama yaitu Ekologi, Ekonomi, dan Sosial budaya," ungkapnya.

Alexander menambahkan, salah satu kawasan sungai yang sudah mulai dikembangkan yakni Sungai Arut di Kelurahan Raja, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Berkat komando Lurah Raja Rangga Lesmana, warga sekitar kemudian menggagas event bulanan bertajuk 'Bejaja Wadai' yang pertama kali digelar pada Maret 2019.

Bejaja Wadai digagas dengan tujuan untuk mengembalikan lagi fungsi sungai sebagai pusat dari dinamika sosial ekonomi masyarakat Pangkalan Bun. Dalam kegiatan ini, banyak ibu-ibu warga sekitar yang menjajakan kue dan beragam penganan tradisional di atas jembatan kayu, di atas bantaran sungai sepanjang lebih kurang 200 meter.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar