Rabu, 29 Januari 2020

Danau Plitvice, Surga Kembar 16 dari Kroasia

Wisata danau besar dan cantik, mungkin sudah biasa. Yang bikin melongo dari Kroasia adalah danau kembar 16 yang punya puluhan air terjun. Inilah Plitvice Lake.

Kroasia merupakan salah satu dari negara Balkan di Eropa. Negara ini memiliki Ibukota Zagreb. Tempat wisata di Kroasia rupanya menyimpan banyak harta karun yang bisa dijelajahi.

Salah satunya adalah Plitvice Lake, 130 km dari Zagreb. Danau Plitvice adalah obyek wisata paling populer di Kroasia. Tentu saja, keindahannya sungguh bagai surga.

Danau Plitvice menjadi kawasan taman nasional dengan status warisan dunia UNESCO pada tahun 1979. Hal pertama yang akan kamu rasakan adalah terhipnosis keindahan danau ini.

Bayangkan, kawasan taman nasional ini memiliki luas 300 km2. Dalam kawasan tersebut ada 16 danau yang bergabung dalam jarak 8 kilometer, seperti yang diintip detikcom dari situs resminya, Senin (6/5/2019).

Bentuk dari danau ini juga tak biasa. Danau-danau tersebut tersusun berundak satu sama lain. Tiap danau dihubungkan dengan air terjun dan tebing batu yang tak kalah mempesona.

Seperti susunan lego, danau ini juga memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Danau paling tinggi berada di 636 meter sampai yang paling rendah 502 meter.

Dalam satu pandangan, danau ini bagaikan surga. Wisatawan bisa menikmati keindahan danau dengan berjalan di trek kayu instagenik yang sudah disediakan.

Namun bukan cuma itu saja yang dimiliki oleh Danau Plitvice. Platvice juga punya keunikan berupa warna air yang bisa berubah-ubah, seperti Kelimutu.

Ada 3 warna yang bisa kamu nikmati dari danau ini, mulai dari biru kehijauan, abu-abu atau biru. Warna danau berubah tergantung dari jumlah mineral dan sinar matahari yang membias ke permukaan danau.

Tapi ada satu peraturan yang tak boleh kamu langgar. Wisatawan dilarang keras untuk berenang di danau ini. Selamat liburan, traveler! 

Touring Motor dan Wisata Kuliner dari Jakarta ke Dieng

 Touring motor adalah kegiatan wisata petualangan yang seru dilakukan. Apalagi menyusuri Pantura Jawa yang punya banyak objek wisata dan tempat kuliner.

Meninggalkan Jakarta menuju Jawa Tengah di awal tahun dengan sepeda motor sebenarnya bukan ide yang bagus. Cuaca sedang tidak bersahabat, ditemani adik sepupu yang mengendarai Yamaha MT-25 hujan deras mengguyur sejak pagi dan langit masih sibuk bermain dengan warna gelap dan basah hingga siang hari. Tetapi windshield yang cukup tinggi dari Himalayan ini cukup melindungi dari terpaan angin, kombinasi jas hujan dan jaket waterproof dengan protektor membuat badan tetap kering.

Di jalan lingkar luar Karawang, hujan deras dan angin kencang menerpa sepeda motor turing adventure ini, sosoknya tetap stabil di jalan terbuka. Berkubikasi mesin 410 cc dengan monoshock-monoshock pertama dari seluruh seri motor keluaran Royal Enfield, membuat Himalayan lebih stabil di jalan menikung dan bergelombang. Tenaga yang disemburkan lebih dari cukup untuk motor turing. Kecuali Anda berharap loncatan tenaga yang besar di awal, Anda layak memikirkan motor sport lansiran pabrikan Jepang. Royal Enfield Himalayan memang dirancang untuk memberikan kenyamanan turing jarak jauh dan masih mumpuni di medan off-road ringan, bukan untuk beradu kecepatan.

Memasuki Cirebon, ketika beberapa kali berhenti di lampu merah, desain dan bentuk motor berwarna putih ini menarik banyak perhatian. Meskipun seat levelnya setara dengan motor kebanyakan di Indonesia 800mm dari permukaan tanah, dashboard dan buritannya tetap lebih tinggi, terlihat jangkung dengan garpu teleskopik menjulang tinggi di depan. Apalagi desain dual-purpose yang ditegaskan dengan ukuran ban depan pelk jari-jari ring 21 dan belakang ring 18 yang dibungkus dengan ban dual-purpose MT-60 keluaran Pirelli, motor ini nyaman dikendarai oleh pria dewasa dengan tinggi badan rata-rata di Indonesia.

Turing, Kuliner dan Wisata

Belum main ke Cirebon kalau belum makan Nasi Jamblang atau Empal Gentong. Akhirnya kami berbelok ke Nasi Jamblang Mang Dul di Jalan Cipto Mangunkusumo. Di kedai makan ini banyak pengunjung yang hanya meminta nasi sedikit, namun lauk yang mereka makan bisa lebih banyak. Yang menjadi ciri khas Nasi Jamblang adalah nasi yang dibungkus daun jati, sambel khas Cirebon yang disebut Jamblang dan lauk pauk yang beraneka ragam.

Sayang sekali saat kami tiba di warung nasi Jamblang Mang Dul, tahu berisi oncom pedas favorit belum tersedia. Tahu itu mirip tahu isi di Jakarta, tetapi isinya bukan sayuran, melainkan oncom pedas. Tahunya empuk dan dibungkus tepung yang juga empuk, tidak kriuk seperti tahu isi di Jakarta. Duh, sedikit menyesal tetapi tetap terbayar dengan lauk lainnya yang tidak kalah enak. Mari makan, nyam nyaam nyaaam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar