Senin, 24 Februari 2020

Refund Tiket Kereta Sudah Bisa Via Aplikasi KAI Access, Lho!

PT Kereta Api Indonesia (Persero) meluncurkan beberapa fitur baru pada aplikasi resmi KAI Access. Salah satu fitur baru yang diluncurkan untuk memudahkan penggunanya yaitu dapat refund tiket melalui aplikasi.

Sebelumnya, penumpang kereta api (KA) yang ingin mengubah jadwal dan membatalkan perjalanannya harus mendatangi customer service di stasiun. Refund akan diberikan dengan metode transfer ke rekening penumpang atau diambil secara tunai di stasiun. Kini KAI mempermudahnya dalam satu aplikasi yakni KAI Access.

"Sejak berkomitmen untuk berinovasi tanpa henti sebagai wujud service oriented, KAI terus berupaya menghadirkan berbagai layanan yang memudahkan penumpangnya. Secara bertahap, KAI menghadirkan fitur-fitur baru dalam KAI Access. Refund melalui KAI Access adalah salah satu yang memudahkan penumpang dalam bertransaksi," ujar Direktur Utama KAI Edi Sukmoro dalam keterangan tertulis, Jumat (22/2/2019).

Fitur baru tersebut bisa didapatkan dengan memperbarui aplikasi di Play Store untuk pengguna sistem operasi Android dan App Store untuk pengguna iOS. Pembatalan dapat dilakukan penumpang yang bersangkutan atau salah satu penumpang yang data dirinya telah terdaftar pada aplikasi KAI Access serta menggunakan akun KAI Access pemohon.

Ketentuan refund atau pembatalan via Kai Access dilakukan selambat-lambatnya 24 jam sebelum KA berangkat dan kode booking yang dimiliki berstatus paid. Selain itu belum dicetak sebagai boarding pass. Jika lewat dari waktu tersebut maka pembatalan dilakukan di loket pembatalan di stasiun.

Pembatalan tiket juga dikenakan biaya pembatalan sebesar 25% dari tarif tiket KA di luar biaya pemesanan. Pengembalian bea atau refund dilakukan setelah hari ke-30 hingga 45 hari kerja dan hanya melalui transfer bank.

Refund dapat dikirimkan ke rekening salah satu penumpang yang ada di dalam kode booking tiket yang dibatalkan. Untuk itu, nama dan nomor rekening bank yang di-input harus sesuai dengan nama dan nomor pada buku rekening bank. Jika terdapat kesalahan input nama atau nomor rekening bank, maka proses pembatalan akan ditolak secara sistem dan penumpang dapat melakukan pembatalan tiket di loket stasiun pembatalan.

Pembatalan secara online dapat dilakukan kalau pembelian tiket sebelumnya melalui loket maupun online di berbagai channel eksternal atau e-commerce platform dan kode booking dapat masuk ke menu My Trip. Selain itu nama yang terdapat di dalam tiket terdaftar sebagai user KAI Access.

Selain fitur refund atau pengembalian dana, beberapa fitur baru di KAI Access meliputi Online Reschedule atau mengubah jadwal secara online, serta Online Cancellation atau pembatalan secara online.

Renovasi Jalur Wisata Bromo, Probolinggo Gandeng Australia

 Jalur wisata ke Bromo di Probolinggo akan diperbaiki demi kenyamanan wisatawan. Pemkab menggandeng Australia untuk mengerjakannya.

Sekitar akhir Maret mendatang jalur wisata, mulai Kecamatan Tongas hingga Cemoro Lawang, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, akan segera direnovasi Pemkab Probolinggo bersama Australia. Dana untuk renovasi sepanjang 39 km ini adalah Rp 159 miliar.

Proyek ini akan makan waktu 3 tahun dan dimulai akhir Maret 2019 mendatang. Dihubungi via ponsel, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Kabupaten Probolinggo, Prijono mengatakan, realisasi renovasi jalan sendiri akan menggunakan sistem reimburse atau ditanggung dulu oleh Pemkab Probolinggo menggunakan dana APBD, baru nanti 40 dana diganti Australia setelah proyek selesai.

"Untuk biaya renovasi jalan kita kucurkan dahulu, baru setelah selesai digarap, pemerintah Australia akan menggantinya," jelas Prijono, Jumat (22/02/19).

Ponsel 'Membunuh' Tukang Foto Wisata di Pangandaran

 Inilah senja kala para tukang foto wisata di Pantai Pangandaran. Pernah jaya sampai awal tahun 2000-an, sekarang mereka kalah dengan kamera ponsel wisatawan.

Sudir (60), salah seorang juru foto di Pantai Pangandaran bercerita, ia telah mengikuti perubahan tren teknologi fotografi sejak tahun 1970-an. Ketika menjajal usaha sebagai fotografer wisata sejak tahun 1978, kata Sudir, para fotografer yang jumlahnya hanya segelintir orang masih menggunakan kamera Polaroid.

Ia mengingat, para juru foto wisata ramai-ramai pindah ke kamera analog yang menggunakan negatif film pada tahun 1990-an. Selain tuntutan jaman dengan berkembangnya kamera analog, ia mengingat, para fotografer pindah ke analog karena sempat terjadi kelangkaan kertas foto Polaroid di Indonesia.

Tren kamera analog di kalangan pemotret wisata, kata dia, mulai bergeser ke digital sekitar pertengahan dekade 2000. Mula-mula, kata dia, para fotografer pantai menggunakan kamera saku.

"Nggak lama ramai DSLR, kita ganti lagi," ujar Sudir, Jumat (22/2/2019).

Sudir mengenang, masing-masing era punya kenangannya tersendiri. Sewaktu zaman kamera Polaroid, menurut dia, juru foto harus sangat hati-hati memfoto karena gambar langsung tercetak begitu tombol ditekan.

"Enaknya, foto langsung ada dan langsung dibayar. Waktu itu harganya masih Rp 1000 selembar, terus naik-naik sampai Rp 5 ribu," ujar Sudir.

Kelemahannya, kata dia, foto Polaroid tidak bisa diperbesar. Karena itu, menurut dia, foto negatif film saat itu menjadi alternatif. Namun, menurut dia, menggunakan negatif film bukan berarti tanpa keurangan.

"Nggak enaknya kita harus cuci dulu ke studio, pas balik mau kasih foto, tamunya sudah enggak ada," kata Sudir.

Secara teknologi, menurut Sudir, kamera digital paling menunjang pekerjaan. Fotografer, menurut dia, bebas mengambil gambar dan memilih hasil terbaik.

Namun sisi tidak enaknya, menurut Sudir, banyak wisatawan membawa kamera sendiri, termasuk kamera ponsel. Alhasil, ia menyebut penghasilannya berkurang drastis. Apalagi kamera ponsel sekarang bagus-bagus dan wisatawan suka selfie sendiri.

"Kalau dulu, terasa sejahteralah jadi tukang foto. Sekarang sih mungkin angkanya gede, tapi ya, nilainya sedikit," ujar dia.

Sudir mengaku, penghasilan kotornya kini pada akhir pekan berkisar antara Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu. Sudir mengaku tidak punya bayangan bagaimana nasib juru foto wisata ke depan. Ia sadar, zaman tidak bisa ditolak dan orang-orang akan punya kamera sendiri-sendiri.

Makin banyak turis yang suka pakai kamera ponsel, maka tukang foto ini semakin tergerus. Usaha mereka seperti mati perlahan-lahan digerus digitalisasi zaman.

Fotografer wisata lainnya, Abdul Syukur (54) menyebut, saat ini ada 52 fotografer di pantai yang bergabung dalam Organisasi Pemotret Wisata Pangandaran (OPWP). Mereka, kata Abdul, umumnya hanya bekerja akhir pekan. Sementara pada hari-hari biasa, kata dia, masing-masing punya sambilan.

"Ada yang punya warung, ada yang tani, ada yang dagang," kata dia.