Selasa, 03 Maret 2020

Benarkah Cahaya Biru Bisa Cegah Warga Jepang Bunuh Diri?

Kalau traveling ke Jepang, perhatikan nggak ada lampu warna biru di stasiun kereta? Rupanya, ini adalah cara untuk mencegah orang Jepang bunuh diri lho.

Melansir BBC Future, Kamis (31/1/2019), perusahaan kereta di Jepang tampaknya menemukan bahwa lampu biru yang menenangkan dapat mengurangi tingkat bunuh diri di stasiun. Tetapi apakah cara ini benar-benar berfungsi?

Pada tahun 2013, terbit sebuah makalah ilmiah yang akan menjadi awal mula bagi ribuan berita viral dan unggahan di media sosial. Saran itu sangat mengejutkan, lampu biru di stasiun kereta dapat mencegah bunuh diri di lokasi-lokasi itu dan para ilmuwan bahkan dapat menunjukkan bahwa bunuh diri turun sebanyak 84%.

Sejak saat itu, gagasan ini menjadi inspirasi bagi proyek serupa di banyak negara lain. Dimulai pada akhir 2000-an, ketika sejumlah perusahaan kereta api Jepang mulai memasang lampu biru di atas platform stasiun kereta.

Teknik dorongan ini adalah cara untuk mempengaruhi perilaku yang meskipun nampaknya halus namun dapat memiliki dampak besar dan mengejutkan. Idenya adalah bahwa cahaya biru dapat memiliki efek pada keadaan pikiran orang.

Satu studi pada tahun 2017 mendukung gagasan ini. Ditunjukkan bahwa orang-orang yang mengalami tekanan psikologis kembali lebih cepat ke keadaan relaksasi ketika mereka berbaring di ruangan yang bermandikan cahaya biru.

Michiko Ueda di Universitas Waseda mendengar tentang percobaan itu dan terbukti sukses. Ia telah mempelajari faktor yang mungkin mempengaruhi tingkat bunuh diri di Jepang, yakni dari ekonomi hingga bencana alam dan bahkan diskusi tentang bunuh diri selebriti di Twitter.

Setelah menganalisis data selama 10 tahun tentang bunuh diri di 71 stasiun kereta Jepang, Ueda dan rekan-rekannya menemukan bahwa ada beberapa bukti efeknya pada penumpang. Mereka melihat pengurangan 84%, angka yang segera dilaporkan secara luas.

Sayangnya, itu bukan keseluruhan cerita ketika laporan berita tentang temuan itu keluar, Masao Ichikawa di Universitas Tsukuba kembali melihat datanya. Dia menunjukkan bahwa penting untuk membedakan antara data yang dikumpulkan pada siang dan malam hari di stasiun kereta terbuka.

Pada siang hari, lampu mungkin tersamarkan atau bahkan dimatikan. Ichikawa juga meneliti tindakan yang dikenal sebagai interval kepercayaan.

Analisis statistik itu membawanya pada ketidakpastian untuk hasil tertentu. Dan interval kepercayaan mengekspresikan kisaran yang mungkin dari nilai-nilai tersebut.

Ichikawa memperhatikan bahwa kepercayaan pada kertas Ueda sangat luas: 14-97%. Secara statistik sangat tidak stabil, katanya, yang berarti efek yang sebenarnya bisa hanya serendah pengurangan 14% atau merupakan perubahan yang signifikan, tetapi tidak sebesar oleh liputan media.

Dia berharap makalahnya sendiri, yang diterbitkan sebagai tanggapan di tahun berikutnya, akan memastikan bahwa orang-orang tidak mulai berpikir bahwa lampu biru adalah mukjizat pencegahan. Dan entah bagaimana memiliki efek luar biasa pada orang-orang yang mempertimbangkan kembali untuk bunuh diri.

Pemasangan penghalang pelindung dan pintu kaca di sepanjang tepi platform bisa jauh lebih bermanfaat, kata Ichikawa. Namun, ia mengakui bahwa harganya jauh lebih mahal daripada lampu biru, biaya yang mungkin sepadan, jika efek cahaya biru ternyata berefek minimal dan Ueda mengamininya.

Ueda sekarang sedang melakukan penelitian baru untuk mengukur dampak psikologis dari lampu biru, tetapi sudah ada hasil yang bertentangan dari tim lain. Makalah tahun 2017 memberikan kepercayaan pada gagasan bahwa lampu biru bisa menenangkan, tetapi dari Stephen Westland, seorang ahli dalam warna dan desain di Universitas Leeds, mengatakan bahwa lampu mungkin tidak mempengaruhi faktor penting lainnya, sisi impulsif seseorang.

Cara-cara inovatif ini untuk mengatasi masalah bunuh diri Jepang termasuk dalam 20 besar dunia dalam hal tingkat bunuh diri. Negara ini bergulat serius dan berusaha untuk memperbaikinya.

Jumlah bunuh diri secara keseluruhan telah menurun dalam beberapa tahun terakhir. Turun menjadi sekitar 21.000 pada tahun 2017 dari 34.500 pada tahun 2003, tetapi jumlah itu meningkat di kalangan yang lebih muda.

Lampu biru mungkin memiliki efek pada orang yang berpikir untuk bunuh diri. Tetapi, yang paling efektif yang harus dilakukan adalah langkah pemasangan pintu kaca platform.

Senin, 02 Maret 2020

Bukan SIM Keliling, Ini Layanan Paspor Keliling

Layanan SIM keliling sudah biasa. Tapi sekarang juga ada layanan paspor keliling untuk membantu traveler yang mau keluar negeri.

Traveler yang berada di DKI Jakarta perlu tahu nih, layanan keliling tidak hanya untuk pembuatan SIM saja lho. Ternyata juga ada layanan pembuatan paspor keliling.

Syarat pembuatan paspor keliling juga sama dengan pembuatan paspor saat di kantor imigrasi. Hal ini disampaikan oleh Ruly Sadi Kusuma, Kepala Seksi Pelayanan Imigrasi Jakarta Selatan.

"Jika ada masyarakat yang ingin meggunakan jasa pembuatan paspor keliling, bawa saja syarat-syarat lengkapnya ya. Syaratnya sama dengan pembuatan paspor biasa di kantor imigrasi," ungkap Ruly di sela layanan paspor keliling di Gedung Transmedia, Jakarta, Jumat (1/2/2019).

Mobil keliling ini ternyata beroperasinya di DKI Jakarta saja. Mobil ini akan berkeliling sesuai dengan wilayah kerjanya masing-masing.

"Mobil keliling ini bekerja per wilayah. Jadi selama 2 bulan kami dipinjamkan Direktorat Jenderal Imigrasi untuk beroperasi di wilayah selatan saja. Nanti 2 bulan ke depan bisa jadi yang memakai imigrasi wilayah timur, begitu seterusnya bergantian," tambahnya.

Bagi traveler yang ingin menggunakan jasa pembuatan paspor keliling ini, kuotanya dibatasi lho. Untuk info lokasi, nantinya akan diumumkan di media sosial masing-masing kantor wilayah.

"Perlu diperhatikan bahwa layanan ini kuotanya terbatas, hanya 25 orang per hari. Untuk lokasinya, kami akan umumkan melalui medsos, biasanya 2 hari sebelum hari H. Nah, masyarakat hanya perlu datang, membawa persyaratan dan ikut antrean," jelas Ruly.

Ruly menjelaskan lebih lanjut proses paspor hingga jadi itu memakan waktu 4 hari kerja. Paspor bisa diambil di kantor imigrasi sesuai wilayah masing-masing. Terkait biaya pembuatan paspor, untuk paspor biasa biayanya Rp 355 ribu, dan e-passport Rp 655 ribu.

"Pembayaran pembuatan paspor nanti melalui bank. Kami nanti akan memandu masyarakat mengenai proses pembuatan paspor kok. Setelah itu silakan ambil di kantor imigrasi sesuai wilayahnya masing-masing," tutupnya. 

Kejutan, Wisman Terbanyak ke Indonesia 2018 Bukan dari China

Menurut Badan Pusat Statistik, selama 2018 Indonesia dikunjungi oleh 15,8 juta wisman. Namun, yang terbanyak datang bukan wisman dari China.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis laporan terbaru tentang pariwisata Indonesia. Dilihat detikTravel, Jumat (1/2/2019), dijabarkan juga angka dari wisman dari tiap negara yang liburan ke Indonesia selama tahun 2018.

Dari laporan BPS, terungkap kalau wisman dari negara Malaysia adalah yang terbanyak mengunjungi Indonesia di tahun 2018. Jumlahnya adalah 2,5 juta kunjungan (15,83 persen).

Setelah wisman Malaysia, wisman dari China atau Tiongkok merupakan yang terbanyak kedua liburan ke Indonesia. Jumlahnya adalah 2,14 juta kunjungan (13,52 persen).

Kemudian peringkat ketiga ditempati oleh wisman dari Singapura sebanyak 1,77 juta kunjungan (11,19 persen). Itulah tiga besar wisman yang paling banyak berkunjung ke Indonesia selama tahun 2018.

Selain tiga besar di atas, berikut lima besar negara yang wisatawannya paling banyak datang ke Indonesia selama tahun 2018:

1. Malaysia 2,5 juta kunjungan (15,83 persen)
2. China 2,14 juta kunjungan (13,52 persen)
3. Singapura 1,77 juta kunjungan (11,19 persen)
4. Timor Leste 1,76 juta kunjungan (11,15 persen)
5. Australia 1,3 juta kunjungan (8,23 persen)

Menpar Arief Yahya melirik pasar China sebagai salah satu yang paling potensial. Namun, faktanya wisman dari negara tetangga Malaysia masih jadi yang paling banyak berkunjung ke Indonesia.