Selasa, 03 Maret 2020

Tiket Pesawat Mahal, Penjualan Paket Wisata di Riau Menurun

Para pelaku usaha wisata di Riau mengeluhkan masih mahalnya harga tiket pesawat. Akibatnya penjualan paket wisata jadi menurun.

Pengusaha tergabung di Association of The Indonesia Tour and Travel Agencies (ASITA) Riau mengeluhkan masih mahalnya harga tiket pesawat ini. Kondisi tersebut menurunkan daya kunjung wisatawan ke Bumi Lancang Kuning.

"Sejak mahalnya harga tiket pesawat, ini sangat berdampak pada usaha wisata di Riau," kata Ketua ASITA Riau, Dede Firmansyah kepada detikTravel di Pekanbaru, Kamis (31/1/2019).

Dede menjelaskan, kondisi harga tiket yang tinggi saat ini, dengan sendirinya akan berkurang minat paket wisata dalam negeri. Kunjungan wisatawan asing bisa jadi beralih ke Malaysia dan Singapura.

Dede menyebutkan, saat ini harga tiket pesawat dari Pekanbaru ke Jakarta rata-rata di atas Rp 1 juta. Harga itu jauh lebih tinggi dari harga sebelumnya.

"Harga sebelumnya biasanya ditawarkan para agen mulai Rp 600-an ribu. Sekarang harganya di atas Rp 1 jutaan itu belum bayar bagasi lagi," katanya.

Saat ini pihak ASITA di Riau menawarkan paket wisata ke perusahaan dan komunitas dengan transportasi darat. Ini sebagai alternatif tawaran ke wisatawan sejak mahalnya harga tiket pesawat.

"Sekarang anggota kami menawarkan tiket wisata ke Sumatera Utara dan Sumatera Barat dari Riau dengan menggunakan bus. Begitu juga wisata domestik sekarang bearlih ke wisata negara tetangga," kata Dede.

Pihak ASITA Riau meminta Menpar Aried Yahya untuk membantu mencarikan solusi akan mahalnya tiket tersebut. Sejauh ini Menpar belum memberikan pernyataan apapun terkait hal itu.

"Sejak harga tiket pesawat mahal, belum ada pernyataan dari Menpar Arief Yahya. Ini yang sangat kami sayangkan," kata Dede.

Padahal, sambungnya, pemerintah melalui Kemenpar mencanangkan terget kunjungan wisatawan Nusantara hingga 250 juta di tahun 2019. "Dengan kondisi harga tiket yang tinggi, tentu target itu tidak bisa tercapai," kata Dede.

Musisi Robi Navicula Kritisi Kontribusi 10 USD Turis ke Bali

Musisi asal Bali Gede Robi atau Robi Navicula angkat bicara soal wacana kontribusi USD 10 dari turis asing. Menurutnya, ini bakal jadi polemik baru.

"Apakah Bali pariwisatanya membuka diri untuk jutaan turis datang, tapi ternyata habis itu mereka kapok ketika jalan di Bali jalannya macet karena nggak cukup untuk menampung turis. Atau untuk menyeleksi turis saja yang masuk atau bagaimana arahnya? Kalau membuka sebanyak-banyaknya tapi dengan USD 10 itu kontradiktif, tapi kalau misalnya untuk menjaga alam budaya dan semua ini kan membawa sebuah polemik baru," kata Robi di Denpasar, Bali, Kamis (31/1/2019).

Robi lalu menyoroti penggunaan duit kontribusi wisata itu untuk pembangunan alam dan budaya Bali. Dia berharap duit kontribusi tersebut tidak digunakan untuk pembangunan infrastruktur melainkan memelihara alam yang sudah ada.

"Kalau duitnya terkumpul tapi buat bangun beton ya buat apa. Kapasitas Bali sekarang itu kupikir masih, harus menetapkan kondisi ideal, harus menetapkan kondisi visual, kondisi ideal pariwisata Bali yang bagaimana, banyak restoran, banyak hotel? Coba kita lihat kondisi peak season hotel di Bali, paling banyak 50 persen, (sementara) Bali selatan surplus 908 ribu kamar," tutur musisi yang concern terharap lingkungan itu.

"Izinnya itu saja dulu perbaikin gitu loh, stop moratorium pembangunan bali selatan. kalau menurutku, tapi terserah kan. Just stick pada konsep pariwisata alam dan budaya itu rohnya Bali, itu taksunya Bali. Apa itu alam, apa itu budaya, semuanya itu belajar pada kalender Ketut Bangbang Gde Rawi, balik dulu kursus di situ, pahami kalender itu baru belajar di situ, sebelum semua itu nonsense," cetus Robi.

Dia pun mengingatkan pemerintah harus jelas betul memahami konteks pelestarian budaya dan alam sebelum menarik kontribusi dari para turis asing. Jangan sampai jika dana sudah terkumpul malah digunakan untuk merusak alam.

Telur Raja, Objek Wisata Sejarah di Raja Ampat

Pesona Raja Ampat tentu sudah tak asing di telinga traveler. Namun, di kampung Wawiyai traveler bisa menjumpai telur raja yang bersejarah.
Raja Ampat merupakan nama sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat. Dimekarkan Pada tahun 2003 silam. Wilayah Administrasinya terbagi atas 117 Desa, 24 Distrik dan 4 Kelurahan. Potensi unggulannya kelautan perikanan dan pariwisata.

Potensi Pariwisata inilah yang kemudian mengangkat Raja Ampat menjadi populer di mata dunia, bahkan dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata terfavorit. Tak heran jika setiap tahun jumlah kunjungan wisatawan dalam negeri dan luar negeri kian meningkat.

Spot wisata seperti Wayag, piaynemo, Dafanlol Misool menawarkan pemandangan indah yang memanjakan mata serta sensasi yang luar biasa, bak kanvas yang melukiskan keindahan dan keagungan Yang Maha Kuasa. Lantas semua orang yang pernah berkunjung ke Raja Ampat menyebut daerah itu sebagai surga kecil yang jatuh ke bumi.

Ya Raja Ampat, merupakan tanah yang terus dirindukan oleh setiap insan di segala tempat dan zaman. Tanah yang memiliki sejuta pesona keindahan alamnya.

Di samping keindahan alamnya, Raja Ampat juga memiliki situs-situs sejarah yang perlu dikunjungi karena dari sanalah kita akan tahu tentang asal muasal Raja Ampat (sejarah dan kulturnya), dan setiap situs sejarah selalu memiliki cerita dan kisah tentang peradaban masa silam.

Salah satu situs sejarah yang perlu kita kunjungi adalah Kali Raja yang berada di Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit. Jarak dari Ibukota Waisai menempuh satu jam perjalanan menggunakan speedboat, dan lamanya waktu tempuh ini sangat bergantung dari kapasitas mesinnya.

Kali Raja merupakan sebuah kali kecil yang airnya jernih, sejuk dan dingin. Diapit dua bukit yang ditumbuhi pepohonan hijau dan sedikit pantulan cadas cadas putih, sepanjang bantaran sungai ditumbuhi pohon-pohon mangrove.

Saat kita menyusuri kali ini, tentunya ada rasa yang berbeda dari biasanya. Ada rasa takut, cemas dan rasa ingin tahu yang kian bergejolak. Untuk bisa mengunjungi tempat ini, kita harus minta restu dari marga Arfan, keturunan Raja Arfan pemilik situs sejarah Kali Raja ini.

Beredar cerita, jika ada tamu yang masuk ke tempat ini tanpa meminta restu akan mendapatkan musibah. etiap tamu mesti memiliki niat dan hati yang bersih.

Tentunya jika ada yang punya niat jahat akan mendapatkan musibah. Cerita inilah yang lantas membuat sebagian orang takut dan cemas bila berkunjung ke tempat ini, di samping suasana sepi dan sunyi yang menambah kesan Kali Raja angker dan mistis.

Setelah kita menyusuri kali ini dengan kecepatan mesin yang kian lambat karena di beberapa titiknya dangkal, kita sampai di sebuah rumah mungil yang tertata rapi. Di dalam bangunan kecil inilah kita melihat telur raja berwarna putih, dibaluti kain berwarna putih dan sebuah kelambu putih.

Pintu rumah tempat telur raja berada selalu terbuka dan bagian depannya terdapat dua patung terbungkus kain putih. Menurut cerita, patung tersebut adalah pengawal bernama Man Moro dan Man metem.

Bagi para pengunjung yang ingin mengambil gambar harus meminta izin dan diharapkan untuk tidak masuk ke dalam rumah kecil ini. Cukup berdiri di depan pintu kita sudah bisa melihat telur raja.

Setelah puas melihat dan menyaksikan telur raja, pengunjung bisa beristirahat di halaman rumah tempat telur raja berada. Aktivitas yang bisa kita lakukan adalah mengambil foto dengan latar pemandangan yang hijau dan birunya air kali. Selain itu, kita bisa berenang, merasakan sejuk dan segarnya air.

Guna menjaga kelestariannya maka Pemda Raja Ampat telah menetapkan kali Raja sebagai objek wisata sejarah.