Sabtu, 07 Maret 2020

Tinggalkan Minyak, Dubai Hidup dari Pariwisata

Jika dulu Dubai menggantungkan hidupnya pada minyak, kini tidak lagi. Dubai mengemas pariwisatanya, serba mewah dan menarik untuk mendatangkan devisa.

Melansir CNN Travel +, Rabu (23/1/2019), Uni Emirat Arab pernah dilanda stagnasi minyak pada tahun 1969. Kini emas hitamnya hanya menyumbang kurang dari 1% dari total PDB.

Lalu, apakah Dubai akan bisa jadi role model ekonomi di kawasan Teluk Persia?

Kisah ini dimulai dari suatu pagi di bulan Oktober yang cerah, lebih dari tiga dekade yang lalu, sebuah maskapai penerbangan yang tidak dikenal dari kota yang kurang dikenal naik ke langit untuk penerbangan perdananya. Maskapai ini menyewa dua pesawat dari Pakistan International Airlines untuk perjalanan pertama mereka ke Karachi. Itu adalah Emirates.

Hari ini, Emirates yang berbasis di Dubai adalah raksasa penerbangan global. Logonya ada di baju tim sepakbola Liga Premier dan Serie A juga menghiasi lapangan di turnamen tenis global.

Dengan mengangkut penumpang lebih dari 60,5 juta pada akhir 2016-17, itulah maskapai internasional terbesar di dunia. Dubai sering menjadi berita utama dengan gedung pencakar langitnya, pulau buatan dan lereng ski di pusat perbelanjaan.

Kebangkitan Emirates dijalankan dengan hati-hati, mencerminkan perencanaan ekonomi yang serius. Keberadaannya telah menopang evolusi emirat regional ke kota dunia yang terkemuka.

Syekh Rashid bin Saeed al Maktoum, emir atau pemimpin Dubai antara tahun 1958 dan 1990, alih-alih mengandalkan sumber daya yang menipis lalu mendayagunakan pada sumber daya permanen, yakni geografi Dubai. Terletak di rute perdagangan utama antara Timur dan Barat, emirat memiliki akses ke Laut Arab dan Samudra Hindia melalui garis pantai Teluk Persia.

Dari Dubai, traveler dapat terbang ke sepertiga negara di dunia dalam waktu empat jam dan ke dua pertiga dalam waktu delapan jam. Singkatnya, Dubai memiliki geografi komersial yang patut dikembangkan.

Putranya, penguasa Dubai saat ini dan perdana menteri Uni Emirat Arab, Sheikh Mohammed bin Rashid al Maktoum, memanfaatkannya dengan tiga cara, yakni perdagangan, transportasi dan pariwisata. Ketiganya menciptakan ekonomi bebas minyak di wilayahnya.

Lalu dimulailah pengerukan Sungai Dubai pada awal 1960-an memungkinkan kapal dagang berukuran besar dapat berlabuh, penciptaan pelabuhan laut besar, Jebel Ali pada tahun 1979. Sejarawan Graeme Wilson mencatat dalam bukunya, kegigihannya terbayar, karena pada 2015 Jebel Ali Port adalah pelabuhan peti kemas terbesar kesembilan di dunia berdasarkan volume perdagangan dengan layanan mingguan hingga 140 pelabuhan.

Konektivitas transportasi udara Dubai lebih mengesankan. Pada tahun 2014, Bandara Internasional Dubai melampaui London Heathrow sebagai bandara tersibuk di dunia dalam hal penumpang internasional.

Para pemimpin Dubai sedang merencanakan bandara baru, yakni Bandara Internasional Al Maktoum, yang telah dibuka untuk penerbangan kargo. Setelah selesai pada tahun 2025 akan menjadi rumah baru untuk Emirates Airline dengan kapasitas hingga 120 juta penumpang.

Tidak mengherankan bahwa penerbangan menyumbang lebih dari seperempat dari PDB Dubai. Bahkan dapat mencapai 44% pada tahun 2030, menurut sebuah studi Oxford Economics.

Ketika para pemimpin Dubai memulai rencana besar, mereka tidak bisa meramalkan guncangan ekonomi ke depan. Karena bahwa negara-negara seperti China, India dan banyak negara Asia lainnya akan menjadi bagian dari penyeimbangan kembali kekuatan ekonomi dari Barat ke Timur.

Bidik Target 350%, tiket.com Pasang Slogan Baru

Bisnis pembelian tiket online terus meningkat tahun ini. tiket.com membidik pertumbuhan 350% dan menyiapkan slogan baru.

tiket.com sebagai pionir Online Ticket Agent di Indonesia, mencatat kemajuan di tahun 2018. Kemajuan ini terlihat dari berbagai aspek, mulai dari jumlah transaksi produk seperti pesawat dan hotel. Secara keseluruhan, selama tahun 2018, tiket.com mengalami pertumbuhan 250% dengan kenaikan jumlah pengguna yang memesan tiket pesawat melalui tiket.com meningkat hingga 300%.

Hingga saat ini, pemesanan di tiket.com masih didominasi oleh pemesanan tiket pesawat dengan rute-rute favorit yaitu Jakarta - Surabaya (PP), Jakarta - Denpasar (PP) dan Jakarta - Medan (PP). Sementara untuk rute internasional, beberapa rute yang menjadi favorit diantara pelanggan tiket.com meliputi, Jakarta - Singapura, Jakarta - Kuala Lumpur, Jakarta - Bangkok, Jakarta - Tokyo, dan Jakarta - Penang.

Selain pemesanan tiket pesawat, peningkatan juga terlihat dari sisi pemesanan produk hotel. Persentase kenaikan pengguna tiket.com terhadap pemesanan produk hotel meningkat 380%. Produk event dan atraksi juga mengalami kenaikan signifikan, peningkatan pencarian di tiket.com untuk produk ini mencapai 320%. Beberapa event populer yang menjadi pencarian tertinggi pelanggan tiket.com adalah, Asian Games 2018 dan 2019 World Tour Blackpink.

Gaery Undarsa selaku Chief Marketing Officer tiket.com dalam rilis kepada detikTravel, Rabu (23/1/2019) mengatakan saat ini tiket.com optimis dapat menargetkan pertumbuhan yang jauh lebih tinggi dibandingkan di tahun 2018. tiket.com menargetkan pertumbuhan di tahun 2019 ini mencapai 350%.

Memasuki usianya yang ke 8 tahun pada 2019 ini, tiket.com juga akan banyak melakukan pengembangan yang lebih dinamis. tiket.com akan menghadirkan warna baru dengan memberikan rekomendasi inspirasi lokasi wisata yang menarik untuk dikunjungi melalui konten-konten artikel di aplikasi tiket.com. Selain itu, pada tahun 2019 ini pula, tiket.com akan bersinergi dengan Kemenpar untuk melakukan berbagai program co-branding yang bertujuan mendukung program Kementrian Pariwisata dalam mendatangkan 20 juta wisatawan pada tahun 2019.

Di awal tahun ini, tiket.com baru saja memunculkan hal baru, yaitu karakter t-man. Karakter yang dikembangkan dari salah satu elemen logo tiket.com yaitu bulat kuning sebagai representasi tiket.com yang berusaha menjadi teman dan penyedia seluruh kebutuhan bepergian. Selain itu, tiket.com juga sekaligus memunculkan tagline barunya, "Mau ke mana? Semua ada tiketnya" yang bertujuan menguatkan imej tiket.com yang menyediakan seluruh kebutuhan pelanggan mulai dari tiket pesawat hingga tiket atraksi.

"Dengan memunculkan karakter serta tagline baru, kita ingin membawa imej tiket.com yang memiliki personality yang fun, friendly dan tetap optimis untuk menjadi OTA nomor 1 di Indonesia," kata Gaery.

Tinggalkan Minyak, Dubai Hidup dari Pariwisata

Jika dulu Dubai menggantungkan hidupnya pada minyak, kini tidak lagi. Dubai mengemas pariwisatanya, serba mewah dan menarik untuk mendatangkan devisa.

Melansir CNN Travel +, Rabu (23/1/2019), Uni Emirat Arab pernah dilanda stagnasi minyak pada tahun 1969. Kini emas hitamnya hanya menyumbang kurang dari 1% dari total PDB.

Lalu, apakah Dubai akan bisa jadi role model ekonomi di kawasan Teluk Persia?

Kisah ini dimulai dari suatu pagi di bulan Oktober yang cerah, lebih dari tiga dekade yang lalu, sebuah maskapai penerbangan yang tidak dikenal dari kota yang kurang dikenal naik ke langit untuk penerbangan perdananya. Maskapai ini menyewa dua pesawat dari Pakistan International Airlines untuk perjalanan pertama mereka ke Karachi. Itu adalah Emirates.

Hari ini, Emirates yang berbasis di Dubai adalah raksasa penerbangan global. Logonya ada di baju tim sepakbola Liga Premier dan Serie A juga menghiasi lapangan di turnamen tenis global.

Dengan mengangkut penumpang lebih dari 60,5 juta pada akhir 2016-17, itulah maskapai internasional terbesar di dunia. Dubai sering menjadi berita utama dengan gedung pencakar langitnya, pulau buatan dan lereng ski di pusat perbelanjaan.

Kebangkitan Emirates dijalankan dengan hati-hati, mencerminkan perencanaan ekonomi yang serius. Keberadaannya telah menopang evolusi emirat regional ke kota dunia yang terkemuka.