Rabu, 11 Maret 2020

Bertualang Menyusuri 5 Kota di Taiwan

Taiwan punya pantai dan pegunungan yang membujur ke Selatan. Perjalanan singgah di tiap kota menawarkan pengalaman yang menakjubkan.

Kota-kota besar dengan keunikannya masing-masing terletak di sepanjang pantai barat pulau ini, meliputi Taipei sebagai ibu kota, Taichung, Chiayi, Tainan dan Kaohsiung.

Complicated, begitulah status kedaulatan pemerintahan yang berdiri di Pulau Formosa ini. Walaupun demikian, pulau ini menjadi salah satu pusat perkembangan teknologi digital terpesat di Asia, dengan hadirnya perusahaan-perusahaan besar penghasil notebook, smartphone dan semiconductor. Pulau ini terletak 113 km dari kekuatan terbesar di Asia saat ini, yaitu Republik Rakyat Tiongkok atau China daratan. Kota-kota besar terletak di sepanjang pantai Barat pulau ini. Masyarakat dunia biasa menyebut negeri ini sebagai Republic of China atau Taiwan.

Mencapai Taiwan tidaklah terlalu sulit. Ada dua bandara internasional yang melayani penerbangan dari kota-kota besar di Indonesia, masing-masing terletak di Kota Taoyuan, 47 km dari Taipei dan di Kota Kaohsiung. Cukup banyak penerbangan baik secara direct maupun transit dari Indonesia. Penerbangan paling murah bisa diakses melalui Bandara Juanda, Surabaya ataupun Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng. Harga tiket paling murah dapat ditebus seharga Rp 1,3 juta sekali jalan. Bahkan, di saat-saat promo, harga ini dapat turun lebih jauh. Persiapan liburan dapat dilakukan dengan memantau harga tiket jauh-jauh hari maksimal sekitar 2 bulan sebelum tanggal keberangkatan.

Visa dapat diperoleh dengan mudah melalui TETO (Taipei Economic and Trade Office) di Jakarta atau di Surabaya. Waktu terbaik untuk mengunjungi Taiwan adalah pada musim semi yang jatuh pada bulan Maret-Mei, dengan suhu yang bersahabat di kisaran 15-22ÂșC. Cukup banyak biro jasa perjalanan yang menawarkan paket wisata ke Taiwan. Akan tetapi, jika Anda seseorang yang senang akan tantangan, berlibur dalam grup kecil tentunya akan menghemat biaya perjalanan. Tiga faktor yang membuat Taiwan layak dikunjungi bahkan oleh traveler awam sekalipun adalah penduduknya yang ramah, bahasa Inggris yang bisa diterima oleh sebagian besar penduduknya dan fasilitas yang sangat mendukung untuk bepergian secara mandiri bagi turis asing.

Menjelajahi Pulau Taiwan dapat dilakukan selama seminggu penuh, karena ukurannya yang hanya sepertiga Pulau Jawa. Mula-mula, perjalanan dilakukan melalui Bandara Taoyuan. Bagi kami yang merupakan manusia tropis, cuaca peralihan dari musim dingin sudah terasa menyiutkan semangat. Perjalanan dari bandara dilanjutkan menggunakan kereta MRT yang nyaman menuju Taipei Main Station. Stasiun ini juga telah terintegrasi dengan moda angkutan lain seperti bus, kereta api dan kereta cepat (High Speed Railway atau HSR). Taipei dengan gemerlap kehidupannya merupakan pemandangan yang mampu memukau siapapun yang berkunjung ke kota ini.

Terletak di Utara, Taipei merupakan pusat pemerintahan Taiwan sekaligus tempat berdirinya ikon negara ini, Taipei 101. Tower ini adalah salah satu gedung pencakar langit tertinggi, dilengkapi lift yang mampu membawa pengunjung ke dek observasi di lantai 89 dalam waktu sekitar 40 detik. Pengunjung juga dapat menyaksikan sebuah pendulum seberat 800 ton untuk menstabilkan menara terhadap goncangan yang timbul dari angin topan maupun gempa bumi. Selanjutnya, wisatawan dapat berkunjung ke Chiang Kai-Shek Memorial Hall yang merupakan monumen dengan arsitektur China klasik sebagai tugu perjuangan bagi pendiri pertama negeri ini. Apabila dirasa lelah, pengunjung dapat menginap di kota ini dengan biaya berkisar di 700 ribu per malam, sambari berkeliling menikmati pasar malam yang tersebar di penjuru kota.

Kota kedua yang kami kunjungi adalah Taichung yang dapat diakses dari Taipei menggunakan bus atau kereta api dengan waktu tempuh 2,5 jam. Waktu perjalanan dapat disingkat menjadi hanya 50 menit menggunakan HSR. Taichung menawarkan taman-taman indah yang tersebar di pusat kota disertai angkutan bus umum yang bisa diakses secara gratis selama jarak tempuh masih di bawah 10 km. Ikon utama kota ini adalah National Taichung Theater, Maple Garden dan Feng Chia Night Market. Ketiga lokasi ini terletak dalam kawasan yang berdekatan dan dapat dijelajahi dalam satu hari. Jika tertarik untuk mengeksplorasi kota ini lebih jauh, kita dapat bermalam di sini dengan biaya sekitar Rp 500 ribu.

Kupang, Seafood dan Alam NTT yang Luar Biasa

Hari selanjutnya saya habiskan dengan menyelesaikan tugas saya, kerena perjalanan ini memang perjalanan dinas. Saya baru memiliki kesempatan untuk menikmati kembali Kupang pada hari ketiga. Sebagai kota yang memiliki banyak pantai, saya tidak melewatkan kesempatan ini untuk berkunjung ke salah satu pantai terkenal di sini yaitu Pantai Kolbano.

Perjalanan menuju Pantai Kolbano cukup lama karena kami harus menempuh perjalanan selama 4 jam. Kami berangkat cukup pagi agar bisa kembali sebelum malam ke Kota Kupang. Menghabiskan waktu pada awal perjalanan dengan tidur, saya terbangun setelah setengah perjalanan. Jalan yang kami lewati tidak begitu lebar, namun cukup untuk dilewati oleh dua mobil berpapasan.

Sepanjang perjalanan di sebelah kiri dan kanan jalan tak henti terlihat pohon-pohon pepaya berjejeran, wajar jika sayur bunga pepaya atau daun pepaya sangat mudah ditemui di mana-mana. Selain itu rumah-rumah tradisional NTT juga terlihat di sepanjang jalan. Memberikan perasaaan yang berbeda. Tak jarang mobil kami harus berhenti sejenak, bukan karena lampu merah, tetapi karena kami harus menunggu babi-babi kecil bersama induknya yang sedang menyeberang jalan.

Setelah cukup lama, akhirnya kami sampai di Pantai Kolbano. Tidak banyak orang. Sepi. Bunyi ombaknya yang besar terdengar dari kejauhan. Sangat cocok bagi yang ingin menyendiri. Berbeda dengan pantai pada umumnya, pasir Pantai Kolbano ditutupi oleh kerikil yang cukup besar dengan warna-warna pink, cream, abu, putih dan baby blue. Air laut yang berwarna biru gradasi, deburan ombak yang menghasilkan buih-buih putih, berpadu dengan kerikil beraneka warna menciptakan pemandangan yang sangat menyejukkan mata.

Selain itu, angin yang berhembus cukup kencang karena pantai ini berbatasan langsung dengan Australia menghasilkan ombak-ombak besar dengan suara deburan yang menenangkan. Tempat terbaik bagi yang ingin melarikan diri dari keramaian dan bagi yang ingin melepas penat dari kesibukan. Setelah puas menyaksikan laut dan bermain air di Pantai Kolbano, saya segera kembali ke Kota Kupang karena ada hal yang yang tak kalah mempesona.

Setelah melewati perjalanan panjang lagi, saya kembali ke Kota Kupang tepat sesaat sebelum matahari terbenam. Menyaksikan pemandangan yang luar biasa, langit senja di Kota Kupang akan membuat siapapun terpesona. Memang senja selalu memesona di mana pun, bahkan di langit ibu kota yang terhalang oleh gedung tinggi dan polusi. Namun langit senja di Kupang benar-benar memukau tiada tanding, membuat siapa saja terpana.

Saya meminta driver untuk berhenti sejenak dan meminta izin untuk turun agar dapat menatap langit senja dengan lebih khusyuk. Gradasi warna hitam, biru tua, kuning dan jingga benar-benar merupakan sebuah maha karya Sang Kuasa. Ditambah dengan bayangan pohon-pohon yang tumbuh tak beraturan di tanah Kupang semakin memperindah langit senja. Senja yang begitu indah, begitu jingga.

Perjalanan panjang yang cukup melelahkan, tetapi semua itu tidak dapat menghentikan semangat saya karena ada Tolak Angin yang selalu menemani di manapun dan kapanpun. Perjalanan saya diakhiri dengan menyaksikan terbenamnya matahari yang sekaligus mengakhiri pertunjukan langit senja. Tentunya tak lupa minum Tolak Angin yang dapat mengatasi masuk angin serta menghangatkan tubuh, sehangat udara di Kota Kupang. Sampai jumpa lagi, NTT!