Jumat, 03 April 2020

Pembatalan Pemesanan di Travel Agent Meningkat 10 Kali Lipat

 Dampak virus Corona, banyak wisata ditutup dan penerbangan pun dihentikan. Tentunya situasi ini sangat berpengaruh pada travel agent.
Perintah untuk tetap berada di rumah membuat masyarakat memilih menunda liburannya. Menurut Chief Marketing Officer Traveloka Dionisius Nathaliel, situasi yang dihadapi saat ini merupakan tantangan bagi travel agent.

"Dapat kami sampaikan bahwa situasi pandemi COVID-19 yang terus berkembang telah memberikan tantangan dan dampak yang signifikan bagi industri secara keseluruhan, termasuk sektor pariwisata dan perjalanan," kata Dionisius Nathaliel.

Saat virus Corona mulai masuk ke Indonesia, banyak traveler yang menunda pemesanannya. Bahkan, permintaan untuk refund dan reschedule tiket di Traveloka meningkat hingga 10 kali lipat dari biasanya.

"Sejak Februari 2020 lalu, Traveloka mengalami peningkatan yang signifikan untuk permintaan bantuan dari para pengguna, terutama untuk refund dan reschedule tiket pesawat dan hotel. Dengan volume yang mencapai 10 kali lipat dibandingkan situasi normal," kata Dionisius.

Bahkan, Traveloka melayani hingga ribuan permintaan bantuan di setiap menitnya, baik melalui telepon, email, aplikasi, media sosial maupun kanal lain dari pengguna Traveloka di berbagai negara. Dalam menanggulangi hal ini, Travel agent ini memperkuat layanan konsumen agar dapat melayani pengguna lebih baik lagi.

Menghadapi situasi pandemi yang menyebabkan sejumlah hotel dan penerbangan ditutup, Traveloka berusaha memastikan transparansi informasi kepada pengguna. Saat ini pengguna kerap menanyakan perbedaan informasi yang diterima dari Traveloka dan para partner, yaitu maskapai, hotel dan lain sebagainya.

"Dalam upaya memastikan transparansi informasi, Traveloka mengimbau pengguna untuk senantiasa melakukan pengecekan Syarat & Ketentuan yang ditetapkan oleh masing-masing partner serta memastikan ketentuan yang tertera pada e-voucher yang dimiliki pengguna," kata Dionius Nathaniel.

Kebijakan yang ditetapkan oleh para partner merupakan dasar utama Traveloka dalam prosedur refund/ reschedule. Setelah itu baru travel agent ini dapat memproses lebih lanjut permintaan pengguna.

"Sebagai platform pemesanan online, perlu diketahui bahwa Traveloka selalu mengikuti kebijakan yang ditentukan oleh para partner, termasuk maskapai, hotel, dan yang lainnya," tambah Dionisius.

Cahaya Kemanusiaan dari Gedung Empire State New York

Wabah pandemi Corona membuat penduduk dunia bersama-sama meneriakkan gerakan kemanusiaan. Empire State New York membuat cahaya indah dari pencakar langitnya.

BUrj Khalifa sampai Menara Eiffel memberikan sumbangsihnya di tengah pandemi Corona. Bangunan-bangunan tersebut dihiasi oleh lampu bertuliskan dukungan. Empire State di New York pun ikut memberikan dukungan. Selama pandemi Corona, pencakar langit setinggi 443,2 meter ini akan mengubah cahaya gedungnya.


Tiap malam, Empire State akan menggunakan lampu berwarna putih dan merah dengan nama Heartbeat of America. Cahaya lampu akan dibuat layaknya detak jantung.


Empire State Building
@EmpireStateBldg
[1/2] We’ll never stop shining for you. 

Starting tonight through the COVID-19 battle, our signature white lights will be replaced by the heartbeat of America with a white and red siren in the mast for heroic emergency workers on the front line of the fight.

Lihat gambar di Twitter
13,1 rb
04.47 - 31 Mar 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
4.537 orang memperbincangkan tentang ini

Heartbeat of America memang dikhususkan untuk para medis yang berjuang keras untuk membantu pasien Corona. Cahaya ini jelas terlihat mencolok di antara deretan pencakar langit lainnya.

Cahaya kemanusiaan ini juga akan diikuti oleh lagu Alicia Keys yang berjudul Empire State of Mind. Lagu akan diputar tiap pukul 21.00 waktu setempat.

Amerika Serikat sendiri telah memberlakukan sejumlah kebijakan untuk mencegah penyebaran Corona. Salah satunya tak ada turis Eropa yang boleh masuk AS. Hingga kini AS menjadi negara dengan kasus tertinggi dunia, yaitu 188.592 orang.

Kisah Gua Jepang di Aceh, Lebih Layak Disebut Gua Pejuang

Sebuah gua peninggalan para penjajah di Aceh disematkan nama Goa Jepang. Tapi sesungguhnya, gua ini lebih layak diberi nama sebagai Goa Pejuang.

Detik waktu yang hampir berlalu, kala mentari nyaris tenggelam mengutip sinarnya kembali, burung-burung sahut-sahutan meneriaki udara menyampaikan pesan sang malam akan berlabuh membawa kegelapan, Selenging segera menyuarakan kehadiran senja.

Tetapi rasaku belum tiba, masih ada sepenggal jam lagi, masih cukup untuk naik ke bukit yang terlihat kibaran bendera pada ketinggian seratus dua puluh meter itu.

Bukit Goa Jepang. Aku ingin tahu wujudnya seperti apa, ingin menyaksikan dari setiap sisinya. Dan, Ya! Terlihat indah sekarang.

Tetapi di balik keindahan itu aku seolah merasakan sesuatu. Ini bukan bukit Gua Jepang, tapi ini bukit kesengsaraan kaum pejuang, karena gua ini adalah hasil jeritan pejuang yang disuruh kerja paksa.

Bayangkan betapa banyak korban melayang di sini. Di tempat ini, mereka menjadi pekerja paksa. Bayangkan berapa banyak darah yang menetes dari dalam tubuh suci itu, dicambuk, dihajar, disiksa.

Patutnya merekalah yang menggandeng nama bukit ini 'Bukit Goa Pejuang' Lihatlah hasil kerja keras para pejuang tanah air, dari setiap sisi Nusantara bersatu di tiap titiknya, seperti titik ini, hingga mereka telah mampu mengusir para pengecut itu pulang ke negeri asalnya.

Meskipun telah banyak yang tumbang di Medan peperangan tetapi lihatlah kibaran bendera Merah Putih itu berkobar, saksikanlah kegagahannya berdiri menopang kejayaan, itu adalah hasil keteguhan para pejuang. Darah dan tulang mereka menjadi saksi nyata yang mendebarkan jagat raya hingga sampai pada titik merdeka.

Goa ini sebagai bukti kebengisan Jepang, sang penyebab kesengsaraan. untuk itu namanya tak patut dikenang. Melainkan pengorbanan para Pejuang yang habis-habisan sepantasnya di Agungkan. Tempat ini Layak menyandang nama sebagai 'Goa Pejuang' bukan Goa Pecundang.

Pembatalan Pemesanan di Travel Agent Meningkat 10 Kali Lipat

Dampak virus Corona, banyak wisata ditutup dan penerbangan pun dihentikan. Tentunya situasi ini sangat berpengaruh pada travel agent.
Perintah untuk tetap berada di rumah membuat masyarakat memilih menunda liburannya. Menurut Chief Marketing Officer Traveloka Dionisius Nathaliel, situasi yang dihadapi saat ini merupakan tantangan bagi travel agent.

"Dapat kami sampaikan bahwa situasi pandemi COVID-19 yang terus berkembang telah memberikan tantangan dan dampak yang signifikan bagi industri secara keseluruhan, termasuk sektor pariwisata dan perjalanan," kata Dionisius Nathaliel.

Saat virus Corona mulai masuk ke Indonesia, banyak traveler yang menunda pemesanannya. Bahkan, permintaan untuk refund dan reschedule tiket di Traveloka meningkat hingga 10 kali lipat dari biasanya.

"Sejak Februari 2020 lalu, Traveloka mengalami peningkatan yang signifikan untuk permintaan bantuan dari para pengguna, terutama untuk refund dan reschedule tiket pesawat dan hotel. Dengan volume yang mencapai 10 kali lipat dibandingkan situasi normal," kata Dionisius.

Bahkan, Traveloka melayani hingga ribuan permintaan bantuan di setiap menitnya, baik melalui telepon, email, aplikasi, media sosial maupun kanal lain dari pengguna Traveloka di berbagai negara. Dalam menanggulangi hal ini, Travel agent ini memperkuat layanan konsumen agar dapat melayani pengguna lebih baik lagi.