Jumat, 03 April 2020

Kisah Gua Jepang di Aceh, Lebih Layak Disebut Gua Pejuang

Sebuah gua peninggalan para penjajah di Aceh disematkan nama Goa Jepang. Tapi sesungguhnya, gua ini lebih layak diberi nama sebagai Goa Pejuang.

Detik waktu yang hampir berlalu, kala mentari nyaris tenggelam mengutip sinarnya kembali, burung-burung sahut-sahutan meneriaki udara menyampaikan pesan sang malam akan berlabuh membawa kegelapan, Selenging segera menyuarakan kehadiran senja.

Tetapi rasaku belum tiba, masih ada sepenggal jam lagi, masih cukup untuk naik ke bukit yang terlihat kibaran bendera pada ketinggian seratus dua puluh meter itu.

Bukit Goa Jepang. Aku ingin tahu wujudnya seperti apa, ingin menyaksikan dari setiap sisinya. Dan, Ya! Terlihat indah sekarang.

Tetapi di balik keindahan itu aku seolah merasakan sesuatu. Ini bukan bukit Gua Jepang, tapi ini bukit kesengsaraan kaum pejuang, karena gua ini adalah hasil jeritan pejuang yang disuruh kerja paksa.

Bayangkan betapa banyak korban melayang di sini. Di tempat ini, mereka menjadi pekerja paksa. Bayangkan berapa banyak darah yang menetes dari dalam tubuh suci itu, dicambuk, dihajar, disiksa.

Patutnya merekalah yang menggandeng nama bukit ini 'Bukit Goa Pejuang' Lihatlah hasil kerja keras para pejuang tanah air, dari setiap sisi Nusantara bersatu di tiap titiknya, seperti titik ini, hingga mereka telah mampu mengusir para pengecut itu pulang ke negeri asalnya.

Meskipun telah banyak yang tumbang di Medan peperangan tetapi lihatlah kibaran bendera Merah Putih itu berkobar, saksikanlah kegagahannya berdiri menopang kejayaan, itu adalah hasil keteguhan para pejuang. Darah dan tulang mereka menjadi saksi nyata yang mendebarkan jagat raya hingga sampai pada titik merdeka.

Goa ini sebagai bukti kebengisan Jepang, sang penyebab kesengsaraan. untuk itu namanya tak patut dikenang. Melainkan pengorbanan para Pejuang yang habis-habisan sepantasnya di Agungkan. Tempat ini Layak menyandang nama sebagai 'Goa Pejuang' bukan Goa Pecundang.

Pembatalan Pemesanan di Travel Agent Meningkat 10 Kali Lipat

Dampak virus Corona, banyak wisata ditutup dan penerbangan pun dihentikan. Tentunya situasi ini sangat berpengaruh pada travel agent.
Perintah untuk tetap berada di rumah membuat masyarakat memilih menunda liburannya. Menurut Chief Marketing Officer Traveloka Dionisius Nathaliel, situasi yang dihadapi saat ini merupakan tantangan bagi travel agent.

"Dapat kami sampaikan bahwa situasi pandemi COVID-19 yang terus berkembang telah memberikan tantangan dan dampak yang signifikan bagi industri secara keseluruhan, termasuk sektor pariwisata dan perjalanan," kata Dionisius Nathaliel.

Saat virus Corona mulai masuk ke Indonesia, banyak traveler yang menunda pemesanannya. Bahkan, permintaan untuk refund dan reschedule tiket di Traveloka meningkat hingga 10 kali lipat dari biasanya.

"Sejak Februari 2020 lalu, Traveloka mengalami peningkatan yang signifikan untuk permintaan bantuan dari para pengguna, terutama untuk refund dan reschedule tiket pesawat dan hotel. Dengan volume yang mencapai 10 kali lipat dibandingkan situasi normal," kata Dionisius.

Bahkan, Traveloka melayani hingga ribuan permintaan bantuan di setiap menitnya, baik melalui telepon, email, aplikasi, media sosial maupun kanal lain dari pengguna Traveloka di berbagai negara. Dalam menanggulangi hal ini, Travel agent ini memperkuat layanan konsumen agar dapat melayani pengguna lebih baik lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar