Selasa, 28 April 2020

5 Fakta Terapi Plasma Darah yang Didonasikan Pasien 03 untuk Obati Corona

Ratri Anindya, pasien Corona nomor 03 berhasil sembuh. Kini ia mendonorkan plasma darahnya untuk membantu pasien Corona yang masih berjuang.
Terapi plasma darah diketahui sebagai salah satu cara untuk mengobati pasien Corona khususnya dalam kondisi kritis. Namun apa saja fakta-fakta di balik terapi ini? Simak penjelasan berikut.

1. Bagaimana terapi plasma darah untuk pasien Corona?
Pengobatan dengan terapi plasma darah dilakukan dengan menyuntikkan plasma darah yang mengandung antibodi penangkal Corona pada pasien terinfeksi virus Corona COVID-19.

2. Siapa yang bisa mendonor plasma darah pada pasien Corona?
Seseorang yang sudah dinyatakan sembuh dari virus Corona COVID-19. Orang tersebut harus memiliki golongan darah yang sama dengan pasien yang akan menerima donor plasma darahnya.

3. Apakah terapi plasma darah terasa sakit?
Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah seseorang tidak sakit dan berlangsung selama sekitar satu jam. Sementara mentransfer plasma darah ke pengidap Corona memakan waktu sekitar dua jam.

4. Bisakah seseorang mendonor plasma darah kedua kalinya?
Bisa. Lopez mengatakan seseorang dapat melakukan transfusi plasma darah kembali setelah 14 hari.

5. Seberapa efektif melakukan terapi plasma darah?
Dokter di China melakukan terapi plasma darah pada lima pasien Corona dengan rentang usia 36 sampai 73 tahun dan dilaporkan sembuh. Studi ini terbit di Journal of American Medical Association (JAMA).

Meski begitu satu dokter di California, AS, melakukan terapi serupa pada pasien dengan kondisi kritis namun sayangnya tak bisa terselamatkan karena virus Corona sudah merusak banyak organ tubuhnya. Namun terapi plasma darah tersebut masih dipercayai para ahli sebagai obat potensial.

3 Syarat Agar Wabah Corona di Indonesia Selesai di Bulan Juli

 Jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 di Indonesia masih terus meningkat. Pemerintah menargetkan adanya penurunan pada bulan Juni agar pada bulan berikutnya kondisi sudah bisa kembali seperti sedia kala.
Hingga Senin (27//4/2020), pemerintah mencatat masih ada penambahan 214 kasus positif sehingga total akumulatif mencapai 9.096 kasus. Dari jumlah tersebut, 1.151 pasien dinyatakan sembuh dan 765 meninggal dunia.

Usai mengikuti rapat terbatas, Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Doni Monardo, menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo menyampaikan sejumlah pesan untuk bisa megendalikan jumlah kasus. Di antaranya melalui tes secara masif.

"Bapak Presiden menegaskan berulang kali tentang pentingnya upaya kita untuk melakukan tes masif pada bulan April dan bulan ini, dilanjutkan pelacakan yang agresif serta isolasi yang ketat," katanya, Senin (27//4/2020).

Sebuah studi yang dilakukan di Singapore University of Technology and Design (SUTD) juga memprediksi wabah Corona di Indonesia akan berakhir pada 6 Juni. Secara global, pandemi diperkirakan selesai akhir tahun yakni pada 8 Desember.

Beberapa hal yang disinggung Doni soal target mengakhiri wabah Corona adalah sebagai berikut:

1. Tes masif
Juru bicara pemerintah untuk penangangan COVID-19, Achmad Yurianto, pada Senin (27/4/2020) menyebut ada 46 laboratorium yang sudah beroperasi melakukan tes Corona. Spesimen yang sudah diperiksa mencapai 75.157 dari 59.409 pasien.

"Kasus positif yang kita dapatkan adalah 9.096 orang," kata Yuri.

2. Pelacakan yang agresif
Dikutip dari Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19), pelacakan kontak erat mencakup 3 komponen utama yakni identifikasi kontak, pencatatan detail kontak, dan tindak lanjut kontak. Dari hasil pelacakan, sejauh ini didapatkan 210.199 orang dalam pemantauan (ODP) dan 19.987 pasien dalam penanganan (PDP).

3. Isolasi ketat
Seseorang yang berisiko atau sudah terinfeksi bisa melakukan isolasi, baik di rumah secara mandiri maupun di rumah sakit. Terkait interaksi sosial, sejumlah daerah juga telah menetapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Larangan mudik juga diterapkan menjelang perayaan Idul Fitri tahun ini.

"Bapak Presiden meminta kita semua untuk bisa bekerja lebih keras lagi dan juga mengajak masyarakat agar lebih patuh, lebih disiplin, dan juga aparat supaya bisa lebih tegas agar pada bulan Juni yang akan datang kita mampu menurunkan kasus COVID di Indonesia, sehingga pada bulan Juli diharapkan kita sudah bisa mulai mengawali hidup normal kembali," kata Doni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar