Kamis, 30 April 2020

Kata Dokter di Lapangan soal Prediksi Corona Mereda di Bulan Juni

Banyak prediksi terkait kapan wabah Corona berakhir di Indonesia. Salah satunya, data dari Singapore University of Technology and Design (SUTD) beberapa waktu lalu memprediksi wabah Corona Indonesia selesai di 6 Juni.
Data yang menggunakan artificial intelligence (AI) yang berbasis pada model matematika tipe susceptible-infected-recovered (SIR) ini diregresikan dengan data dari berbagai negara untuk memperkirakan kurva siklus hidup pandemi di berbagai dunia termasuk Indonesia. Lalu bagaimana komentar dokter di lapangan terkait hal ini?

Direktur Utama, dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), mengatakan jumlah pasien Corona yang diterima di RSCM tersebut masih terbilang stabil. Namun ia menegaskan RSCM terus fokus pada penanganan terbaik yang bisa dilakukan.

"Terus terang karena kami ini di lapangan kami tidak mengamati secara langsung, kami hanya bagaimana yang ada di RSCM kami bisa tangani, dan hari ke hari kami masih menerima, tapi jumlahnya masih stabil saja," ungkapnya saat ditemui di RSCM Kiara, Jakarta Pusat, Kamis (30/4/2020).

"Yang penting RSCM bagi kami melaksanakan yang terbaik saja," lanjutnya.

Menurut dr Lies, penanganan pasien Corona di RSCM pun tak hanya melibatkan satu dokter saja. Hal ini demi memaksimalkan penanganan pasien Corona setiap harinya.

"Kami melakukan terapi pengobatan COVID-19 tuh tidak hanya satu dokter yang menangani, hanya saja kalau kita semua dokter masuk dalam satu ruangan itu kan tidak memungkinkan dan cukup membahayakan, karena masalah infeksi yang bisa saling menularkan, jadi kita melakukan dengan telekonsultasi," katanya.

"Jadi di luar sana di area yang aman itu ada satu area yang satu tempat kita sebut sebagai COVID-19 board, jadi ada board di mana para profesor, guru besar setiap minggu dua kali membahas kasus secara bersama-sama, menentukan arah, lalu menetapkan mana yang sudah stabil dan sebagainya, untuk pengobatan apa yang bisa dilakukan selanjutnya," lanjutnya,

Dari China Menyebar ke Seluruh Dunia, Seberapa Fatal Infeksi Virus Corona?

Saat ini sedang terjadi wabah virus corona yang menghebohkan seluruh dunia. Tercatat hingga kini kasus virus corona telah menginfeksi 830 kasus di seluruh dunia dan 25 orang di antaranya meninggal dunia. Lalu apakah virus corona berbahaya dan mematikan?
"Tidak (mematikan-red), apalagi ini bukan human corona sebenarnya. Kalau human corona rata-rata lebih agresif, lebih cepat meninggalnya, ini tidak," sebut Ahli Penyakit Tropik dan Infeksi dari RS Ciptomangunkusumo (RSCM), dr Erni Juwita Nelwan, SpPD, saat dijumpai di Kantor Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/1/2020).

Sampai saat ini tingkat mortalitas atau kematian akibat virus corona masih terbilang rendah. Dari sekian ratus pasien yang menjalani perawatan, persentase kematian masih rendah dan banyak pasien sudah dipulangkan atau rawat jalan.

Apabila dibandingkan dengan flu burung dengan jumlah kematian mencapai 87 persen dari pasien yang menjalani perawatan dan SARS sekitar 60 persen, virus 2019-nCoV masih terbilang jauh dari angka tersebut.

"Untuk nCoV itu kalau kita lihat nggak sampai 5 persen kematiannya dan itupun kematiannya tidak dapat dikaitkan langsung dengan virus ini karena diduga meninggalnya justru karena komorbid atau penyakit penyerta yang sudah ada di pasien," kata dr Erlina Burhan, SpP, spesialis paru dari RS Pusat Persahabatan pada kesempatan yang sama.

Meski angka kematiannya cukup rendah, saat ini yang diwaspadai adalah penularannya. Mengingat mobilitas manusia saat ini cukup cepat yang membuat kasus infeksi makin tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar