Selasa, 21 April 2020

Sempat Lumpuh, Tenaga Medis yang Alami Komplikasi Corona Berhasil Sembuh

Bagaikan sebuah keajaiban, seorang tenaga medis asal Inggris dinyatakan sembuh setelah sempat mengalami lumpuh akibat komplikasi langka dari virus Corona COVID-19. Tenaga medis itu merupakan seorang pria berusia 42 tahun bernama Paul Skegg dan ia bertugas sebagai radiografer.
Dikutip dari Metro, menurut Direktur medis Rumah Sakit Darent Valley, Jonathan Kwan, Skegg mulai dirawat sejak 3 April 2020 kemarin, dan mengalami sindrom guillain-barre atau penyakit yang menyerang sistem saraf bagian luar otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit ini bisa mengakibatkan kelumpuhan pada pengidapnya.

Selama menjalani perawatan, Skegg menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang begitu cepat. Terlebih ia mengalami komplikasi langka akibat virus Corona.

"Pemulihannya yang begitu cepat adalah sebuah keajaiban," ucap Kwan.

Setelah Skegg dinyatakan pulih dari sakitnya, ia pun mendapatkan apresiasi dan penghormatan berupa tepuk tangan dari para tenaga medis saat ia berjalan keluar pergi meninggalkan rumah sakit.

"Hari ini (Minggu), kami berbaris di koridor untuk memberikan tepuk tangan kepada tenaga medis garis depan ini, setelah dirawat selama 16 hari di Rumah Sakit Darent Valley," kata Kwan.

Laporkan 590 Kasus, Kematian Corona Indonesia Masih Tertinggi di ASEAN

Tergeser Singapura, Indonesia tak lagi berada di peringkat pertama dalam jumlah kasus Corona se-ASEAN. Namun kasus kematian Corona RI masih jadi yang tertinggi yaitu sebanyak 590 kasus.
Mengutip worldometers Senin (20/4/2020) sore hari, kasus kematian Corona tertinggi kedua ditempati oleh Filipina yang melaporkan sebanyak 428 kasus.

Sementara itu, jumlah kasus positif virus Corona COVID-19 terbanyak berada pada Singapura yaitu sebanyak 8.014 kasus, lalu disusul Indonesia sebanyak 6.760 kasus.

Berikut data kasus Corona di negara ASEAN:

Singapura 8.014 kasus, sembuh 768, meninggal 11
Indonesia 6.760 kasus, sembuh 747, meninggal 590
Filipina 6.459 kasus, sembuh 613, meninggal 428
Malaysia 5.425 kasus, sembuh 3.295, meninggal 89
Thailand 2.792 kasus, sembuh 1.999, meninggal 47
Vietnam 268 kasus, sembuh 207, meninggal 0
Brunei 138 kasus, sembuh 116, meninggal 1
Kamboja 122 kasus, sembuh 107, meninggal 0
Myanmar 111 kasus, sembuh 5, meninggal 7
Laos 19 kasus, sembuh 2, meninggal 0

Peneliti Sebut Suhu Tinggi Tidak Cukup untuk Bunuh Virus Corona

Seorang peneliti di China sempat menyatakan bahwa virus Corona COVID-19 sangat sensitif terhadap suhu tinggi, hingga mencegahnya berkembang. Namun, penelitian lainnya mendapatkan hasil lain dan mengatakan harapan itu terlalu optimistis.
Para peneliti dari Universitas Aix-Marseille, Prancis, mengatakan bahwa virus ini masih bisa bertahan hidup pada suhu tinggi. Untuk membuktikan hal ini, mereka sengaja menginfeksi sel ginjal pada monyet hijau Afrika dengan virus Corona.

Kemudian, sel tersebut ditempatkan di suhu ruangan 60 derajat Celcius. Tetapi, hasilnya sel ginjal itu tetap saja terinfeksi virus Corona.

Namun, penelitian itu menunjukkan hasil sementara bahwa berada di lingkungan luar saat siang hari mungkin bisa membuat risiko penularan menurun. Meskipun begitu, tidak ada virus yang terdeteksi mati dalam kurun waktu 60 menit.

Di sisi lain, seorang ilmuwan komputasi di MIT, Qasim Bukhari dan rekan penulis analisis lainnya mengatakan memang ada keterkaitan antara cuaca dengan virus. Tapi, hal itu belum sepenuhnya dipahami dan bisa dibuktikan oleh mereka.

"Kami tidak mengatakan bahwa virus akan hilang saat terkena suhu yang tinggi. Kami hanya melihat ada ketergantungan suhu dan kelembaban, tapi saya pikir sudah banyak orang yang mulai memahami ini," ujarnya yang dikutip dari Daily Star.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar