Selasa, 14 April 2020

10 Mitos Virus Corona yang Tak Perlu Lagi Dipercaya

Selama pandemi Corona COVID-19 banyak berita yang berkembang di tengah masyarakat. Sebagian di antaranya mengandung kebenaran, sebagian lagi tak lebih dari sekadar mitos belaka.
Berikut 10 mitos virus Corona yang berkembang di tengah masyarakat, seperti dikutip dari Medical News Today:

1. Penyemprotan disinfektan dapat membunuh virus dalam tubuh
Penyemprotan disinfektan ke tubuh ternyata dapat membahayakan kulit. Disinfektan pada umumnya terbuat dari dasar kimia berbahaya, yang berfungsi untuk membasmi bakteri dari permukaan barang atau tempat bukan untuk kulit.

2. Hanya orang dewasa yang berisiko terinfeksi
Virus Corona COVID-19 dapat menginfeksi semua orang di segala usia. Meskipun orang tua memiliki risiko lebih serius apabila terinfeksi terutama bagi orang yang mempunyai penyakit bawaan atau komorbid.

3. Anak-anak tidak dapat terinfeksi virus Corona
Semua kelompok umur dapat terinfeksi virus Corona. Walaupun sebagian besar kasus terjadi pada orang dewasa, namun ini tak menutup kemungkinan bahwa anak-anak juga bisa tertular. Banyak kasus yang membuktikan bahwa anak-anak tidak kebal.

4. Masker wajah melindungi dari virus Corona
Masker tidak sepenuhnya melindungi diri dari virus Corona. Melainkan hanya memblokir partikel virus kecil. Masker memiliki fungsi membantu mencegah penyebaran droplet ke wajah terutama hidung dan mulut.

5. Antibiotik membunuh virus Corona
Antibiotik dikabarkan dapat membunuh virus. Nyatanya antibiotik hanya membunuh bakteri, bukan untuk membunuh virus.

6. Bawang putih memperlambat pertumbuhan virus
Tidak ada bukti penelitian yang menyatakan bawang putih dapat melindungi orang dari COVID-19. Nyatanya, Beberapa penelitian menunjukan bahwa bawang putih dapat memperlambat pertumbuhan beberapa spesies bakteri.

7. Kucing dan anjing menularkan virus Corona
Virus Corona COVID-19 pada dasarnya menyebar dari manusia ke manusia. Sampai saat ini belum ada bukti yang menunjukan kucing dan anjing dapat menularkan virus Corona ke manusia.

8. Pengering tangan membunuh virus Corona
Pengering tangan tidak membunuh virus Corona. Cara terbaik untuk melindungi diri dari virus ini adalah dengan mencuci tangan dengan air dan sabun sesering mungkin.

9. Mencegah virus Corona dengan berkumur pemutih
Tidak ada anjuran yang mengatakan berkumur pemutih dapat bermanfaat bagi kesehatan. Pemutih bersifat korosif yang dapat menyebabkan kerusakan.

10. Termometer dapat mendiagnosis virus Corona
Termometer hanya untuk mendeteksi suhu badan seseorang. yang dapat dikaitkan dengan seseorang menderita demam, salah satu gejala virus Corona. Namun, keadaan sekarang tidak terlalu efektif karena banyaknya orang yang terinfeksi virus Corona tanpa gejala.

Deretan Negara Asia yang Bersiap Antisipasi Gelombang Kedua Wabah Corona

Beberapa negara kembali melaporkan kasus positif virus Corona COVID-19. Bahkan China mengalami lonjakan kasus selama enam minggu terakhir, total kematian di sana sudah lebih dari 3 ribu kasus.
Tak hanya China, beberapa negara Asia lain pun mengalami hal yang sama. Mereka kembali melaporkan kasus positif Corona usai mengalami penurunan kasus.

Dirangkum detikcom dari berbagai sumber, berikut daftar negara yang kembali hadapi gelombang kedua virus Corona COVID-19.

China
China kembali melaporkan jumlah kasus virus Corona COVID-19 dalam enam minggu terakhir ini, pada Minggu (12/4/2020) lalu. Hal ini membuat para ahli khawatir akan datangnya gelombang kedua penyakit infeksi ini lagi.

Pemerintah China mengklaim lonjakan kasus ini terjadi karena banyaknya orang-orang yang pindah dari negara lain. Dikutip dari Daily Star, total kasusnya mencapai 82.160 dan jumlah kematian menjadi 3.341.

Komisi Kesehatan Nasional mengatakan, pada Senin (13/4/2020), bahwa 98 kasus baru impor yang terjadi berkaitan dengan orang-orang dari negara lain yang masuk ke China.

Singapura
Awal menerima kasus Corona, Singapura dinilai sukses menekan angka penyebaran virus Corona COVID-19. Gelombang pertama di negara tersebut dapat diatasi dengan sangat baik oleh pemerintah Singapura. Namun kini Singapura dilaporkan harus menghadapi gelombang kedua karena mengalami peningkatan kasus secara drastis.

Pada hari Minggu (12/4/2020) Singapura mencatat lonjakan kasus terbesar dalam satu hari dengan jumlah 120 kasus yang dikonfirmasi positif. Total kasus melompat hingga 50 persen hanya dalam satu minggu.

"Kami telah mengendalikan wabah. Tetapi melihat trennya, saya khawatir bahwa jika tidak mengambil langkah lebih lanjut, keadaan akan semakin memburuk secara bertahap," kata Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dalam pidato, dikutip dari News.com.au.

WHO Tak Rekomendasikan Pemberian Vaksin BCG untuk Tangkal Corona

Vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) yang umumnya dipakai untuk melawan tuberkulosis kini mendapat sorotan di tengah pandemi virus Corona COVID-19. Beberapa ahli menyebut bahwa vaksin ini dapat meningkatkan imunitas secara umum sehingga bisa bermanfaat cegah berbagai infeksi.
Sebagai contoh di Australia ribuan tenaga medis dilaporkan menjalani imunisasi dengan vaksin BCG. Tujuannya untuk melindungi mereka dari infeksi Corona COVID-19, sehingga dapat kembali bekerja lebih cepat.

Terkait hal tersebut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak merekomendasikan negara-negara langsung menerapkan penggunaan vaksin BCG. Alasannya karena masih perlu bukti lebih lanjut bahwa vaksin ini benar-benar bermanfaat.

"Karena absennya bukti, WHO tidak merekomendasikan vaksin BCG untuk cegah COVID-19. WHO tetap merekomendasikan vaksin BCG ini untuk bayi di negara yang tingkat kejadian tuberkulosisnya tinggi," tulis akun Twitter resmi WHO.

"Vaksin BCG bisa mencegah infeksi tuberkulosis parah pada anak-anak. Oleh sebab itu bila ada pengalihan suplai lokal kemungkinan bayi jadi tidak bisa imunisasi dan ini akan meningkatkan angka penyakit dan kematian karena tuberkulosis," lanjut WHO seperti dikutip pada Selasa (14/4/2020).

Saat ini sedang berjalan dua uji klinis terkait manfaat vaksin BCG terhadap infeksi virus Corona. WHO berjanji akan mengevaluasi rekomendasinya ketika dua uji klinis tersebut sudah membuahkan hasil.

10 Mitos Virus Corona yang Tak Perlu Lagi Dipercaya

Selama pandemi Corona COVID-19 banyak berita yang berkembang di tengah masyarakat. Sebagian di antaranya mengandung kebenaran, sebagian lagi tak lebih dari sekadar mitos belaka.
Berikut 10 mitos virus Corona yang berkembang di tengah masyarakat, seperti dikutip dari Medical News Today:

1. Penyemprotan disinfektan dapat membunuh virus dalam tubuh
Penyemprotan disinfektan ke tubuh ternyata dapat membahayakan kulit. Disinfektan pada umumnya terbuat dari dasar kimia berbahaya, yang berfungsi untuk membasmi bakteri dari permukaan barang atau tempat bukan untuk kulit.

2. Hanya orang dewasa yang berisiko terinfeksi
Virus Corona COVID-19 dapat menginfeksi semua orang di segala usia. Meskipun orang tua memiliki risiko lebih serius apabila terinfeksi terutama bagi orang yang mempunyai penyakit bawaan atau komorbid.

3. Anak-anak tidak dapat terinfeksi virus Corona
Semua kelompok umur dapat terinfeksi virus Corona. Walaupun sebagian besar kasus terjadi pada orang dewasa, namun ini tak menutup kemungkinan bahwa anak-anak juga bisa tertular. Banyak kasus yang membuktikan bahwa anak-anak tidak kebal.

4. Masker wajah melindungi dari virus Corona
Masker tidak sepenuhnya melindungi diri dari virus Corona. Melainkan hanya memblokir partikel virus kecil. Masker memiliki fungsi membantu mencegah penyebaran droplet ke wajah terutama hidung dan mulut.

5. Antibiotik membunuh virus Corona
Antibiotik dikabarkan dapat membunuh virus. Nyatanya antibiotik hanya membunuh bakteri, bukan untuk membunuh virus.