Wakil Walikota Yana Mulyana sebelumnya mengumumkan dirinya terinfeksi virus Corona COVID-19 pada Senin (23/3/2020) lalu melalui media sosialnya. Namun dirinya kini dinyatakan sembuh usai menjalani isolasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung selama 11 hari.
Dalam sesi diskusi daring bersama survivor COVID-19, ia pun menceritakan kembali awal mula ia terinfeksi. Ia pun menceritakan gejala yang ia alami pada awalnya.
"Awalnya sih mungkin biasa ya badan kita mah pasti kalau ada sesuatu yang nggak enak pasti ngirim alarm, waktu itu sih sebetulnya (suhu badan) 36,5 tapi nggak enak ya," ungkapnya saat melakukan live streaming bersama Rumah Zakat Rabu (15/4/2020)
"Badan tuh panas di muka, terus tenggorokan kering, jari-jari juga pegal," lanjutnya.
Merasakan gejala seperti itu, ia awal berinisiatif untuk mengisolasi diri selama 4 hari. Namun gejala yang ia alami tak kunjung membaik.
"Saya akhirnya mengisolasi diri dulu di rumah selama 4 hari tapi makin nggak nyaman, makin nggak enak akhirnya saya ke rumah sakit ya diisolasi di rumah sakit 11 hari," lanjutnya.
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit, akhirnya ia pun dinyatakan negatif virus Corona COVID-19 dari saat melakukan swab test kedua kalinya.
"Yasudah setelah 11 hari di rumah sakit, swab test yang kedua alhamdulillah negatif," tutupnya.
Alat Rapid Test Corona Banyak Dijual Online, Siapa Mau Beli?
Alat tes virus corona atau rapid test menjadi barang yang sangat dicari saat ini. Saat ini, barang-barang tersebut beredar di toko-toko online menjual secara bebas.
Dalam penelusuran detikcom, harga rapid test di lapak online sangat beragam. Ada yang dijual satuan, ada juga per boks mulai dari Rp 500 ribu hingga jutaan rupiah. Salah satu reseller menyebut ia menjual rapid test dengan harga Rp 6,9 juta per box, dengan isi 10 di tiap box nya.
"Rp 6,9 juta per box isi 10," kata salah satu reseller kepada detikcom.
Terlepas dari maraknya penjualan rapid test kit online yang tidak diketahui akurasinya, Izhar (27), seorang karyawan swasta mengatakan ia tidak mau membeli alat rapid test tersebut, dan lebih memilih untuk langsung tes di rumah sakit.
"Enggak, mending langsung aja ke rumah sakit biar lebih pasti hasilnya, lagian belum ada reviewnya," karanya kepada detikHealth, Rabu (15/4/2020).
Sama halnya dengan Aisyah (24), alat rapid test yang tidak bisa ketahui keakuratannya membuat ia tidak mau mencoba dan membeli sendiri alat yang di jual di online.
"Nggak, keakuratannya aja gatau. yang di impor dari Ch*** aja ada yang dibalikin negara lain soal akurat dan tidaknya," tuturnya.
Namun berbeda dengan keduanya, Emiliana, (24) menyebut terlepas dari harganya yang mahal, ia tetap mau melakukan rapid test. Hanya saja saat ini belum ada kesempatan.
"Ingin tapi mahal siss," ungkapnya.
Berbeda dengan Emiliana, Rachel (25) menyebut dirinya sudah membeli alat rapid tes tersebut, namun belum ada kesempatan untuk mencobanya.
"Kemarin sempat beli sama temen, tapi belum dicoba sihhh," katanya.
Nah gimana nih detikers? Kamu masih penasaran pingin coba atau malah tidak mau beli? Komen di bawah ya!