Penyebaran virus Corona COVID-19 terus meningkat di dunia. Virus Corona dilaporkan mulai muncul di akhir Desember tahun lalu di Wuhan, China. Namun hingga kini belum diketahui secara pasti penyebab awal kemunculannya. Salah satu dugaan yang menjadi perbincangan adalah virus Corona COVID-19 disebut berasal dari laboratorium Wuhan.
Mengutip Science Alert, terdapat studi yang memunculkan kemungkinan asal mula virus Corona ini. Studi ini membantah pandemi virus Corona terjadi karena hasil rekayasa. Penelitian ini menunjukkan virus Corona mungkin telah beredar di manusia jauh sebelum ditemukan di Wuhan, China.
"Mungkin saja nenek moyang virus Corona COVID-19 masuk ke manusia kemudian memperoleh genomik baru melalui transmisi manusia ke manusia yang tidak terdeteksi," tulis para peneliti dari AS, Inggris, dan Australia dalam studi tersebut.
Para peneliti menganalisis data genom yang tersedia dari virus Corona dan menunjukkan bahwa bagian receptor binding domain (RBD) dari lonjakan protein sangat efektif untuk mengikat sel-sel manusia melalui seleksi alam.
"Dengan membandingkan data genom yang tersedia untuk strain virus Corona dapat ditegaskan bahwa virus Corona berasal dari proses alami," kata salah satu tim peneliti Kristian Andersen dari Scripps Research.
Dari hasil ini terdapat dua hipotesis. Pertama bahwa seleksi alam terjadi pada inang hewan sebelum ditularkan ke manusia.
"Meskipun tidak ada virus Corona pada hewan yang diidentifikasi cukup mirip dengan yang telah bertindak sebagai nenek moyang virus Corona, keanekaragaman virus ini pada kelelawar dan spesies lain secara besar tidak tersampel," tulis para peneliti.
Hipotesis kedua merupakan seleksi alam yang terjadi pada manusia setelah virus tersebut ditularkan dari inang hewan.
"Skenario kedua adalah bahwa virus Corona disilangkan dari hewan ke manusia sebelum mampu menyebabkan penyakit," kata direktur institusi kesehatan nasional Prancis, Collins.
Sampai saat ini para peneliti belum bisa memastikan mana yang paling benar dari kedua kedua hipotesis ini.
Peneliti Sebut Sinar Ultraviolet Bisa Cegah Penyebaran Virus Corona
Seorang peneliti sekaligus direktur Pusat Penelitian Radiologi di Universitas Columbia, David Brenner mengatakan bahwa jenis cahaya tertentu bisa membunuh virus di udara. Beberapa virus yang dimaksud salah satunya adalah virus Corona.
Brenner telah mempelajari bahwa sinar ultraviolet atau sinar UV berpotensi untuk melawan penyebaran virus. Sinar UV ini dikenal karena sifatnya yang bisa membunuh kuman dan digunakan untuk mensterilkan peralatan, hingga area rumah sakit.
"Paparan sinar ini khususnya UVC aman untuk manusia, karena tidak bisa melewati sel-sel hidup di tubuh kita," katanya yang dikutip dari ABC News.
"Setelah menjalankan beberapa tes tambahan terhadap UVC atau sinar jauh, kami melihat bahwa dalam dosis yang rendah saja bisa membunuh 99 persen virus," lanjut Brenner.
Tim Brenner sebelumnya telah menguji UVC ini terhadap dua virus Corona musiman, dan saat ini sedang mengujinya dengan virus COVID-19 yaitu SARS-CoV-2. Lampu yang menggunakan sinar UVC juga sedang diproduksi dan menunggu persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).
Meski masih menunggu persetujuan dan perizinan dari FDA, permintaan masyarakat terhadap lampu tersebut sangat tinggi. Hal ini membuat perusahaan yang memproduksinya, Cy Herring, harus bekerja sepanjang waktu.