Viral di media sosial video seorang perawat rumah sakit meninggal dunia. Dalam video tersebut terlihat para tenaga medis memberikan penghormatan terakhir kepada sang perawat yang bernama Hastuti Yulistiorini dari rumah sakit Siloam Surabaya.
Perawat ini dilaporkan sudah bekerja di Rumah Sakit Siloam Surabaya selama 32 tahun sebagai perawat. Pihak rumah sakit pun mengucapkan turut berduka dan menyebut almarhumah sebagai pahlawan kesehatan di tengah pandemi COVID-19.
"Kami baru saja kehilangan salah satu sosok pahlawan kesehatan," kata CEO Siloam Hospitals Surabaya dr Maria Magdalena Padmidewi, SpKK, dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (16/4/2020).
Anisa
@sanzdhe
Selamat jalan seniorku, semoga amal kebaikanmu di dunia diterima di sisi-Nya .
Perawat RS Siloam Surabaya .
Pada hormat semua dong ðŸ˜
Video terlekat
190
19.04 - 16 Apr 2020
Info dan privasi Iklan Twitter
92 orang memperbincangkan tentang ini
Menanggapi video viral ini, Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Harif Fadillah, Skep, SH, MKep mengatakan itu bentuk apresiasi tenaga kesehatan terhadap jasanya dalam membantu merawat pasien Corona.
"Saya pikir itu adalah sebuah aksi spontan menunjukkan solidaritas dari tenaga kesehatan dan juga pegawai rumah sakit terhadap seorang perawat dalam wabah COVID ini juga ikut berjuang dalam penanganan. Artinya penghormatan yang layak lah sebagai seorang yang telah berjuang," ujar Harif saat dihubungi detikcom pada Jumat (17/4/2020).
Harif kemudian menyinggung masyarakat yang sempat menolak pemakaman jenazah perawat. Karena menurutnya di tengah pandemi ini tenaga kesehatan seharusnya diberikan apresiasi karena berdiri di garda terdepan merawat pasien virus Corona.
"Menurut saya tidak ada alasan yang mendasar penolakan jenazah. Bukan hanya tenaga kesehatan tapi semua pasien COVID. Apalagi kita (perawat) yang semasa hidupnya berjuang menolong orang yang terinfeksi COVID," lanjutnya.
"Itu merupakan sesuatu yang tidak menunjukan apresiasi terhadap kinerja kita selama ini," tutupnya.
Remdesivir Diklaim Bisa Sembuhkan Pasien Corona Kurang dari Seminggu
Percobaan uji klinis obat remdesivir kepada para pasien virus COVID-19 menunjukkan hasil yang positif. Bahkan sebagian besar dari mereka diperbolehkan pulang setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.
Dikutip dari CNN, pasien yang menjalani uji klinis obat itu semuanya memiliki gejala pernapasan dan demam yang parah. Tetapi mereka diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit setelah kurang dari satu minggu menjalani perawatan.
"Berita terbaiknya adalah bahwa sebagian besar pasien kami sudah keluar dan ini luar biasa. Hingga kini hanya ada dua pasien yang meninggal," kata Dr Kathleen Mullane, seorang spesialis penyakit menular di University of Chicago yang juga memimpin uji klinis tersebut.
Hingga kini belum ada terapi yang disetujui untuk pengobatan pasien virus Corona. Tetapi National Institutes of Health (NIH) menyelenggarakan beberapa uji coba obat dan perawatan lain, di antaranya adalah remdesivir.
Remdesivir ini dikembangkan oleh salah satu perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat (AS) yaitu Gilead Sciences. Obat ini telah diuji pada penyakit Ebola dan menunjukkan sedikit hasil yang positif, tetapi beberapa penelitian lain yang dilakukan pada hewan menemukan bahwa remdesivir dapat mencegah dan mengobati penyakit yang terkait virus Corona seperti COVID-19, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengatakan remdesivir menunjukkan potensi dalam pengobatan pada pasien virus Corona.
Namun sayangnya uji coba ini tidak melakukan apa yang dikenal sebagai kelompok kontrol, sehingga akan sulit untuk mengatakan apakah obat tersebut benar-benar bisa membantu pasien untuk lebih cepat pulih atau tidak. Dalam kelompok kontrol, beberapa pasien tidak akan diberikan obat yang sedang diuji, sehingga dokter dapat menentukan apakah obat itu benar-benar mempengaruhi kondisi mereka atau tidak.