Jumat, 24 April 2020

Pasar Mulai Optimis, Rupiah Naik ke Rp15.400 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp15.400 per dolar AS pada Jumat (24/4) sore. Posisi tersebut Posisi ini menguat tipis 0,11 persen dari perdagangan Kamis (23/4) yang sebesar Rp15.415 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.553 per dolar AS atau menguat dari Kamis (23/4) yang sebesar Rp15.630 per dolar AS.

Sementara, mata uang Asia lainnya justru bergerak di zona merah. Tercatat, won Korea Selatan terkoreksi 0,49 persen, rupee India 0,5 persen, dan baht Thailand 0,3 persen.


Kemudian dolar Singapura melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia 0,1 persen, yen Jepang 0,04 persen, yuan China 0,21 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.



Hal yang sama terjadi pada mayoritas mata uang utama negara maju. Terpantau, euro Eropa minus 0,2 persen, poundsterling Inggris 0,25 persen, dolar Kanada 0,21 persen, dan franc Swiss 0,17 persen.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pasar kini sudah lebih optimistis memandang kasus penyebaran virus corona secara global, sehingga rupiah bertahan di teritori positif. Menurutnya, mayoritas investor tak lagi panik seperti bulan-bulan sebelumnya.

"Belakangan ini sentimen pasar memang sudah positif, dalam artian tidak negatif saat awal pandemi ini ada. Pasar tidak lagi panik seperti dulu," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com.

Kendati begitu, bukan berarti kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona benar-benar hilang. Ariston menyatakan pasar masih terus mencermati perkembangan dampak wabah tersebut terhadap perekonomian global.

"Kekhawatiran masih ada karena wabah belum teratasi dan penurunan ekonomi di depan mata. Tarik menarik sentimen ini yang menyebabkan rupiah bergerak seperti sekarang," pungkas Ariston.

PSBB Lebih Ketat dari Social Distancing, Ini Artinya

Dalam pencegahan penyebaran virus corona COVID-19 yang semakin tinggi di Indonesia, pemerintah saat ini telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka penanganan virus corona.
Oscar Primadi MPH, Sekjen Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) mengatakan PSBB bersifat lebih ketat daripada social distancing karena diikat oleh peraturan. Bukan lagi sekedar himbauan.

"Karena nilai dari PSBB itu lebih ketat dari social distancing. Sifatnya bukan lagi berupa himbauan melainkan adanya penguatan peraturan-peraturan kegiatan penduduk," jelas Oscar saat melakukan konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, pada Minggu (5/4/2020).

"Jadi ada yang boleh dilakukan, dan ada yang tidak boleh dilakukan, dan ada penegakan hukum tentunya oleh instansi berwenang, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku," lanjutnya.

Dengan terbitnya peraturan ini, nantinya petugas hukum dapat menindak tegas masyarakat yang tidak mematuhi peraturan tersebut. Dalam bab tiga pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar, pasal 13, meliputi peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum, pembatasan kegiatan sosial dan budaya, pembatasan moda transportasi, dan pembatasan kegiatan lainnya khusus terkait aspek pertahanan dan keamanan.

Oscar menegaskan nantinya PSBB bukan sesuatu yang melarang masyarakat dalam melakukan sesuatu, melainkan hanya pembatasan sosial berskala besar yang lebih mengutamakan keselamatan masyarakat.

"PSBB sekali lagi akan berdampak tentunya kepada hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat, jadi bukan sesuatu yang melarang, tetapi pembatasan, tentu semuanya masih bisa bergerak, tetapi pembatasan sosial berskala besar tersebut tentunya mengutamakan keselamatan masyarakat baik di tingkat nasional maupun daerah," tutupnya.

Peneliti Prancis Klaim Nikotin Bisa Jadi Obat Corona

Sebuah penelitian baru di Perancis mengungkapkan bahwa nikotin bisa melindungi orang dari infeksi virus corona. Namun sebuah uji lanjutan direncanakan untuk menguji apakah zat tersebut bisa digunakan untuk mencegah atau mengobati virus corona.

Temuan tersebut muncul setelah para peneliti di rumah sakit terkenal Paris memeriksa 343 pasien virus corona bersama dengan 139 orang yang terinfeksi corona dengan gejala ringan.

Mereka menemukan bahwa sejumlah kecil dari mereka merokok, dibandingkan dengan tingkat merokok sekitar 35 persen pada populasi umum Prancis.

"Di antara pasien-pasien ini, hanya lima persen adalah perokok," kata Zahir Amoura, rekan penulis studi dan seorang profesor penyakit dalam dikutip dari AFP.

Penelitian menggemakan temuan serupa yang diterbitkan dalam New England Journal of Medicine bulan lalu yang menunjukkan bahwa 12,6 persen dari 1.000 orang yang terinfeksi di Cina adalah perokok. Angka tersebut jauh lebih rendah daripada jumlah perokok reguler di populasi umum Cina, sekitar 26 persen, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Teorinya adalah bahwa nikotin dapat melekat pada reseptor sel, oleh karena itu menghalangi virus memasuki sel dan menyebar dalam tubuh, menurut ahli neurobiologi terkenal Jean-Pierre Changeux dari Institut Pasteur Prancis yang juga ikut menulis penelitian ini.

Para peneliti sedang menunggu persetujuan dari otoritas kesehatan di Perancis untuk melakukan uji klinis lebih lanjut.

Mereka berencana untuk menggunakan nikotin pada petugas kesehatan di rumah sakit Pitie-Salpetriere di Paris - di mana penelitian awal dilakukan - untuk melihat apakah itu melindungi mereka dari tertular virus.

Mereka juga telah menerapkan untuk menggunakan patch pada pasien yang dirawat di rumah sakit untuk melihat apakah itu membantu mengurangi gejala dan juga pada pasien perawatan intensif yang lebih serius, kata Amoura.

Para peneliti sedang menyelidiki apakah nikotin dapat membantu mencegah "badai sitokin", reaksi berlebihan yang cepat dari sistem kekebalan tubuh yang menurut para ilmuwan dapat memainkan peran kunci dalam kasus COVID-19 yang fatal.

"Kita tidak boleh melupakan efek berbahaya nikotin," kata Jerome Salomon, pejabat kesehatan Prancis.

"Mereka yang tidak merokok sama sekali tidak boleh menggunakan pengganti nikotin", yang menyebabkan efek samping dan kecanduan, katanya memperingatkan.

Tembakau adalah pembunuh nomor satu di Prancis, dengan perkiraan 75 ribu kematian per tahun terkait dengan merokok.

Pasar Mulai Optimis, Rupiah Naik ke Rp15.400 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp15.400 per dolar AS pada Jumat (24/4) sore. Posisi tersebut Posisi ini menguat tipis 0,11 persen dari perdagangan Kamis (23/4) yang sebesar Rp15.415 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp15.553 per dolar AS atau menguat dari Kamis (23/4) yang sebesar Rp15.630 per dolar AS.

Sementara, mata uang Asia lainnya justru bergerak di zona merah. Tercatat, won Korea Selatan terkoreksi 0,49 persen, rupee India 0,5 persen, dan baht Thailand 0,3 persen.


Kemudian dolar Singapura melemah 0,12 persen, ringgit Malaysia 0,1 persen, yen Jepang 0,04 persen, yuan China 0,21 persen, dan dolar Hong Kong 0,01 persen.



Hal yang sama terjadi pada mayoritas mata uang utama negara maju. Terpantau, euro Eropa minus 0,2 persen, poundsterling Inggris 0,25 persen, dolar Kanada 0,21 persen, dan franc Swiss 0,17 persen.

Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pasar kini sudah lebih optimistis memandang kasus penyebaran virus corona secara global, sehingga rupiah bertahan di teritori positif. Menurutnya, mayoritas investor tak lagi panik seperti bulan-bulan sebelumnya.

"Belakangan ini sentimen pasar memang sudah positif, dalam artian tidak negatif saat awal pandemi ini ada. Pasar tidak lagi panik seperti dulu," kata Ariston kepada CNNIndonesia.com.

Kendati begitu, bukan berarti kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona benar-benar hilang. Ariston menyatakan pasar masih terus mencermati perkembangan dampak wabah tersebut terhadap perekonomian global.

"Kekhawatiran masih ada karena wabah belum teratasi dan penurunan ekonomi di depan mata. Tarik menarik sentimen ini yang menyebabkan rupiah bergerak seperti sekarang," pungkas Ariston.