Kamis, 06 Agustus 2020

Alami Lonjakan Kasus Corona, Prancis Hadapi Ancaman Gelombang Kedua COVID-19

Para ilmuwan memprediksi Prancis mungkin akan dilanda gelombang kedua virus Corona COVID-19 tahun ini. Gelombang kedua ini diprediksi akan terjadi pada musim gugur sekitar bulan September, atau musim dingin di Desember 2020 ini.
Peringatan akan gelombang kedua muncul setelah angka kasus di negara tersebut semakin melonjak. Hal ini terjadi karena dicabutnya kebijakan lockdown demi memperbaiki perekonomian negara.

"Sangat mungkin bahwa kita akan mengalami gelombang epidemi kedua di musim gugur atau musim dingin ini," kata komite ilmiah Prancis yang dikutip dari Reuters, Rabu (5/8/2020).

Menurut komite ilmiah tersebut, jika masih banyak orang yang tidak mematuhi aturan menjaga jarak sosial itu bisa mempengaruhi terjadinya penyebaran virus Corona baru yang lebih banyak dalam waktu dekat, sehingga kasus semakin banyak terjadi.

Di negara tetangganya, Jerman, dokter di sana mengatakan bahwa pihaknya sudah menghadapi gelombang kedua pandemi. Ini terjadi karena masyarakat setempat mulai mengabaikan pedoman kesehatan. Salah satunya menjaga jarak sosial, sehingga menyia-nyiakan keberhasilannya dalam mengendalikan virus Corona seperti sebelumnya.

Saat ini, pemerintah Prancis sudah mulai memperketat aturan kebersihan publik di kota-kota yang ada di negara tersebut, seperti Lille, Nice, dan Toulouse. Pemerintah menganjurkan mereka untuk selalu menggunakan masker saat berada di pusat keramaian.

Prancis telah melaporkan sebanyak 3.376 kasus COVID-19 baru dalam 3 hari terakhir ini. Bahkan jumlah pasien COVID-19 yang harus mendapat perawatan intensif untuk menangani penyakit ini pun juga semakin meningkat.

"Sangat penting untuk terus menaati pedoman kesehatan untuk tidak mencium dan berjabat tangan. Tetap pakai masker, rajin cuci tangan atau gunakan hand sanitizer," kata Presiden Emmanuel Macron.

Ledakan di Lebanon Tewaskan Puluhan, Begini Kondisi RS Tangani Korban

 Kementerian Kesehatan Lebanon mengatakan setidaknya lebih dari 70 orang tewas akibat ledakan yang mengguncang Beirut. Ledakan 22.750 ton amonium nitrat di Beirut, Lebanon, tidak cuma menyisakan puluhan korban jiwa dan ribuan luka-luka, udara Beirut juga tercemar gas beracun nitrous oxide atau N2O.
"Setidaknya 78 orang telah meninggal dan 4.000 menderita luka-luka dalam ledakan dan kebakaran yang mengguncang Beirut pada hari Selasa," sebut Kementerian Kesehatan Lebanon, dikutip dari New York Times.

Jumlah korban disebut terus naik sepanjang hari. Banyak di antaranya yang dilaporkan luka-luka membanjiri antrian rumah sakit. Disebutkan, pencarian orang hilang pun sedang berlangsung dan cukup banyak terjadi.

Petugas kesehatan di Lebanon mengatakan bahwa setiap ambulans yang tersedia dari Lebanon Utara, Bekaa, dan Lebanon Selatan, sedang dikirim ke Beirut untuk membantu para korban.

Berikut 4 fakta dampak fasilitas kesehatan hingga pasien di RS akibat ledakan di Beirut, Lebanon.

Pasien di rumah sakit melebihi kapasitas
Rumah sakit dilaporkan begitu kewalahan sehingga di antara mereka ada yang terpaksa tidak menerima atau menangani korban yang yang terluka, termasuk Rumah Sakit Universitas Amerika. Pasien diangkut ke rumah sakit di luar Beirut karena korban rumah sakit di Beirut sudah melebihi kapasitas.

Meski begitu, Menteri Kesehatan Masyarakat Hamad Hassan mengumumkan bahwa kementeriannya akan menanggung biaya perawatan korban yang terluka di rumah sakit, lapor lantasional. Kepresidenan Lebanon mengatakan di Twitter, bahwa Presiden Michel Aoun telah menginstruksikan militer untuk membantu penanganan dampak dari peristiwa ini.

Beberapa faskes tutup, pasien dikirim ke RS lain
Rumah Sakit St. George di pusat Beirut, salah satu kota terbesar, dilaporkan memiliki kerusakan parah sehingga harus ditutup dan mengirim pasien ke tempat lain. Lusinan pasien dan pengunjung terluka oleh puing-puing yang jatuh dan serpihan kaca.

"Setiap lantai rumah sakit rusak. Aku tidak melihat ini bahkan selama perang. Ini bencana" kata Dr. Peter Noun, kepala hematologi dan onkologi anak.

Rumah sakit Bikhazi Medical Group dengan 60 tempat tidur merawat 500 pasien dalam beberapa jam setelah ledakan, meskipun mengalami kerusakan parah, kata Rima Azar, direktur rumah sakit dan pemilik bersama. Adapula seorang wanita yang sudah meninggal ketika dia dibawa masuk.

"Rumah sakit ini memiliki banyak kaca pecah, pintu masuk rumah sakit benar-benar hancur," kata Azar.

"Langit-langit penuh jatuh pada beberapa pasien di beberapa kamar. Tekanannya mengerikan. Kami mendengar ledakan, lalu semuanya bergetar," jelasnya.
https://kamumovie28.com/the-amazing-spider-man/

WHO Tak Bisa Pastikan Hewan Jadi Sumber Penularan Corona Pertama di Wuhan

Hingga kini, asal-usul virus Corona masih menjadi pertanyaan banyak orang termasuk para ilmuwan di dunia. Sebelumnya, kasus virus Corona COVID-19 sendiri pertama kali dilaporkan terjadi di Wuhan, China. Kala itu kasus Corona masih diidentifikasi sebagai 'wabah pneumonia misterius'.
Dikutip dari Xinhua, pakar senior atau kepala program kedaruratan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan Wuhan belum tentu menjadi tempat pertama kali virus Corona menyebar atau berpindah dari hewan ke manusia.

"Fakta bahwa ancaman virus Corona pertama kali merebak di Wuhan, tidak berarti bahwa di situlah penyakit tersebut berpindah dari hewan ke manusia," kata dr Michael Ryan, pakar darurat WHO, Senin (3/8/2020).

Michael Ryan mengatakan pada pengarahan rutin COVID-19, bahwa 'studi epidemiologi pengambilan data yang jauh lebih luas' harus dilakukan untuk memahami sepenuhnya hubungan antara kasus-kasus tersebut. Dia menekankan perlunya memulai studi pada kasus Corona yang dilaporkan pertama kali di manusia. Bertujuan untuk secara sistematis mencari sinyal pertama di mana hewan menjadi inang yang menyebarkan virus Corona ke manusia.

Tim ahli WHO melakukan perjalanan ke China dalam persiapan untuk misi internasional demi mengidentifikasi sumber zoonosis COVID-19, telah menyelesaikan misinya baru-baru ini, menurut pakar WHO. Studi selanjutnya akan didasarkan pada investigasi awal yang dilakukan oleh para ahli China di sekitar pasar makanan laut Wuhan.

Ryan juga mencatat bahwa WHO bergerak maju dengan menyetujui tim internasional, dan memastikan bahwa para ahli yang tepat akan tersedia untuk bekerja dengan rekan-rekan China. Demi merancang dan melaksanakan studi lebih lanjut.

Alami Lonjakan Kasus Corona, Prancis Hadapi Ancaman Gelombang Kedua COVID-19

Para ilmuwan memprediksi Prancis mungkin akan dilanda gelombang kedua virus Corona COVID-19 tahun ini. Gelombang kedua ini diprediksi akan terjadi pada musim gugur sekitar bulan September, atau musim dingin di Desember 2020 ini.
Peringatan akan gelombang kedua muncul setelah angka kasus di negara tersebut semakin melonjak. Hal ini terjadi karena dicabutnya kebijakan lockdown demi memperbaiki perekonomian negara.

"Sangat mungkin bahwa kita akan mengalami gelombang epidemi kedua di musim gugur atau musim dingin ini," kata komite ilmiah Prancis yang dikutip dari Reuters, Rabu (5/8/2020).

Menurut komite ilmiah tersebut, jika masih banyak orang yang tidak mematuhi aturan menjaga jarak sosial itu bisa mempengaruhi terjadinya penyebaran virus Corona baru yang lebih banyak dalam waktu dekat, sehingga kasus semakin banyak terjadi.

Di negara tetangganya, Jerman, dokter di sana mengatakan bahwa pihaknya sudah menghadapi gelombang kedua pandemi. Ini terjadi karena masyarakat setempat mulai mengabaikan pedoman kesehatan. Salah satunya menjaga jarak sosial, sehingga menyia-nyiakan keberhasilannya dalam mengendalikan virus Corona seperti sebelumnya.

Saat ini, pemerintah Prancis sudah mulai memperketat aturan kebersihan publik di kota-kota yang ada di negara tersebut, seperti Lille, Nice, dan Toulouse. Pemerintah menganjurkan mereka untuk selalu menggunakan masker saat berada di pusat keramaian.

Prancis telah melaporkan sebanyak 3.376 kasus COVID-19 baru dalam 3 hari terakhir ini. Bahkan jumlah pasien COVID-19 yang harus mendapat perawatan intensif untuk menangani penyakit ini pun juga semakin meningkat.

"Sangat penting untuk terus menaati pedoman kesehatan untuk tidak mencium dan berjabat tangan. Tetap pakai masker, rajin cuci tangan atau gunakan hand sanitizer," kata Presiden Emmanuel Macron.
https://kamumovie28.com/man-of-steel/