Senin, 31 Agustus 2020

Mutasi 10 Kali Lebih Menular Ada di Jakarta, Ini Sebabnya Corona Terus Bermutasi

 Mutasi virus Corona D614G yang disebut-sebut menular 10 kali lipat ditemukan di beberapa kota termasuk DKI Jakarta. Sebenarnya apa yang membuat virus Corona terus bermutasi?
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio menjelaskan beberapa alasan atau penyebab virus Corona terus bermutasi. Disebutkan, virus Corona termasuk RNA, bereplikasi atau memperbanyak diri secara acak.

"Virus corona itu memang virus RNA. Iya jadi mereka ketika bereplikasi itu secara acak, memang terus bermutasi untuk memperbaiki diri," ungkapnya saat dihubungi detikcom Senin (31/8/2020).

"Dan juga untuk menyesuaikan dengan lingkungan," lanjutnya.

Virus Corona COVID-19 disebutkan memiliki 7 clade. Tujuh di antaranya adalah S, V, L, G, GH, GR dan O. Jenis virus Corona yang telah di-sequence Eijkman sebelumnya masuk didominasi clade L.

"Yang di Indonesia sebagian besar saat ini dari 22 yang disubmit Eijkman, sebagian besar ada 10 itu masuk clade L," jelasnya.

"Ada beberapa yang belakangan ini sebagian masuk di kelompok Gh, atau Gr," lanjutnya.

Wajib Tahu! Ini Jenis Antiseptik yang Cepat Bunuh Virus

Masyarakat menggunakan disinfektan terutama dalam membunuh bakteri, virus ataupun kuman yang menempel di permukaan benda. Sementara untuk membunuh mikroorganisme yang menempel di tubuh, antiseptik seperti produk hand sanitizer atau sabun banyak digunakan.
Dilansir dari healthline, antiseptik merupakan sebuah senyawa yang digunakan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan mikroorganisme. Biasanya antiseptik yang paling sering digunakan adalah alkohol. Namun ternyata antiseptik lainnya yang dapat dengan cepat membunuh bakteri, kuman, maupun virus yaitu Chlorhexidine Digluconate atau CHG.

"Chlorhexidine gluconate (CHG) masuk dalam bahan aktif kebersihan tangan, bekerja dengan merusak dinding bakteri (bakterisidal). Karena tidak bersifat iritatif larutan ini seringkali digunakan untuk antiseptik tangan dan kulit daerah operasi," ujar Medical Manager Kalbe Consumer Health dr Helmin Agustina kepada detikHealth baru-baru ini.

Dikutip dari laman chlorine.americanchemistry, biasanya antiseptik ini digunakan untuk membersihkan luka atau untuk mencuci tangan saat dokter ingin memulai proses operasi. Efek antimikroba CHG memiliki spektrum yang lebih luas, sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri lebih lama.

dr Helmin mengatakan CHG juga efektif digunakan secara in vitro untuk membunuh enveloped virus seperti simplex virus, HIV, cytomegalovirus, influenza, dan RSV. CHG mempunyai kecepatan yang lebih baik dalam mereduksi bakteri dibandingkan alkohol, dan jika dikombinasikan dengan alkohol maka bisa memiliki efektivitas lebih tinggi dibanding hanya dengan alkohol saja.

"Kombinasi alkohol dan chlorhexidine digluconate bekerja dengan membunuh kuman berupa bakteri gram positif, bakteri gram negatif, mycobacteria, jamur, virus dengan cepat dan efektif," pungkas dr Helmin.

Nah, salah satu produk yang mengandung Chlorhexidine Digluconate untuk membunuh virus adalah Handy Clean. Handy Clean mengandung 70% alkohol dan Chlorhexidine Digluconate (CHG) 0,5%. Kombinasi Alkohol dan Chlorhexidine Digluconate bekerja membunuh kuman berupa bakteri gram positif , bakteri gram negatif, mycobacterium, jamur, virus dengan lebih cepat dan efektif, tanpa khawatir tangan menjadi kering.

Handy Clean aman untuk kulit sensitif, dengan formula ekstra, seperti Vitamin E, Aloe Vera, dan Lavender yang membantu kulit agar tetap lembab, dan halus. Produk ini juga tidak lengket dan aman digunakan oleh anak-anak. Aroma Lavender Handy Clean membuat tangan tetap wangi dalam waktu lama.
https://cinemamovie28.com/the-princess-switch-2/

Kasus Harian Corona RI Diprediksi Bisa Tembus 60 Ribu, Kapan Wabah Berakhir?

 Virus Corona di Indonesia masih meningkat setiap harinya. Kapan sebenarnya wabah Corona di Indonesia akan mencapai puncaknya?
Ahli epidemiologi, Pandu Riono menyebut puncak kasus virus Corona COVID-19 di Indonesia akan mencapai puncak hingga pertengahan 2021. Tingkat penularan Corona akan mulai melandai pada akhir 2021 hingga 2022.

Menurut Pandu, proyeksi tersebut memungkinkan jika penanganan Corona masih lambat seperti sekarang ini. Menurutnya, karena melihat kurva penyebaran sejak awal bulan Maret, belum ada tanda-tanda kurva akan melandai. Bahkan, pada Jumat (28/8/2020) kasus positif virus Corona harian kembali memecahkan rekor baru, bertambah 3.003 orang dalam 24 jam.

"Kecepatan penularan dilihat bertahap, dari beta statistik percepatan transmisi, wow kaget. Kalau tidak melakukan penanganan secara serius, kemungkinan akan terus sampai 2021, pertengahan atau awal semester pertama baru sampai puncaknya," ucapnya dalam diskusi daring Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi COVID-19, Sabtu (22/8/2020), dikutip dari CNN Indonesia.

Pandu mengatakan, jika penanganan pandemi tidak kunjung serius, ia khawatir pada titik puncak tahun depan, infeksi harian tertinggi dapat mencapai 60 ribu kasus.

Oleh karena itu, Pandu mendesak pemerintah untuk lebih agresif dalam mengendalikan penyebaran. Tidak perlu khawatir soal gelombang kedua, tapi fokus dulu pada penanganan penyebaran gelombang pertama yang hingga saat ini pun tak kunjung melandai.

"Banyak pemimpin menyebut waspada gelombang dua, padahal gelombang pertama saja belum selesai," lanjutnya.

Pandu menyarankan pemerintah untuk menggalakkan pembatasan sosial berbasis komunitas. Hal ini disebutkan Pandu akan lebih efektif dalam mengendalikan penyebaran, daripada mengucurkan dana bombastis yang tujuannya tak terukur.

"Lebih efektif kalau PSBB berbasis komunitas karena kekuatan kita ada di komunitas. Ketahanan sosial masyarakat jauh lebih besar nilainya dibandingkan uang pemerintah," pungkasnya dia.

Mutasi 10 Kali Lebih Menular Ada di Jakarta, Ini Sebabnya Corona Terus Bermutasi

 Mutasi virus Corona D614G yang disebut-sebut menular 10 kali lipat ditemukan di beberapa kota termasuk DKI Jakarta. Sebenarnya apa yang membuat virus Corona terus bermutasi?
Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio menjelaskan beberapa alasan atau penyebab virus Corona terus bermutasi. Disebutkan, virus Corona termasuk RNA, bereplikasi atau memperbanyak diri secara acak.

"Virus corona itu memang virus RNA. Iya jadi mereka ketika bereplikasi itu secara acak, memang terus bermutasi untuk memperbaiki diri," ungkapnya saat dihubungi detikcom Senin (31/8/2020).

"Dan juga untuk menyesuaikan dengan lingkungan," lanjutnya.

Virus Corona COVID-19 disebutkan memiliki 7 clade. Tujuh di antaranya adalah S, V, L, G, GH, GR dan O. Jenis virus Corona yang telah di-sequence Eijkman sebelumnya masuk didominasi clade L.

"Yang di Indonesia sebagian besar saat ini dari 22 yang disubmit Eijkman, sebagian besar ada 10 itu masuk clade L," jelasnya.

"Ada beberapa yang belakangan ini sebagian masuk di kelompok Gh, atau Gr," lanjutnya.
https://cinemamovie28.com/young-execution-2/