Selasa, 29 September 2020

Papua Nihil, Ini 5 Provinsi dengan Tambahan Kasus COVID-19 Tertinggi Hari Ini

 Berdasarkan data resmi dari Satgas Penanganan COVID-19 pada Selasa (29/9/2020), kasus baru Corona di Indonesia bertambah sebanyak 4.002 kasus, sehingga totalnya sudah mencapai 282.724 orang. Sementara itu akumulasi pasien sembuh 210.437, dan jumlah pasien yang meninggal sebanyak 10.601.

DKI Jakarta menjadi provinsi dengan penambahan kasus Corona baru tertinggi sebanyak 1.238 orang. Sementara posisi kedua masih ditempati Jawa Barat dengan 316 orang.


Berikut 5 provinsi dengan penambahan kasus Corona tertinggi per 29 September.


1. DKI Jakarta: 1.238 kasus


2. Jawa Barat: 316 kasus


3. Jawa Tengah: 275 kasus


4. Jawa Timur: 276 kasus


5. Sumatera Barat: 254 kasus


Hanya ada satu provinsi di Indonesia yang tidak ada kasus baru Corona per 29 September yakni Papua.

https://cinemamovie28.com/in-lawfully-yours/


Seluk-beluk Tanaman Porang: Manfaat, Harga, dan Budidaya


 Tanaman porang mencuri perhatian berkat kisah sukses Paidi seorang mantan pemulung. Paidi yang kini beralih jadi petani porang disebut mampu mengekspor tanaman umbi tersebut ke luar negeri seperti Jepang.

Dalam buku Tanaman Porang: Pengenalan, Budidaya, dan Pemanfaatannya dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2015, disebutkan, tanaman porang (Amorphophallus oncophyllus) adalah tanaman anggota famili Araceae yang secara umum dikenal dengan nama bunga bangkai karena bau bunganya yang tidak sedap.


Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal dengan nama iles-iles, iles kuning, acung atau acoan. Tanaman porang merupakan tanaman asli Indonesia dan sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat. Pada zaman penjajahan Jepang, masyarakat di sekitar hutan dipaksa untuk mencari porang untuk keperluan bahan pangan dan industri Jepang.


Tanaman PorangTanaman Porang Foto: Dok. Kementerian Pertanian

Manfaat tanaman Porang sejauh ini yakni pengolahan umbi segar menjadi bentuk chips, tepung porang (konjac flour) dan tepung glukomannan (konjac glucomannan).


Tepung porang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, di antaranya pangan fungsional, pakan ternak, pengikat air, bahan pengental, penggumpal atau pembentuk gel dan makanan diet rendah lemak dan kalori. Sebagai bahan pangan, tepung porang dapat diolah menjadi konnyaku (mirip tahu) dan shirataki (berbentuk mie) yang cukup terkenal di Jepang, China, dan Taiwan yang relatif mahal harganya.


Di Indonesia, beberapa penelitian pemanfaatan tepung porang juga telah dilakukan. Tepung porang dapat digunakan sebagai bahan campuran (komposit) dalam pembuatan beras tiruan. Demikian pula pada pembuatan mie instan, penambahan 1% tepung porang dapat meningkatkan kandungan protein, lemak, pati, serat dan pengembangan mie.


Sifat larutan tepung porang yang kental juga dapat dimanfaatkan sebagai penstabil es krim untuk memperbaiki teksturnya. Semakin tinggi konsentrasi tepung porang, semakin lama resistensi es krim terhadap pelelehan atau semakin sulit untuk meleleh.


Tepung porang juga dapat digunakan sebagai bahan pengenyal (gelling agent) sehingga berpeluang untuk menggantikan boraks yang berisiko terhadap kesehatan. Salah satunya adalah pada pembuatan tahu. Selain itu juga dapat digunakan sebagai bahan pengikat pada pembuatan sosis ayam yang dicampur dengan maizena sebagai bahan pengisi dengan proporsi 2% : 22%.

https://cinemamovie28.com/house-of-demons/

SARS Mewabah Lalu Lenyap Tak Berbekas, Mungkinkah Terjadi pada COVID-19?

 Sebelum virus Corona COVID-19 yang memicu pandemi ini muncul, patogen lainnya pun sudah pernah membuat kepanikan di dunia. Di awal tahun 2003, tepatnya pada musim dingin di China Timur, patogen tersebut menyebabkan sindrom pernapasan akut yang dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

Wabah SARS ini merupakan epidemi yang mematikan pertama yang disebabkan oleh virus Corona. Saat itu, virus SARS ini menjadi virus baru yang sangat menakutkan.


Sama seperti jenis virus Corona yang saat ini menyebar ke seluruh penjuru dunia, virus SARS ini membuat masyarakat menimbun masker, membatalkan perjalanan ke Asia, dan membuat tempat karantina besar untuk mengatasi penularan virus tersebut.


Namun delapan bulan kemudian, virus SARS yang beredar itu mulai bisa diatasi, hingga akhirnya punah. Hilangnya SARS itu dianggap sebagai satu tanggapan yang kuat dan luar biasa.


Virus COVID-19 lebih sulit diatasi dibandingkan SARS

Tetapi, saat virus Corona baru melanda, jalur virus ini dianggap jauh lebih sulit diatasi daripada SARS. Bahkan para ahli menganggap bahaya yang ditimbulkannya jauh lebih besar. Pada 9 Februari saja, jumlah kasus kematian akibat COVID-19 ini sudah melampaui SARS.


Pejabat dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan SARS menjadi ancaman kesehatan yang paling serius muncul dalam 20 tahun. SARS yang mirip penyakit pneumonia ini menewaskan sekitar 1 dari setiap 10 orang yang terinfeksi.


"Terjadi kepanikan yang sangat besar," kata direktur Pusat Kolaborasi WHO, Lawrence Gostin yang dikutip dari Los Angeles Times, Selasa (29/9/2020).


Pada akhirnya, wabah SARS yang melanda 29 negara ini bisa diatasi dengan melakukan pengujian, mengisolasi pasien, dan memeriksa para pendatang di bandara dan tempat lain, yang mungkin saja bisa menyebarkan virus. Caranya, jika ada orang yang sakit bisa dihentikan agar tidak menulari orang lain, hingga akhirnya virus itu mati.

https://cinemamovie28.com/project-almanac/


Namun, Gostin mengatakan strategi seperti ini lebih sulit dilakukan pada COVID-19 karena jumlah kasus yang lebih banyak. Di akhir pandemi SARS total orang yang terinfeksi sebanyak 8.000, sementara COVID-19 lebih dari 73.000 orang.


"Ini mempengaruhi ratusan ribu orang dan bisa terus bertambah di masa mendatang. Sangat sulit untuk menahannya. Ini adalah tantangan yang jauh lebih besar daripada SARS," jelas Gostin.


Dibandingkan dengan COVID-19, wabah SARS dianggap lebih mudah dihentikan dan risiko penularannya relatif rendah. Menurut pemimpin unit penyakit menular WHO, Dr David Heymann, penanganan wabah SARS ini menjadi kesuksesan terbesar di bidang kesehatan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir.


Para ilmuwan mengetahui bahwa SARS dan COVID-19 seperti sepupu yang memiliki kesamaan genetik sebesar 70 persen. Keduanya termasuk dalam keluarga virus Corona yang diketahui hanya menyebabkan flu biasa pada manusia.


Apa COVID-19 bisa hilang seperti SARS?

Seorang ahli mikrobiologi di Universitas Iowa yang mempelajari virus Corona, Dr Stanley Perlman mengatakan virus SARS bereplikasi jauh di dalam paru-paru manusia yang mungkin menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Tetapi, itu juga membuat virus tersebut lebih kecil kemungkinannya untuk menyebar daripada COVID-19.


Ia mengatakan, virus SARS tumbuh di hidung dan saluran pernapasan manusia, sehingga bisa lebih mudah menyebar lewat batuk dan bersin. Meskipun SARS mungkin tidak menular sampai mereka sakit, itu tidak berlaku untuk COVID-19.


Dr Perlman mengatakan bahwa ia tidak yakin pandemi COVID-19 yang ada saat ini bisa seperti SARS, yang hilang begitu saja. Jika tidak mereda, virus ini bisa saja muncul di musim-musim tertentu, seperti di musim dingin.


Peneliti kesehatan masyarakat di Universitas Falk College, Syracuse, Brittany Kmush, mengatakan COVID-19 menyebar lebih cepat dibandingkan SARS dan lebih sulit dikendalikan.


"Saya kira jika SARS memiliki karakteristik yang mirip dengan virus Corona baru ini, SARS pasti masih akan tetap menyebar," kata Kmush.

https://cinemamovie28.com/havenhurst/