Jumat, 15 Januari 2021

Tren Monitor Gaming CES 2021: HDMI 2.1 dan 4K/144fps

 Dari sekian banyak produk yang dirilis di CES 2021, ada satu lini produk yang punya kesamaan fitur antara satu merek dengan merek lain. Yaitu monitor.

Ya, hampir semua pabrikan yang merilis monitor di CES 2021 setidaknya mempunyai satu produk yang mempunyai port HDMI 2.1 dan mendukung resolusi 4K dengan frame rate di atas 120Hz, tepatnya 144Hz. Monitor dengan spesifikasi tersebut tentulah monitor yang ditujukan untuk keperluan gaming, tepatnya gaming di konsol.


HDMI 2.1 adalah satu fitur yang ada di PlayStation 5 (PS5) serta Xbox Series X untuk menampilkan game dengan resolusi 4K dan variable refresh rate, mencapai 120Hz. Port HDMI 2.1 ini bukan hal yang lazim ada di produk keluaran tahun lalu.


Namun kini, dengan dirilisnya dua konsol generasi baru, kebutuhan akan port HDMI 2.1 sepertinya sudah menjadi standar baru untuk perangkat monitor atau TV yang ditujukan -- atau salah satu peruntukannya -- untuk bermain game lewat konsol.


Mengapa konsol dan bukan PC? Karena untuk kebutuhan 4K/120Hz (bahkan 144Hz) di PC sebelumnya sudah bisa 'dilayani' oleh DisplayPort 1.4. Sementara untuk HDMI, bandwidth yang dibutuhkan untuk 4K/120Hz ini baru bisa disediakan oleh HDMI 2.1.


Jadi bisa diasumsikan kalau monitor-monitor baru yang memakai HDMI 2.1 ini memang ditujukan untuk keperluan bermain game di konsol.


Sebut saja Acer, LG, dan Asus, yang semuanya merilis monitor gaming dengan HDMI 2.1 dan panel 4K/144Hz. Acer jadi salah satu yang pertama merilis produk ini, yaitu Nitro XV28, sebuah monitor 28 inch 4K/144Hz dengan panel IPS dan mendukung FreeSync Premium.


Selain HDMI 2.1, ada juga DisplayPort, satu USB-C (65W), empat USB-A 3.0, dan sebuah USB-B. Oh ya, tampaknya port USB-C yang mendukung Power Delivery --setidaknya 65W -- ini juga menjadi tren baru, sejalan dengan semakin banyaknya laptop yang mempunyai port ini.


Lalu ada juga Asus, yang punya beberapa monitor dengan port HDMI 2.1. Seperti ROG Swift PG32UQ, monitor 32 inch 4K/144Hz dengan teknologi Display Stream Compression (DSC) untuk mengkompres stream data 4K tanpa adanya penurunan kualitas gambar.


Lalu ada ROG Strix XG43UQ, monitor dengan panel VA 4K/144Hz dan response time 1ms dan HDR1000. Monitor ini juga punya fitur DSC, FreeSync Premium Pro, variable refresh rate (VRR), dan auto low latency mode (AALM). Selain port HDMI 2.1, ada juga DisplayPort 1.4 dan dua HDMI 2.0.


Varian yang -- sepertinya -- lebih murah adalah TUF Gaming VG28UQL1A. Monitor IPS 28 inch 4K/144Hz dan response time 1ms. Monitor ini mendukung HDR400, lebih rendah dibanding XG43UQ, dan juga punya cakupan warna 90% DCI-P3.


Terakhir ada LG yang merilis tiga monitor gaming baru di CES 2021. Salah satu dari tiga monitor tersebut adalah 27GN950, yang merupakan monitor 27 inch 4K dengan panel Nano IPS yang mendukung refresh rate 144Hz, dan bisa ditingkatkan sampai 160Hz.

https://maymovie98.com/movies/ultraman-saga/


Kata AMD Soal Apple M1: Jadi Kesempatan untuk Berinovasi


Dalam sebuah sesi wawancara di CES 2021, CEO AMD Lisa Su berbicara soal system on a chip (SoC) Apple M1. Menurutnya, chip yang berbasis ARM ini menjadi kesempatan untuk berinovasi lebih banyak.

Dalam sesi wawancara tersebut, Ian Cutress dari AnandTech menyebut chip ARM diperkirakan bisa memberikan dorongan besar pada performa komputasi dalam beberapa tahun ke depan.


Menurutnya, arsitektur ini bakal merambah teritori yang sebelumnya dikuasai oleh para pembuat chip x86, seperti Intel dan AMD. Sebelumnya, ARM hanya dipakai secara khusus pada perangkat seperti server, namun kini mulai diperluas ke produk konsumen.


Contoh paling dekatnya adalah Apple M1, chip Apple Silicon yang sudah dipakai di sejumlah perangkat Mac baru. Ke depannya Apple pun bakal menggunakan chip ARM ini di semua perangkat Mac buatannya.


Hal ini seharusnya bakal berdampak pada hubungan AMD dengan Apple. Seperti diketahui, sebelumnya Apple memang tak memakai prosesor dari AMD untuk perangkat Mac, melainkan Intel.


Namun untuk beberapa tipe Mac, mereka menggunakan GPU yang dibuat oleh AMD, bukan Nvidia, demikian dikutip detikINET dari Apple Insider, Kamis (14/1/2021).


Hal ini pun kemudian dikomentari oleh Su, yang menurutnya selain menjadi kesempatan untuk berinovasi, sampai saat ini pun Apple masih terus bekerja sama dengan AMD sebagai partner pembuat chip grafis.


"M1 menunjukkan betapa besarnya kemampuan pemrosesan dan inovasi yang ada di pasar. Ini adalah kesempatan untuk berinovasi lebih lanjut, baik di hardware dan software," ujar Su di CES 2021.


"Dari sudut pandang kami, masih ada ruang untuk berinovasi di ranah PC -- kami punya banyak pilihan dan orang yang bisa menggunakan prosesor yang sama di berbagai kebutuhan. Kami memperkirakan adanya spesialisasi dalam beberapa tahun ke depan, dan Apple akan terus bekerja bersama kami sebagai rekan pembuat chip grafis," tambahnya.

https://maymovie98.com/movies/the-haunted-drum/

Kamis, 14 Januari 2021

Jadi Alasan Raffi Ahmad Copot Masker, Ini Risiko Penularan COVID-19 Saat Makan

 Artis sekaligus influencer Raffi Ahmad jadi sorotan karena disebut menghadiri pesta tanpa masker usai menerima vaksin Corona COVID-19. Raffi memberikan klarifikasi, minta maaf atas kelalaiannya dan berjanji akan berusaha lebih baik menaati protokol kesehatan.

Raffi menyebut saat itu sedang menghadiri acara yang diadakan di kediaman pribadi orang tua salah satu temannya. Ia melepas masker karena sedang makan, lalu berfoto.


"Kondisinya memang sebelum masuk rumahnya mengikuti protokoler. Tetapi pas di dalam kebetulan saya sedang makan, tidak pakai masker, dan ada yang foto," kata Raffi dalam video yang diunggah akun Instagram raffinagita1717 dan dikutip pada Kamis (14/1/2021).


Ahli menyebut ada beberapa titik lengah yang kadang tidak disadari oleh masyarakat rentan jadi pintu masuk infeksi COVID-19. Salah satunya adalah saat makan bersama dan berfoto tanpa pakai masker.


Kepala Dinas Kesehatan Boyolali, Ratri S Survivalina, pernah menjelaskan bahwa kegiatan makan bersama ini jadi pendorong tingginya kasus COVID-19 di keluarga dan tempat kerja.


"Karena pada waktu makan itu biasanya pada buka masker. Kemudian pada saat makan bersama di situ biasanya terjadi ngobrol ya dan itu ternyata disinyalir menjadi salah satu sumber penularan yang utama di klaster keluarga maupun di klaster tempat kerja," kata wanita yang akrab disapa Lina ini.


"Sehingga untuk mewaspadai penularan di klaster keluarga dan di tempat kerja ini sebaiknya untuk makan bersama itu mulai dihindari. Kalaupun memang tidak bisa dihindarkan itu posisinya supaya jangan berhadapan. Jadi makan bersama itu posisinya saling membelakangi, sehingga potensi penularan ini benar-benar bisa dihindarkan," imbaunya.

https://cinemamovie28.com/movies/children-of-men/


Jadi Gejala COVID-19 Khas, Berapa Lama Hilang Penciuman karena Corona?


 Hilang penciuman karena Corona atau anosmia jadi gejala COVID-19 paling khas. Berapa lama hilang penciuman karena Corona bertahan?

Meski berbeda-beda, pasien Corona umumnya baru sembuh dari anosmia di minggu kedua hingga minggu ketiga terpapar COVID-19.


18-21 hari

Dikutip dari CNN, studi baru di 18 rumah sakit Eropa meneliti gejala COVID-19 anosmia pada lebih dari 2.500 pasien. Ditemukan 86 persen di antara mereka pulih dari anosmia usai 18 hingga 21 hari terpapar COVID-19.


Namun, berapa lama hilang penciuman karena Corona berbeda-beda, ada yang berlangsung lebih lama di beberapa pasien Corona. Studi mencatat 5 persen lainnya bahkan mengalami gejala COVID-19 gangguan penciuman karena Corona selama enam bulan.


Berapa lama hilang penciuman karena Corona pada efek jangka panjang?

Gejala COVID-19 anosmia yang terjadi berbulan-bulan merupakan Long COVID atau efek jangka panjang hilang penciuman karena Corona, disebut parosmia. Namun, para ilmuwan belum bisa memastikan berapa lama hilang penciuman karena Corona terkait efek jangka panjang.


Sejauh ini, menurut mereka, pada gejala COVID-19 ringan, neuron sensorik perlahan mulai kembali dari waktu ke waktu.


"Beberapa pasien COVID-19 melaporkan setelah kemampuan indra penciuman mereka kembali, mereka mencium bau yang menyimpang (parosmia) dan bertahan selama berbulan-bulan," kata penulis studi Dr Andrew P Lane dari Fakultas Kedokteran Universitas John Hopkins.


"Gangguan bau jangka panjang COVID-19 ini tidak biasa, sehingga perlu dilakukan studi lebih lanjut," jelasnya.


Gejala COVID-19 anosmia termasuk tanda awal seseorang terpapar COVID-19. Gejala Corona ini kerap tak disadari karena sulit untuk membedakan gejala COVID-19 hilang penciuman karena Corona dan flu.


Penting untuk memperhatikan rentang waktu atau menghitung berapa lama hilang penciuman karena Corona bertahan. Pemantauan gejalaCOVID-19 lain seperti demam, batuk, hinggafatalnya sesak napas juga perlu diwaspadai.

https://cinemamovie28.com/movies/the-loft/