Rabu, 10 Februari 2021

Dirawat 10 Bulan Akibat COVID-19, Cerita Masa Kritis Pasien Ini Bikin Haru

 Tak seperti pasien Corona pada umumnya, pasien ini harus melawan COVID-19 hingga 10 bulan lamanya. Efek long COVID yang dirasakannya juga membuat dirinya kesulitan berjalan normal.

Adalah Jason Kelk, pasien asal Inggris yang mengaku paru-paru dan ginjalnya rusak parah akibat COVID-19. Ia harus dirawat intensif di rumah sakit sejak Maret tahun lalu.


Video haru dirinya viral, saat akhirnya bisa kembali berjalan normal usai sebelumnya kesulitan akibat efek long COVID. Para perawat di sana menyebut tak mengerti mengapa Jason bisa sampai sulit berjalan.


Padahal, saat pertama kali terpapar, dirinya hanya mengeluhkan gejala COVID-19 batuk terus menerus. Ia pun masih menjalani isolasi mandiri di rumah.


Namun, kondisi kian memburuk karena tiba-tiba ia merasa sangat sesak. Ia tak langsung dibawa ke RS, tetapi diberikan antibiotik.


Rupanya pemberian obat juga tak membuat dirinya membaik, hingga akhirnya sekeluarga menelepon ambulans untuk membawa Jason pergi ke RS terdekat.


Setelah dirawat cukup intensif di RS, ia tak mengalami perbaikan yang signifikan. Ia pun segera dipindahkan ke ruang ICU, melalui masa-masa kritis, menggunakan ventilator belasan jam, setiap hari karena kadar oksigennya yang rendah.


"Dia sampai pada titik bisa menggunakan ventilator setiap hari selama 16 jam," jelas salah satu perawat Jason, dikutip dari Mirror.


Bak keajaiban, perawat menyebut kondisinya berangsur baik hingga ia perlahan mengurangi masa waktu pemakaian ventilatornya. Bahkan, di akhir tahun, kesehatan mental Jason yang sempat terganggu, sudah kembali teratasi.


"Ini adalah momen luar biasa salah satu pasien Covid yang 'berjuang paling lama' di Inggris berjalan untuk pertama kalinya sejak Maret lalu," sebut perawat.


"Ketika saya berbicara tentang kemungkinan dia segera pulang, dia menjadi sangat bersemangat. Dia melakukannya dengan sangat baik," beber para nakes yang merawat.

https://nonton08.com/movies/alice-in-earnestland/


Pakar China Sebut COVID-19 Bisa Saja Tak dari Wuhan, Ini Alasannya


 Kepala tim ilmuwan Komisi Kesehatan Nasional China, Liang Wannian, mengatakan penularan COVID-19 kemungkinan berasal dari hewan yang terinfeksi kemudian menular ke manusia. Namun pihaknya mengatakan penularan awal COVID-19 kemungkinan tidak berasal dari Wuhan.

"Virus penyebab COVID-19 bisa jadi telah beredar di wilayah lain sebelum teridentifikasi di kota Wuhan di China Tengah, pada akhir 2019," kata Liang Wannian, dalam konferensi pers gabungan dengan WHO, dikutip dari Reuters.


Dia juga menyebut bisa saja virus Corona mungkin telah beredar di wilayah lain sebelum diidentifikasi di China.


Dalam kesempatan tersebut, Liang mengatakan bahwa timnya telah memeriksa data rumah sakit serta catatan pasien dan obat. Ia mengaku data tidak menunjukkan adanya penularan COVID-19 secara luas di Wuhan sebelum kasus pertama ditemukan pada Desember 2019.


Analisis catatan penyakit pernapasan yang dilaporkan di rumah sakit di Wuhan dan provinsi Hubei menunjukkan tidak ada peredaran SARS-COV-2, virus penyebab COVID-19, di Wuhan selama paruh akhir 2019.


"Tim juga telah meninjau penelitian yang tidak dipublikasikan dari berbagai negara yang menunjukkan virus itu beredar di negara lain beberapa minggu sebelum ditemukan di Wuhan," ujarnya.


Laporan dari tim Liang juga menyatakan pasar makanan laut Wuhan Huanan bertindak sebagai fokus penularan, tetapi penularan terjadi di tempat lain di Wuhan pada waktu yang sama.


"Tidak ada bukti yang menunjukkan bagaimana virus itu masuk ke pasar makanan laut Huanan," kata Liang.


Setelah studi lapangan selama berhari-hari di Wuhan, tim gabungan dari China dan WHO mempelajari empat hipotesis tentang asal usul Corona, termasuk penularan langsung dari hewan ke manusia, virus yang berpindah ke manusia melalui inang perantara, penularan terkait rute makanan beku, dan penularan terkait laboratorium.


"Untuk studi lebih lanjut, kami perlu melakukan lebih banyak survei terhadap hewan tertentu yang bisa menjadi reservoir virus, dan kelelawar, tidak hanya di China," ujar Pakar WHO Ben Embarak.

https://nonton08.com/movies/angel-is-dead/

Viral Aisha Wedding Promosikan Nikah Usia 12 Tahun, BKKBN: Menyesatkan!

  Baru-baru ini, wedding organizer Aisha Weddings viral di media sosial lantaran mengampanyekan pernikahan di usia 12 tahun. Selain dikecam warganet, aksi kampanye ini ditolak juga oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Melalui situsnya, Aisha Weddings mengharuskan wanita untuk menikah di menikah di usia 12 - 21 tahun. Menurutnya, menikah di usia dini adalah cara untuk wanita bisa menjadi berkenan bagi pria.


"Semua wanita muslim ingin bertaqwa dan taat kepada Allah SWT dan suaminya. Untuk berkenan di mata Allah dan suami, Anda harus menikah pada usia 12 - 21 tahun dan tidak lebih," tulis Aisha Weddings melalui situsnya.


Namun berdasarkan pantauan terakhir detikcom pada Rabu (10/2/2021) pukul 13.00, situs Aisha Weddings tidak lagi bisa diakses dengan keterangan "Sedang dalam perbaikan".


Ketua BKKBN dr Hasto Wardoyo, SpOG dengan tegas melarang aksi kampanye pernikahan di bawah umur sebagaimana yang dipromosikan Aisha Weddings. Di Indonesia, usia ideal wanita untuk menikah adalah minimal 21 tahun, sementara untuk pria minimal 25 tahun.


"Siapa saja tentu tidak boleh mempromosikan pernikahan muda karena sangat menyesatkan," ujar dr Hasto saat dihubungi detikcom, Rabu (10/2/2021).


dr Hasto menegaskan, pernikahan di bawah umur bisa berbahaya bagi kesehatan. Terlebih jika wanita hamil di usia yang masih terlalu muda. Bukan hanya berbahaya bagi tubuh ibu, tapi juga membahayakan kesehatan bayi.


"Banyak risiko akibat kawin dini yang sangat membahayakan baik bagi kesehatan bayi maupun ibu," imbuhnya.

https://nonton08.com/movies/you-are-my-vampire/


Dirawat 10 Bulan Akibat COVID-19, Cerita Masa Kritis Pasien Ini Bikin Haru


Tak seperti pasien Corona pada umumnya, pasien ini harus melawan COVID-19 hingga 10 bulan lamanya. Efek long COVID yang dirasakannya juga membuat dirinya kesulitan berjalan normal.

Adalah Jason Kelk, pasien asal Inggris yang mengaku paru-paru dan ginjalnya rusak parah akibat COVID-19. Ia harus dirawat intensif di rumah sakit sejak Maret tahun lalu.


Video haru dirinya viral, saat akhirnya bisa kembali berjalan normal usai sebelumnya kesulitan akibat efek long COVID. Para perawat di sana menyebut tak mengerti mengapa Jason bisa sampai sulit berjalan.


Padahal, saat pertama kali terpapar, dirinya hanya mengeluhkan gejala COVID-19 batuk terus menerus. Ia pun masih menjalani isolasi mandiri di rumah.


Namun, kondisi kian memburuk karena tiba-tiba ia merasa sangat sesak. Ia tak langsung dibawa ke RS, tetapi diberikan antibiotik.


Rupanya pemberian obat juga tak membuat dirinya membaik, hingga akhirnya sekeluarga menelepon ambulans untuk membawa Jason pergi ke RS terdekat.


Setelah dirawat cukup intensif di RS, ia tak mengalami perbaikan yang signifikan. Ia pun segera dipindahkan ke ruang ICU, melalui masa-masa kritis, menggunakan ventilator belasan jam, setiap hari karena kadar oksigennya yang rendah.


"Dia sampai pada titik bisa menggunakan ventilator setiap hari selama 16 jam," jelas salah satu perawat Jason, dikutip dari Mirror.


Bak keajaiban, perawat menyebut kondisinya berangsur baik hingga ia perlahan mengurangi masa waktu pemakaian ventilatornya. Bahkan, di akhir tahun, kesehatan mental Jason yang sempat terganggu, sudah kembali teratasi.


"Ini adalah momen luar biasa salah satu pasien Covid yang 'berjuang paling lama' di Inggris berjalan untuk pertama kalinya sejak Maret lalu," sebut perawat.


"Ketika saya berbicara tentang kemungkinan dia segera pulang, dia menjadi sangat bersemangat. Dia melakukannya dengan sangat baik," beber para nakes yang merawat.

https://nonton08.com/movies/summer-of-director-oh/