Piriformis syndrome mendadak viral usai heboh curhatan mahasiswi di TikTok mengeluhkan kondisi ini. Adalah Anisa, asal Makassar yang mengaku divonis mengidap piriformis syndrome lantaran terlalu lama duduk saat kuliah online, sampai 15 jam sehari.
"Pada sekitar bulan Juni saya sudah merasakan agak sakit pada saat duduk. Pertama rasa sakitnya itu muncul di bawah lutut, lama kelamaan saya merasa sakit pada saat saya duduk, di bagian bokong," kata Anisa, seorang mahasiswi di Makassar, saat dihubungi detikcom, Selasa (16/3/2021).
Meski mengidap piriformis syndrome, dirinya tetap harus melanjutkan kuliah online. Dokter yang menangani Anisa berpesan jika rasa sakit muncul, bisa dikompres dengan air hangat lebih dulu dan melakukan peregangan.
Dihubungi terpisah, dr Bobby Nelwan SpOT(K) dari RS Royal Progress Sunter Jakarta Utara menjelaskan ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah piriformis syndrome. Terlebih saat duduk dengan intensitas terlalu lama.
1. Menghindari alas duduk yang keras
Menurut dr Bobby, penting untuk selalu memastikan alat tempat duduk senyaman mungkin. Menghindari alas duduk berbahan keras demi meminimalisir kemungkinan tekanan pada saraf.
"Alasnya harus lembut supaya dia bisa mengurangi tekanan pada daerah piriformis sehingga sarafnya tidak tertekan," bebernya.
2. Batasi lama waktu duduk
Selain alas tempat duduk, batasan waktu duduk juga penting diperhatikan. Sebisa mungkin setelah duduk selama 20 menit, melakukan peregangan terlebih dahulu agar mencegah risiko terkena piriformis syndrome.
"Memperhatikan waktu nggak boleh dari 20 menit," kata dr Bobby.
Bagaimana cara membedakan nyeri karena piriformis syndrome?
dr Bobby menyebut nyeri karena piriformis syndrome intens terjadi di daerah bokong. Selalu muncul di daerah tersebut, hingga kemudian mulai menjalar ke daerah lain.
Perlu waspada jika intensitas nyeri di daerah bokong tak kunjung berhenti. Sekali lagi, segera melakukan peregangan dan memposisikan tubuh tidak dalam kondisi duduk agar piriformis tak terus tertekan.
"Di daerah bokong, nyeri daerah bokong, pegal di daerah bokong, nyerinya sampai ke paha," kata dr Bobby.
"Karena sifatnya dia saraf, kalau saraf itu sifatnya menjalar, nyerinya menjalar, nggak berhenti-berhenti, kalau dipakai duduk terus ya sakit terus," pungkasnya.
https://maymovie98.com/movies/jack-3/
Do's and Dont's Pasang Filler Agar Tak Jadi Korban Seperti Monica Indah
Model Monica Indah didiagnosis mengalami mastitis setelah menjalani penyuntikan filler payudara. Sejumlah dokter menyebut, filler memang tidak diperuntukkan pembesaran payudara.
Dokter spesialis kulit dari DNI Skin Centre dr I Gusti Nyoman Darmaputra, SpKK menjelaskan, filler umumnya digunakan untuk wajah seperti mengurangi garis senyum, mengisi area pipi, memancungkan hidung, memanjangkan dagu.
"Struktur pembuluh darah payudara kompleks, maka penyuntikan filler akan berpotensi menimbulkan efek samping. Beberapa efek sampingnya antara lain infeksi, dislokasi filler, degradasi filler," terangnya pada detikcom, Selasa (16/3/2021).
Menurut dr Darma, penyuntikan filler hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis bedah plastik atau dokter kulit berpengalaman. Pasalnya, prosedur yang 'ngasal' dan tidak steril bisa menimbulkan infeksi.
Untuk mengantisipasi risiko pasca penyuntikan filler, dr Darma memaparkan beberapa hal yang wajib diperhatikan jika ingin di-filler:
Baca dan diskusikan label pasien untuk pengisi spesifik yang diterima. Dokter Anda dapat memberikan informasi ini.
Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan tentang lokasi injeksi dan risiko dari prosedur di tiap lokasi injeksi.
Segera cari pertolongan medis jika pasien mengalami rasa sakit yang tidak biasa, perubahan penglihatan, kemerahan, bengkak, penampilan kulit putih, abut-abu atau biru di dekat tempat suntikkan, muncul tanda-tanda stroke (kesulitan berbicara, mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, kesulitan berjalan, pusing, kebingungan).
Periksa riwayat penyakit medis dan pengobatannya. Risiko memar lebih besar jika pasien mengalami gangguan perdarahan, hipertensi yang tidak terkontrol, atau saat menggunakan antikoagulan.
Sebaliknya, ada pula hal-hal yang perlu dihindari agar penyuntikan filler tak berujung bahaya:
Hindari membeli produk filler secara online karena produk berpotensi palsu dan tersertifikasi aman digunakan.
Cermati produk yang digunakan dan lisensi medis penyedia layanan filler. Penyuntikkan filler adalah prosedur medis, bukan perawatan kosmetik.
Hindari melakukan manipulasi pada area pasca tindakan seperti menggosok, menekan, menggaruk.
Hindari mengompres dengan air hangat atau panas pada area tindakan.
Hindari konsumsi alkohol pasca tindakan karena dapat menimbulkan pembengkakan pada area tindakan.
Hindari berolahraga selama 2 hari atau sampai pembengkakan mereda.