Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menyebut kasus aktif Corona DKI Jakarta menurun seiring dengan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro.
Kata Widyastuti, data Dinkes DKI menunjukkan penurunan signifikan kasus aktif COVID-19. Terlihat dari mulanya 7 Februari mencatat 23.869 kasus, menurun di 21 Februari dengan kasus aktif sebanyak 13.309.
"Laju kasus aktif yang nampak menurun ini juga disumbang oleh peningkatan kesembuhan pasien positif COVID-19, yang mana per tanggal 7 Februari 2021 sebesar 265.359 dengan persentase kesembuhan 90,3 persen, meningkat per 21 Februari 2021 sebesar 310.412 dengan persentase 94,5 persen dari persentase kesembuhan nasional yang berada pada 85 persen," jelas Widyastuti dalam keterangan tertulis, dikutip detikcom pada Selasa (23/2/2021).
Per Selasa kemarin, kasus aktif DKI Jakarta juga terus menurun, ada 12.065 kasus yang dilaporkan. Meski begitu, beberapa wilayah masih mencatatkan penambahan kasus aktif Corona di atas 100.
Berikut 25 kelurahan DKI Jakarta penyumbang kasus aktif Corona DKI Jakarta tertinggi.
Ciracas (Jakarta Timur): 119 kasus
Penggilingan (Jakarta Timur: 112 kasus
Kapuk (Jakarta Utara): 109 kasus
Sunter Jaya (Jakarta Utara): 104 kasus
Cibubur (Jakarta Timur): 101 kasus
Cipinang Muara (Jakarta Timur): 99 kasus
Klender (Jakarta Timur): 97 kasus
Cengkareng Timur (Jakarta Barat): 96 kasus
Lenteng Agung (Jakarta Selatan): 95 kasus
Duri Kosambi (Jakarta Barat): 93 kasus
Jagakarsa (Jakarta Selatan): 93 kasus
Halim Perdana Kusumah (Jakarta Timur): 89 kasus
Pulo Gebang (Jakarta Timur): 87 kasus
Sunter Agung (Jakarta Utara): 87 kasus
Pondok Bambu (Jakarta Timur): 86 kasus
Pondok Kelapa (Jakarta Timur): 85 kasus
Kayu Manis (Jakarta Timur): 84 kasus
Petukangan Utara (Jakarta Selatan): 83 kasus
Srengseng Sawah (Jakarta Selatan): 83 kasus
Kebon Jeruk (Jakarta Barat): 82 kasus
Duren Sawit (Jakarta Timur): 81 kasus
Gandaria Utara (Jakarta Selatan): 79 kasus
Pela Mampang (Jakarta Selatan): 77 kasus
Ragunan (Jakarta Selatan): 75 kasus
Bintaro (Jakarta Selatan): 74 kasus
https://nonton08.com/movies/kenapa-harus-bule/
D-dimer Ashanty Tinggi saat Kritis Akibat COVID-19, Apa Itu D-dimer?
Positif Corona, kondisi Ashanty disebut memburuk dan dibawa ke rumah sakit. Menurut penuturan sang suami, Anang Hermansyah, kondisi Ashanty memburuk lantaran mengidap autoimun.
"Autoimun ini yang bisa trigger macam-macam. Trigger dipaksa ke rumah sakit dicek darah d-dimer-nya tinggi kekentalan darahnya sangat kental. Kalau ini nutupin saluran-saluran di pernapasan ini yang nggak bisa dikendalikan," tutur Anang Hermansyah.
Pasien COVID-19 diketahui kerap diperiksa D-dimer-nya. Sebab, banyak pasien Corona yang mengalami pembekuan darah, salah satu pemicunya adalah reaksi imunitas.
Kondisi ini juga bisa memicu penggumpalan darah atau trombosis di vena dan pembuluh darah balik yang mengalir ke jantung. Tak hanya itu, bisa berakibat fatal jika ada penyumbatan pembuluh darah dari jantung ke paru-paru.
"Parameter untuk memeriksa apakah ada gumpalan darah inilah D-dimer itu," jelas ahli jantung dr Vito A Damay.
Penggumpalan darah pada pasien COVID-19 umumnya diatasi dengan menggunakan pengencer darah khusus seperti antikoagulan. Antikoagulan ini bisa melarutkan bekuan-bekuan darah berbahaya akibat peradangan saat terpapar COVID-19.
Namun, dr Vito menjelaskan kondisi pembekuan darah atau adanya penggumpalan tak bisa diatasi dengan hanya minum air putih yang banyak. Perlu penanganan khusus terkait kondisi tersebut.
"Yang jelas penggumpalan dan pembekuan darah pada kasus COVID-19 memang dapat mengakibatkan venous thromboembolism dan pulmonary embolism yang fatal, dan obatnya jelas bukan dengan minum air yang banyak," tegas dr Vito.