Rabu, 24 Februari 2021

Ditargetkan Kelar Februari, Kok Baru 53 Persen Nakes Dapat Dosis Kedua Vaksin?

  Vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan (nakes) sudah dimulai sejak awal Januari 2021 lalu. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan vaksinasi tersebut bisa selesai pada akhir Februari ini.

Namun, hingga Selasa (23/2/2021), nakes yang menerima vaksin dosis pertama baru mencapai 1.269.905 atau 86,46 persen dari sasaran nakes 1.468.764. Sementara penerima vaksin dosis kedua, baru mencapai 789.966 orang atau sekitar 53 persen.


Apa penyebabnya?

Menanggapi hal ini, juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan, ada beberapa alasan yang menyebabkan vaksinasi COVID-19 pada nakes belum selesai sampai saat ini.


"Ada beberapa hal yang membuat tenaga kesehatan belum semuanya dapat divaksin, bisa terkait mekanisme vaksinasi mulai dari registrasi, pelaksanaan, juga sosialisasi program vaksinasi yang targeted," kata Prof Wiku dalam konferensi pers yang disiarkan di YouTube BNPB, Selasa (23/2/2021).


Untuk mencapai target yang ditentukan, Prof Wiku meminta agar fasilitas kesehatan yang ada menjamin setiap nakes bisa divaksin sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Selain itu, ia juga mengingatkan para penyelenggara vaksinasi untuk memperhatikan setiap kendala yang ada di lapangan.


"Seperti kesulitan akses jarak fasilitas pelayanan kesehatan dari domisili peserta vaksinasi, serta pemberitahuan jadwal vaksin agar masyarakat yang mendapatkan giliran vaksin bisa mengikuti prosesnya dengan persiapan yang baik," jelasnya.

https://nonton08.com/movies/beyond-love-and-evil/


Curhat Pedagang Usai Satgas COVID-19 Soroti Bahaya Tali Masker


Satgas Penanganan COVID-19 menyoroti penggunaan tali masker yang belakangan marak digunakan. Tali masker ini banyak dipakai lantaran cukup membantu saat bingung di mana harus menyimpan masker kala makan atau aktivitas lainnya.

Menurut Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas COVID-19 Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting, SpP (K), saat memakai tali masker, bagian dalam masker berisiko terkena permukaan lain seperti baju hingga hijab. Artinya, masih ada risiko penularan COVID-19 dari sana.


"Kalau kita turunkan pakai pengait itu sampai ke bawah, itu akan kena ke hijab, ke baju. Jadi sebenarnya bagian dalam masker itu tidak boleh kontak dengan lain-lain kecuali dengan bagian tubuh," kata Brigjen TNI (Purn) dr Alexander K Ginting, SpP (K) dalam konferensi pers BNPB beberapa waktu lalu.


Penjual tali masker, Moko asal Yogyakarta, mengaku tak setuju terkait anjuran tersebut. Pasalnya, menurut Moko, tanpa tali masker, risiko bagian dalam terpapar atau kontak dengan permukaan lain pun tetap ada.


Justru, penggunaan tali masker malah meminimalisir penularan tersebut. Moko menegaskan tak hanya sebatas fashion saja.


"Penggunaan strap juga lebih efektif ketika kita berada di situasi, kita lagi makan. Masker akan selalu di dada kita, sehingga kita tidak meletakkan masker ke meja yang kita pun tidak tahu apakah meja tersebut sudah disemprot disinfektan atau belum sebelumnya," beber Moko saat dihubungi detikcom Rabu (24/2/2021).


Pria asal 30 tahun ini mengaku bisa menjual 150 tali masker dalam sehari. Meski ada anjuran tersebut, ia menyebut penjualan masih tetap stabil setiap harinya, malah terus meningkat karena banjir peminat.


"Sehari kalo untuk strap saja itu rata-rata di 150-an. Karena saya pribadi alhamdulillah ada relasi di perkantoran area Jogja, jadi sekali order bisa 1 kantor pada ikutan order gitu," sebutnya.


"300 ribu kak untung per harinya," lanjut Moko.


Tali masker yang dijual Moko hanya bermotif polos, tidak seperti tali masker manik-manik atau yang lainnya. Ia mengaku, ingin menjangkau pasar lebih luas dengan memilih menjual tali masker polos.


Berbeda dengan Moko, saat diwawancara terpisah, Nicko asal Jakarta menyebut tren penjualan tali masker mulai menurun. Tak seperti di awal September 2020 yang bisa menjual puluhan tali masker per harinya.

https://nonton08.com/movies/beyond-love/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar