Jumat, 05 Februari 2021

Guru Besar FKUI Desak Prioritaskan Nakes Lansia Dapat Vaksin COVID-19

 Tidak seperti banyak negara lain yang melakukan vaksinasi COVID-19, Indonesia tidak memprioritaskan kelompok lansia sebagai penerima pertama vaksin Corona padahal kelompok ini termasuk yang rentan terinfeksi COVID-19.

Kelompok prioritas penerima vaksin di Indonesia yakni tenaga kesehatan. Namun tak semua nakes bisa terima vaksin, termasuk mereka yang berusia 60 tahun ke atas.


Melihat persoalan ini, Prof dr Abdul Muthalib, SpPD-KHOM, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, meminta Kementerian Kesehatan untuk memprioritaskan nakes di atas 60 tahun untuk divaksin COVID-19.


"Mohon nakes yang masih bekerja meskipun umurnya 60 tahun ke atas diprioritaskan setelah nakes yang masih muda," kata Prof Muthalib di sela-sela agenda Webinar World Cancer Day 2021 Vaksin COVID-19 dan Kanker, Kamis (4/2/2021).


Menanggapi, juru bicara vaksinasi Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmidzi mengatakan usia di atas 60 tahun diperkirakan akan menjadi kelompok penerima vaksin ketiga setelah petugas pelayanan publik.


"Tetapi tentunya kami masih menunggu kajian dari Badan POM terkait aspek keamanan untuk bisa mendapatkan, misalnya apakah untuk saat ini kita menggunakan vaksin Sinovac apakah bisa diberikan secara aman di atas usia 60 tahun," ujarnya.


Saat ini Indonesia tengah menunggu kedatangan vaksin Corona yang dikembangkan AstraZeneca. Vaksin ini dinilai aman diberikan pada mereka yang berusia di atas 60 tahun.


Syarat penerima vaksin COVID-19 dari segi usia masih jadi pertimbangan dan bahan kajian. Kemenkes mengatakan menunggu masukan dari organisasi profesi tak hanya terkait usia, tetapi komorbid yang menyertai.


"Kami menunggu dari Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam, ahli imunologi untuk memberikan masukan terkait di atas usia 60 thn dengan beberapa komorbid," pungkas dr Nadia.

https://nonton08.com/movies/nineteen-shh-no-imagining/


Ini 5 Alasan Orang Bisa Tetap Kena COVID-19 Meski Sudah Divaksinasi


 Kejadian sejumlah orang dinyatakan positif COVID-19 usai beberapa hari disuntik vaksin Corona belakangan ini terjadi. Salah satunya dirasakan oleh Bupati Sleman Sri Purnomo.

Hal ini membuat sebagian masyarakat menjadi kebingungan, apakah vaksin Corona sebenarnya dapat memberikan perlindungan dari COVID-19?


Dikutip dari CNN, berikut 5 alasan mengapa seseorang bisa tetap terkena COVID-19 meski sudah disuntik vaksin Corona.


1. Antibodi tak langsung terbentuk

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS), perlu waktu beberapa hari hingga berminggu-minggu untuk antibodi yang terbuat dari vaksin Corona dapat terbentuk sempurna. Oleh karena itu, bisa saja orang terkena COVID-19 sebelum antibodi terbentuk.


"Butuh beberapa saat untuk tubuh mengembangkan respons kekebalan," kata Dr Robert Salata, direktur University Hospitals Roe Green Center for Travel Medicine & Global Health di Cleveland.


Salata pun memberikan contoh, misalnya, pada vaksin Corona buatan Pfizer baru efektif 52 persen mencegah penyakit setelah 14 hari diberikan dosis pertama.


2. Vaksin COVID-19 tak 100 persen efektif

Selanjutnya, seseorang tetap bisa terkena COVID-19 meski sudah divaksin, karena vaksin tidak sepenuhnya 100 persen efektif dalam mencegah penyakit.


Misalnya, vaksin Corona buatan Pfizer dan Moderna yang disebut memiliki tingkat efektivitas di atas 90 persen, namun tetap tidak dapat memberikan perlindungan sepenuhnya.


Pada hasil uji klinis fase 3, vaksin Pfizer efektif mencegah CoVID-19 setelah orang tersebut mendapatkan dua dosis vaksin.


Sementara itu, vaksin Moderna 94 persen efektif mencegah penyakit setelah orang-orang yang disuntik vaksin mendapatkan dosis kedua.


3. Vaksin mencegah keparahan sakit, tapi belum pasti bisa mencegah infeksi

Vaksin dapat mencegah keparahan penyakit COVID-19, namun masih belum jelas apakah vaksin juga bisa mencegah infeksi.


"Informasi yang kurang jelas adalah apakah vaksin dapat mencegah infeksi virus atau (tetap bisa terinfeksi) namun tanpa gejala," kata Dr William Schaffner, spesialis penyakit menular dan profesor pencegahan medis di Department of Health Policy, Vanderbilt University.


Senada dengan Schaffner, Namandje Bumpus, direktur departemen farmakologi dan ilmu molekuler di John Hopkins University juga mengatakan hal yang sama.


"Sejauh yang kami lihat, vaksin ini benar-benar bisa mencegah penyakit dan bahkan keparahan penyakit," ucap Bumpus.


"Namun, angka kemanjuran tidak menggambarkan keseluruhan efektivitasnya, karena Anda masih bisa terkena COVID-19. Namun, dengan semua indikasi yang muncul, kasus-kasusnya tidak begitu parah dibandingkan dengan orang yang tidak divaksinasi dan itu sangat penting," lanjutnya.


Oleh karena itu, orang yang sudah divaksin tetap perlu memakai masker. Pasalnya, mereka tetap bisa terkena COVID-19, namun mungkin tak bergejala dan bisa menularkan virus.

https://nonton08.com/movies/go-away-mr-tumor/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar