Senin, 24 Mei 2021

Kematian Corona 2,5 Kali Lebih Tinggi, Kemenkes Akui Ada Kasus Tak Terdeteksi

 Lembaga penelitian kesehatan global independen asal Washington University, Amerika Serikat, Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) mengestimasi angka kematian virus Corona di Indonesia 2,5 lipat dari angka resmi yang dirilis pemerintah.

IMHE memprediksi per 23 Mei kasus kumulatif kematian COVID-19 di Indonesia mencapai 123.225 kasus. Sementara laporan kasus kematian di Indonesia per 23 Mei dilaporkan 49.328 kasus.


Terkait temuan itu, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi mengakui ada kemungkinan kasus kematian pasien COVID-19 di Indonesia yang belum tercatat dan terdeteksi.


"Bisa saja, karena pertama testing kita 1/1.000 itu belum di seluruh kabupaten/kota, jadi bisa saja masih ada kasus yang tidak terdeteksi," katanya saat dihubungi detikcom, Senin (24/5/2021).


Selain itu dr Nadia juga mengatakan belum semua daerah memiliki laboratorium pemeriksaan PCR yang mudah diakses sehingga kasus menjadi tidak terdeteksi yang berdampak pada angka kematian yang tidak tercatat.


Meski demikian dr Nadia menegaskan saat ini pemerintah terus meningkatkan fokus pada strategi tes, telusur, dan tindak lanjut (3T).


"Kapasitas lab PCR juga belum semua ada di seluruh kab kota dan yang mudah di akses," paparnya.

https://nonton08.com/movies/the-scorpion-king-4-quest-for-power/


Vaksin AstraZeneca 66% Kurangi Gejala Kesakitan COVID-19 Varian Inggris


- Pelaksanaan program vaksinasi nasional yang bersamaan dengan temuan varian mutasi virus baru dari COVID-19 sempat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Kekhawatiran datang terkait efektivitas vaksin, terutama jenis vaksin Astrazeneca.

Adapun varian tersebut di antaranya varian B.1.1.7 atau dikenal sebagai varian Inggris, varian B.1.617.2 atau juga dikenal sebagai dengan varian India, dan varian B1.351 asal Afrika Selatan.


Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menegaskan bahwa penggunaan vaksin AstraZeneca membawa manfaat yang jauh lebih besar. Menurutnya, yang saat ini justru menjadi tantangan adalah mengenai ketersediaan vaksin.


"Dengan adanya lonjakan kasus membuat negara produsen vaksin ingin mengutamakan lebih dulu penggunaan vaksin untuk masyarakatnya sendiri," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (24/5/2021).


Di samping itu, dia juga menambahkan bahwa saat ini semua negara sama-sama tengah membutuhkan vaksin COVID-19. Oleh karenanya, vaksin dengan merek apapun memiliki manfaat yang sama.


Sementara itu, salah satu hasil studi terbaru yang dikeluarkan oleh Public Health England (PHE) pada 22 Mei lalu menyatakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 66% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.1.7 atau varian Inggris. Adapun satu dosis vaksin AstraZeneca 50% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.1.7 atau varian Inggris, setelah 3 minggu disuntikkan.


Penelitian yang dilakukan oleh PHE dalam rentang waktu dari 5 April hingga 16 Mei 2021 ini juga mengemukakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 60% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.617.2 atau varian India.


Terakhir, satu dosis vaksin AstraZeneca 33% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.617.2 atau varian India, setelah 3 minggu vaksin tersebut disuntikkan.

https://nonton08.com/movies/the-lustful-amazons/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar