Senin, 24 Mei 2021

Vaksin AstraZeneca 66% Kurangi Gejala Kesakitan COVID-19 Varian Inggris

 - Pelaksanaan program vaksinasi nasional yang bersamaan dengan temuan varian mutasi virus baru dari COVID-19 sempat menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Kekhawatiran datang terkait efektivitas vaksin, terutama jenis vaksin Astrazeneca.

Adapun varian tersebut di antaranya varian B.1.1.7 atau dikenal sebagai varian Inggris, varian B.1.617.2 atau juga dikenal sebagai dengan varian India, dan varian B1.351 asal Afrika Selatan.


Menanggapi hal tersebut, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid menegaskan bahwa penggunaan vaksin AstraZeneca membawa manfaat yang jauh lebih besar. Menurutnya, yang saat ini justru menjadi tantangan adalah mengenai ketersediaan vaksin.


"Dengan adanya lonjakan kasus membuat negara produsen vaksin ingin mengutamakan lebih dulu penggunaan vaksin untuk masyarakatnya sendiri," kata dia dalam keterangan tertulis, Senin (24/5/2021).


Di samping itu, dia juga menambahkan bahwa saat ini semua negara sama-sama tengah membutuhkan vaksin COVID-19. Oleh karenanya, vaksin dengan merek apapun memiliki manfaat yang sama.


Sementara itu, salah satu hasil studi terbaru yang dikeluarkan oleh Public Health England (PHE) pada 22 Mei lalu menyatakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 66% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.1.7 atau varian Inggris. Adapun satu dosis vaksin AstraZeneca 50% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.1.7 atau varian Inggris, setelah 3 minggu disuntikkan.


Penelitian yang dilakukan oleh PHE dalam rentang waktu dari 5 April hingga 16 Mei 2021 ini juga mengemukakan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 60% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.617.2 atau varian India.


Terakhir, satu dosis vaksin AstraZeneca 33% efektif mengurangi gejala kesakitan dari varian COVID-19 B.1.617.2 atau varian India, setelah 3 minggu vaksin tersebut disuntikkan.

https://nonton08.com/movies/wotakoi-love-is-hard-for-otaku/


Singapura Setujui Penggunaan Alat Deteksi Corona Lewat Napas, Mirip GeNose


 Otoritas Singapura telah menyetujui alat deteksi COVID-19 lewat napas yang bertujuan untuk menunjukkan apakah seseorang terinfeksi virus corona dalam waktu kurang dari satu menit.

Perusahaan Breathonix yang bekerja sama dengan National University of Singapore (NUS), mengatakan tengah berdiskusi dengan kementerian kesehatan untuk menjalankan uji coba penerapan teknologi di salah satu titik perbatasan negara kota dengan Malaysia.


Alat tes Corona dengan napas ini akan dilakukan bersamaan dengan tes cepat antigen COVID-19 wajib saat ini.


Dikutip dari Reuters, perusahaan mengklaim akurasi tes ini lebih dari 90 persen melalui hasil uji klinis yang dilakukan di Singapura.


Alat ini menggunakan corong sekali pakai dan dirancang untuk memastikan tidak ada kontaminasi silang. Setelah meniup alat tersebut, teknologi tersebut menilai senyawa kimia dari napas untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi atau tidak.


Meski begitu, penggunaan alat ini tidak ditujukan untuk keperluan diagnostik. Mereka yang positif dari skrining alat ini tetap harus menjalani tes PCR untuk mengkonfirmasi keberadaan virus.


Selain Singapura, Belanda dan Indonesia juga mengembangkan alat deteksi COVID-19 dengan embusan napas. Di Indonesia, alat deteksi COVID-19 dengan embusan napas atau GeNose telah dipakai di stasiun kereta, bandara, dan pelabuhan


Cara penggunaannya adalah dengan mengembuskan napas ke kantung sekali pakai untuk kemudian dianalisis oleh alat. Tapi yang menjadi imbauan penumpang harus puasa atau tidak merokok, makan dan minum setengah - satu jam sebelum keberangkatan.

https://nonton08.com/movies/lust-to-kill/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar