Kamis, 06 Mei 2021

Malaysia Darurat Corona, Pemerintah Lockdown 6 Distrik

  Beberapa waktu lalu Malaysia menetapkan status darurat Corona. Melonjaknya kasus COVID-19 di negara tersebut dalam waktu sebulan terakhir menjadi pertimbangan utama.

"Lonjakan kasus COVID-19 baru-baru ini antara lain disebabkan oleh kelelahan pandemi (pandemic fatigue)," kata Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah yang dikutip dari The Star, Rabu (5/5/2021).


Dikutip dari laman WHO, pandemic fatigue adalah kondisi yang dialami masyarakat yang memicu munculnya demotivasi untuk berbagai langkah perlindungan yang direkomendasikan.


Kondisi ini muncul secara bertahap yang bisa mempengaruhi emosi, pengalaman, dan persepsi. Akibatnya, banyak orang yang mulai mengabaikan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.


Selain pandemic fatigue dan longgarnya aturan protokol kesehatan, kata Noor, adanya temuan varian baru Corona juga menambah kekhawatiran dan membuat banyak rumah sakit kewalahan menangani pasien.


"Kapasitas rumah sakit negara juga sedang berjuang, dengan banyak rumah sakit Lembah Klang melaporkan lebih dari 70 persen tingkat penggunaan tempat tidur unit perawatan intensif (ICU)," lanjutnya.


Apa langkah pemerintah untuk mengatasinya?

Untuk mengatasi lonjakan kasus tersebut, pemerintah Malaysia memutuskan untuk memberlakukan lockdown di beberapa titik di wilayah Negara Bagian Selangor. Dalam penguncian ini, enam dari sembilan distrik di negara bagian yang mengelilingi Kuala Lumpur itu di-lockdown.


Dikutip dari Strait Times, hal ini menjadi tahapan untuk mengantisipasi awal mudik Lebaran 2021 dan menahan laju infeksi COVID-19 yang membahayakan fasilitas kesehatan di Malaysia. Ini diatur melalui mekanisme Perintah Kawalan Pergerakan (PKP).


Menurut Menteri Pertahanan Ismail Sabri Yaakob, enam distrik yang akan di-lockdown yaitu Petaling, Hulu Langat, Gombak, Klang, Kuala Langat dan Sepang. Larangan perjalanan untuk enam distrik ini ditujukan untuk menekan laju pertumbuhan infeksi COVID-19.

https://maymovie98.com/movies/true-and-false-monkey-king/


Kontraksi Palsu Vs Tanda Persalinan, Bagaimana Cara Membedakannya?


Terlalu banyak melakukan aktivitas saat masa kehamilan kerap kali membuat perut menjadi terasa kencang. Biasanya, kondisi ini menjadi pemicu kontraksi palsu atau Braxton Hicks, yakni kondisi perut kencang yang terjadi secara tidak teratur atau hilang timbul.

Kontraksi palsu tersebut umumnya mulai dirasakan pada usia kehamilan 20 minggu dan sering kali terjadi ketika ibu hamil kelelahan lantaran terlalu banyak melakukan aktivitas berat.


Penyebab lain yang bisa menyebabkan kondisi kontraksi palsu adalah ketika ibu hamil terlalu banyak berdiri. Saat kontraksi palsu terjadi, biasanya terjadi dalam waktu singkat dan bisa terasa setiap jam.


Selama kondisi tersebut muncul, ibu hamil juga biasanya akan merasakan bagian perut dari pinggang ke depan terasa kram. Pada usia kehamilan yang memasuki 34 minggu, kontraksi yang kencang dan tidak teratur ini bisa menjadi teratur.


Pada kondisi kontraksi menjadi teratur tersebut, ibu hamil akan mendapati bercak darah yang menjadi tanda persalinan. Namun, tidak semua ibu hamil mengalami kontraksi palsu. Angka kejadian kondisi tersebut biasanya ditemukan pada wanita yang sering beraktivitas selama hamil.

https://maymovie98.com/movies/the-sound-of-a-flower/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar