Sabtu, 16 Januari 2021

Hijrah ke Telegram, Migrasi Digital Terbesar Sepanjang Masa!

 Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, kembali angkat bicara soal melesatnya angka download layanannya itu secara signifikan. Bahkan pria kelahiran Rusia ini menyebutnya sebagai migrasi digital terbesar yang pernah terjadi selama ini.

"Sejak postingan terakhir saya, gelombang masif user baru yang sudah terjadi ke Telegram terus berakselerasi. Kita mungkin saja menyaksikan migrasi digital terbesar dalam sejarah manusia," tulis Durov di akun Telegram-nya.


Sejak kebijakan privasi baru di WhatsApp bikin cemas user, Telegram dan juga Signal memang ketiban berkah dengan jutaan user anyar bergabung memakai aplikasi mereka. Durov pun memanfaatkan momentum ini untuk terus mempromosikan Telegram.


Menurutnya baru-baru ini, dua presiden mulai membuka channel Telegram, yaitu Presiden Brasil yang beralamat di @jairbolsonarobrasil serta Presiden Turki di alamat @RTErdogan.


Menurut Durov, sebelumnya sudah ada cukup banyak kepala negara ada di Telegram. Misalnya Perdana Menteri Singapura, Presiden Perancis, Presiden Taiwan sampai Perdana Menteri Israel. Akun milik mereka telah terverifikasi.


"Kami merasa terhormat bahwa pemimpin politik, dan juga banyak organisasi publik, bergantung pada Telegram untuk melawan misinformasi dan menyebarkan kesadaran tentang isu-isu penting di masyarakat mereka," cetus Durov.


Sebelumnya, Durov menyampaikan saat ini aplikasi besutannya itu telah mencapai 500 juta pengguna aktif. Ia menyebut selama kurun waktu tiga hari sejak Minggu sampai Selasa 10-12 Januari, Telegram kedatangan 25 juta pengguna baru.


Durov menguraikan demografi pengguna baru Telegram, yakni 38% dari Asia, 27% dari Eropa, 21% dari Amerika Latin, dan 8% dari Timur Tengah dan Afrika Utara. Raihan itu bahkan diumumkan Telegram kepada para penggunanya yang bisa dilihat dari notifikasi untuk pengguna.

https://nonton08.com/movies/the-guys-from-paradise/


Afrika Selatan Juga Panggil WhatsApp Terkait Kebijakan Privasi


Tak hanya di Indonesia, kebijakan privasi terbaru WhatsApp juga menjadi perhatian regulator di negara lain. Regulator Informasi Afrika Selatan memanggil WhatsApp untuk membahas kebijakan privasi baru WhatsApp dan implikasinya bagi negara.

Regulator mengatakan telah melakukan kontak dengan Facebook Afrika Selatan tentang masalah ini, dan Facebook meresponsnya dengan menyediakan detail kebijakan privasi WhatsApp untuk dianalisis.


"Dalam hal kebijakan yang direvisi, tampaknya ada persyaratan layanan dan kebijakan privasi yang berbeda untuk pengguna di negara-negara Eropa dan di negara-negara non-Eropa," kata perwakilan regulator Afrika Selatan seperti dikutip dari Business Tech, Jumat (15/1/2021).


Regulator Afrika Selatan mengatakan akan menganalisis apakah persyaratan layanan dan kebijakan privasi WhatsApp memang berbeda dan apakah kebijakan privasi yang berlaku untuk pengguna di luar Eropa, termasuk pengguna Afrika Selatan sesuai dengan Protection of Personal Information Act (POPIA).


"Kami tetap berkomitmen untuk memastikan perlindungan informasi pribadi warga Afrika Selatan," katanya.


Untuk diketahui, ketentuan dan kebijakan privasi terbaru yang dirilis WhatsApp menuai pro dan kontra. Salah satu poin update yang menjadi perhatian adalah bagaimana praktek WhatsApp berbagi data dengan Facebook.


Kebijakan ini tentu akan membawa dampak yang signifikan untuk pengguna, terutama bagi pengguna yang khawatir tentang bagaimana data mereka digunakan. Pengguna harus menyetujui kebijakan ini jika masih ingin menggunakan WhatsApp setelah 8 Februari 2021.

https://nonton08.com/movies/just-one-of-the-guys/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar