Selasa, 19 Januari 2021

Termasuk Bijak Gunakan Gadget, Ini 5 Tips Parenting Syekh Ali Jaber

 Meski telah meninggal dunia, semua ilmu dan dakwah Syekh Ali Jaber semasa hidup akan selalu diingat dan dijalani jamaahnya. Syekh Ali Jaber dikenal anaknya sebagai sosok yang membanggakan dan sangat berbakti kepada kedua orang tuanya.

Ia pun kerap menyampaikan bagaimana tips parenting yang bagus dalam Islam. Pada Januari 2020 lalu, almarhum Syekh Ali Jaber menyampaikan dakwah serta pesan bagi orang tua muslim melalui kanal Youtube pribadinya.


Dalam video tersebut, ia berpesan agar jangan sampai anak tidak membutuhkan orang tuanya untuk menjadikan mereka tempat berkeluh kesah, apalagi sampai tak memedulikan ajaran agama.


"Kalau anak tidak bisa curhat sama orang tuanya, menurut saya orang tuanya tidak pantas jadi orang tua. Kalau anak enggak bisa merasa nyaman sama orang tuanya, berarti dia tidak bisa menjadi imam yang baik untuk anaknya," ucap Syekh Ali Jaber kala itu, seperti dikutip dari YouTube resminya.


Ia pun membagikan tips parenting dalam Islam yang menurutnya disesuaikan dengan kondisi saat ini, yaitu zaman ketika teknologi berkembang pesat serta godaan fitnah begitu besar. Berikut kiat-kiat parenting yang diberikannya:


1. Orang tua senantiasa menjadi tempat curhat bagi anaknya

Syekh Ali Jaber mengatakan bahwa orang tua seharusnya menjadi tempat curhat bagi anaknya. Jangan sampai terjadi anak yang takut untuk curhat, apalagi lebih percaya dengan orang lain.


"Kalau anak sudah ketakutan sama orang tuanya, wallahi dia akan curhat di luar. Bisa terbuka aib rumah di luar gara-gara cara kita di dalam rumah. Akhirnya apa? Jatuhnya di tangan orang yang buruk, orang yang jahat. Salah arahkan, akhirnya jadi anak kita yang tidak saleh," ujar Syekh Ali Jaber.


"Baru kita menyesal, kalau sudah mendengar perilaku-perilaku anak kita. Itu dosa siapa? Ya dosa kita, tetap tanggungjawab kita," lanjutnya.


Apa saja tips parenting ala Syekh Ali Jaber lainnya?


KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN SELANJUTNYA

https://movieon28.com/movies/matchless-mulan/


Teori 'Suntikan 90 Derajat' di Balik Hoax Vaksin Jokowi Harus Diulang


 Viral pesan berantai di media sosial yang menyebut suntikan vaksin COVID-19 yang diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak tepat dan harus diulang. Disebutkan bahwa vaksinator yang menyuntikkan dosis vaksin ke Jokowi tidak menerapkan aturan dasar 90 derajat sehingga dianggap vaksin tak langsung masuk ke jaringan otot.

Sebenarnya seperti apa sih proses penyuntikan vaksin itu?


Spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Karawaci dr Vito A Damay mengatakan secara teknis, vaksin harus disuntikkan ke jaringan otot atau intra muskular. Untuk mencapai jaringan otot, tipsnya adalah mengarahkan suntikan sampai berbentuk sudut 90 derajat.


Apabila suntikan terlalu datar, ditakutkan vaksin akan masuk ke dalam jaringan di bawah lapisan kulit di antara otot. Jaringan tersebut lebih longgar sehingga bisa menyebabkan infeksi.


"Tapi kenapa kemarin dibilang nggak apa-apa, kalau dilihat banget emang nggak 90 derajat banget sih ya tapi siapa sih yang hitung?" kata dr Vito saat ditanyai perihal proses suntikan vaksinasi Jokowi, Selasa (19/1/2021).


Ketika melakukan vaksinasi, vaksinator atau orang yang menyuntikkan vaksin, akan bisa memperhitungkan sendiri mereka telah menyuntik area jaringan otot.


"Suntikan 90 derajat itu teorinya agar jarum suntiknya masuk di antara otot. kalau misal vaksinatornya sudah liat, sudah tegangkan kulitnya, sudah regangkan kulitya, dia sudah pastikan suntikannya masuk ke dalam jaringan otot, itu sudah nggak apa2," jelasnya.


Terkait suntikan vaksin yang diterima Jokowi, dr Vito mengatakan masyarakat tak perlu membesar-besarkan hal tersebut. Orang yang menjadi vaksinator adalah seseorang yang sangat terlatih.


"Vaksinasi bukan barang baru di indonesia. Kita semua pernah divaksin, walau bukan vaksin COVID-19. Dokter yang kerja di puskesmas udh biasa vaksin, apalagi yang profesor pasti udah lebih lama," pungkasnya.

https://movieon28.com/movies/hua-mulan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar