Selasa, 19 Januari 2021

Teori 'Suntikan 90 Derajat' di Balik Hoax Vaksin Jokowi Harus Diulang

 Viral pesan berantai di media sosial yang menyebut suntikan vaksin COVID-19 yang diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak tepat dan harus diulang. Disebutkan bahwa vaksinator yang menyuntikkan dosis vaksin ke Jokowi tidak menerapkan aturan dasar 90 derajat sehingga dianggap vaksin tak langsung masuk ke jaringan otot.

Sebenarnya seperti apa sih proses penyuntikan vaksin itu?


Spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Karawaci dr Vito A Damay mengatakan secara teknis, vaksin harus disuntikkan ke jaringan otot atau intra muskular. Untuk mencapai jaringan otot, tipsnya adalah mengarahkan suntikan sampai berbentuk sudut 90 derajat.


Apabila suntikan terlalu datar, ditakutkan vaksin akan masuk ke dalam jaringan di bawah lapisan kulit di antara otot. Jaringan tersebut lebih longgar sehingga bisa menyebabkan infeksi.


"Tapi kenapa kemarin dibilang nggak apa-apa, kalau dilihat banget emang nggak 90 derajat banget sih ya tapi siapa sih yang hitung?" kata dr Vito saat ditanyai perihal proses suntikan vaksinasi Jokowi, Selasa (19/1/2021).


Ketika melakukan vaksinasi, vaksinator atau orang yang menyuntikkan vaksin, akan bisa memperhitungkan sendiri mereka telah menyuntik area jaringan otot.


"Suntikan 90 derajat itu teorinya agar jarum suntiknya masuk di antara otot. kalau misal vaksinatornya sudah liat, sudah tegangkan kulitnya, sudah regangkan kulitya, dia sudah pastikan suntikannya masuk ke dalam jaringan otot, itu sudah nggak apa2," jelasnya.


Terkait suntikan vaksin yang diterima Jokowi, dr Vito mengatakan masyarakat tak perlu membesar-besarkan hal tersebut. Orang yang menjadi vaksinator adalah seseorang yang sangat terlatih.


"Vaksinasi bukan barang baru di indonesia. Kita semua pernah divaksin, walau bukan vaksin COVID-19. Dokter yang kerja di puskesmas udh biasa vaksin, apalagi yang profesor pasti udah lebih lama," pungkasnya.

https://movieon28.com/movies/thor-ragnarok/


Penerima Vaksin Corona Tetap Bisa Tularkan COVID-19, Ini Alasannya


Program vaksinasi COVID-19 tengah berlangsung di Indonesia. Satu per satu calon penerima vaksin mulai disuntikkan vaksin Corona.

Pada prinsipnya, vaksin ini bertujuan untuk membuat kekebalan tubuh terhadap COVID-19. Namun, bukan berarti setelah divaksin, tubuh langsung bisa kebal dari infeksi virus Corona.


Oleh karena itu, masyarakat tetap diimbau untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak agar pencegahan COVID-19 menjadi lebih maksimal.


Pemberian vaksin Corona pun umumnya tidak cukup hanya dengan sekali suntikkan.


"Setelah dosis pertama, butuh waktu sekitar satu minggu agar tubuh dapat membentuk beberapa respons antibodi," kata ahli paru dari Cleveland, Amerika Serikat (AS), Dr Jafar Abunasser, dikutip dari situs Cleveland Clinic.


Abunasser menjelaskan, meski nantinya dosis kedua vaksin telah diberikan, ini tidak membuat kamu kebal sepenuhnya terhadap COVID-19.


"Vaksin memang memberikan perlindungan. Namun, meski kamu sudah mendapatkan dosis kedua, vaksin hanya memberi perlindungan sekitar 94 persen atau 95 persen," jelasnya.


Selanjutnya, kata Abunasser, terlepas dari kenyataan kita sudah memiliki kekebalan terhadap COVID-19, kita masih bisa terpapar Corona dan menjadi pasien tanpa gejala, sehingga tetap berisiko menyebarkan virus ke orang lain.


"Jadi kamu tidak bisa berasumsi bahwa karena telah divaksin, kamu dapat terlindungi dan tidak lagi menularkan virus ke orang lain," ujarnya.


Abunasser mengatakan, dalam uji klinis, vaksin Corona hanya terbukti bisa melindungi para penerima vaksin dari penyakit itu sendiri, yakni COVID-19.


"Namun, itu tidak berarti bahwa orang yang kebal tidak dapat membawa virus dan menularkannya ke orang lain jika terpapar," ucap Abunasser.


"Vaksinasi hanya meminimalisir kemungkinan untuk sakit atau mengalami gejala," tuturnya.

https://movieon28.com/movies/kung-fu-mulan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar