Selasa, 19 Januari 2021

Penerima Vaksin Corona Tetap Bisa Tularkan COVID-19, Ini Alasannya

 Program vaksinasi COVID-19 tengah berlangsung di Indonesia. Satu per satu calon penerima vaksin mulai disuntikkan vaksin Corona.

Pada prinsipnya, vaksin ini bertujuan untuk membuat kekebalan tubuh terhadap COVID-19. Namun, bukan berarti setelah divaksin, tubuh langsung bisa kebal dari infeksi virus Corona.


Oleh karena itu, masyarakat tetap diimbau untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak agar pencegahan COVID-19 menjadi lebih maksimal.


Pemberian vaksin Corona pun umumnya tidak cukup hanya dengan sekali suntikkan.


"Setelah dosis pertama, butuh waktu sekitar satu minggu agar tubuh dapat membentuk beberapa respons antibodi," kata ahli paru dari Cleveland, Amerika Serikat (AS), Dr Jafar Abunasser, dikutip dari situs Cleveland Clinic.


Abunasser menjelaskan, meski nantinya dosis kedua vaksin telah diberikan, ini tidak membuat kamu kebal sepenuhnya terhadap COVID-19.


"Vaksin memang memberikan perlindungan. Namun, meski kamu sudah mendapatkan dosis kedua, vaksin hanya memberi perlindungan sekitar 94 persen atau 95 persen," jelasnya.


Selanjutnya, kata Abunasser, terlepas dari kenyataan kita sudah memiliki kekebalan terhadap COVID-19, kita masih bisa terpapar Corona dan menjadi pasien tanpa gejala, sehingga tetap berisiko menyebarkan virus ke orang lain.


"Jadi kamu tidak bisa berasumsi bahwa karena telah divaksin, kamu dapat terlindungi dan tidak lagi menularkan virus ke orang lain," ujarnya.


Abunasser mengatakan, dalam uji klinis, vaksin Corona hanya terbukti bisa melindungi para penerima vaksin dari penyakit itu sendiri, yakni COVID-19.


"Namun, itu tidak berarti bahwa orang yang kebal tidak dapat membawa virus dan menularkannya ke orang lain jika terpapar," ucap Abunasser.


"Vaksinasi hanya meminimalisir kemungkinan untuk sakit atau mengalami gejala," tuturnya.

https://movieon28.com/movies/senior-couple-and-exchange-sex/


3 Orang Terinfeksi Varian Baru Corona Tak Ada Riwayat dari Inggris, Kok Bisa?


Kementerian Kesehatan Jepang mengungkapkan adanya kasus varian baru Corona Inggris di negaranya. Dokter di Jepang mengidentifikasi kasus tersebut pertama kali pada tiga warga Jepang yang tidak memiliki riwayat bepergian ke negara tersebut.

Ketiga orang tersebut berusia antara 20 hingga 60 tahun dan tinggal di Provinsi Shizouka, Tokyo. Menurut pihak kementerian, ketiganya pertama kali mengalami gejala COVID-19 pada awal Januari lalu.


Pihak berwenang kini tengah menyelidiki penyebab bagaimana ketiganya bisa terinfeksi varian baru Corona tersebut. Tetapi, sampai saat ini masih belum ada bukti bahwa varian dari Inggris itu sudah menyebar di Shizouka.


"Berdasarkan fakta yang ada, orang-orang yang terinfeksi itu tidak memiliki riwayat perjalanan (ke Inggris), kami berasumsi bahwa mereka terinfeksi di Jepang," jelas Takaji Wakita selaku Institut Penyakit Menular Nasional, yang dikutip dari Channel News Asia, Selasa (19/1/2021).


Sejauh ini Jepang telah mendeteksi sebanyak 45 kasus yang berkaitan dengan varian baru Corona yang teridentifikasi di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil. Mereka juga sudah memperluas keadaan darurat di wilayah Tokyo untuk menahan laju kasus COVID-19.


Perdana Menteri Yoshihide Suga berjanji akan berjuang menangani kasus virus Corona yang meningkat di negaranya dan memulihkan kehidupan normal 'secepat mungkin'.


"Untuk melindungi kehidupan dan kesehatan rakyat Jepang... Saya akan membuat situasi kembali normal secepat mungkin," katanya saat menyampaikan pidato pada Senin (18/1/2021) kemarin.

https://movieon28.com/movies/ragnarok-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar