Senin, 23 November 2020

Bahaya Air Putih pada Bayi 0-6 Bulan, Benarkah Merusak Ginjal hingga Otak?

  Di awal kelahiran bayi, para ibu berjuang untuk bisa memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif. Tujuannya agar kebutuhan nutrisi si kecil tercukupi. Selain itu, ASI merupakan satu-satunya sumber asupan makanan yang boleh diberikan pada bayi di awal kelahirannya.

Menurut para pakar, air susu ibu (ASI) pada bayi berusia 0 sampai 6 bulan sangat dianjurkan. Pemberiannya pun harus hati-hati karena sistem pencernaan anak belum sempurna.


Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi yang masih menyusui tidak memerlukan air tambahan. Sebab, ASI mengandung lebih dari 80 persen air dan menyediakan cairan yang dibutuhkan bayi.


Menurut dokter anak, Stephen R. Daniels, M.D., Ph.D., memberi air putih pada bayi di bawah 6 bulan bisa mengganggu kemampuan tubuhnya untuk menyerap nutrisi dalam ASI. Air putih juga dapat menyebabkan perut bayi terasa kenyang dan mengekang keinginannya untuk makan.


"Secara umum, bayi tidak boleh minum air putih sampai berusia sekitar 6 bulan. Sampai saat itu, dia mendapatkan semua hidrasi yang dibutuhkan dari ASI, bahkan dalam cuaca yang panas," kata Daniels, dikutip dari HaiBunda.


Pada kasus tertentu, bayi boleh diberikan air putih sesuai saran dokter. Contohnya, saat bayi terkena flu perut (gastroenteritis), dokter mungkin menyarankan pemberian cairan elektrolit, seperti Pedialyte atau Infalyte untuk mencegah dehidrasi.


Jadi bukan sembarangan memberi air putih, hanya karena takut si kecil kehausan atau khawatir ASI tidak mencukupi untuk kebutuhan si kecil. Bahkan, saat bayi menangis pun jangan beranggapan karena dia kehausan dan kekurangan ASI.


Apa saja dampak terburuk memberi air putih pada bayi di bawah 6 bulan? Klik halaman BERIKUT.

https://tendabiru21.net/movies/the-queen-of-black-magic/


2 Anak Mamah Dedeh Positif COVID-19, Waspadai Berbagai Pemicu Klaster Keluarga


Baru-baru ini, Mamah Dedeh dinyatakan positif COVID-19. Tak hanya dirinya, dua orang anaknya pun juga dikabarkan tertular virus Corona yang diketahui setelah seluruh keluarga Mamah Dedeh menjalani tes swab.

Hasilnya, kedua anaknya ini dinyatakan positif COVID-19. Kini mereka tengah melakukan isolasi di rumah sakit.


"Semua dirawat di rumah sakit. Anak-anaknya yang di rumah, makanya pada kasihan. Cucunya negatif semua," kata Nisa, menantu Mamah Dedeh via telepon, dikutip dari InsertLive.


Dokter spesialis paru sekaligus Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI), dr Erlang Samoedro, SpP(K) mengatakan klaster COVID-19 keluarga banyak muncul karena tingginya aktivitas di luar rumah. Sehingga tidak sadar jika membawa virus ke dalam rumah.


"Misalnya ibu bapaknya bekerja atau bepergian ke mana kemudian membawa masuk (virus Corona) ke dalam keluarga dan terjadi transmisi," kata dr Erlang dalam konferensi pers di Youtube BNPB beberapa waktu lalu.


Meskipun tinggal di dalam satu rumah, belum bisa menjamin bahwa bisa terhindar dari infeksi virus Corona COVID-19. Ada tiga hal yang diduga memicu timbulnya klaster keluarga yang dihimpun oleh Pandemic Talks, yaitu:


1. Membiarkan anak-anak bermain di lingkungan rumah, tanpa menerapkan protokol kesehatan yang kuat. Anak-anak bisa berperan sebagai carrier atau pembawa virus, sehingga kelompok ini juga rentan mengembangkan gejala serius COVID-19.


2. Kegiatan berkumpul bersama warga lain, seperti arisan, rapat warga, perayaan kegiatan agama, penyuluhan, atau olahraga bersama.


3. Liburan atau piknik ke daerah berisiko tinggi atau zona merah COVID-19.


Catatan: Artikel ini mengalami pemutakhiran penulisan narasumber dan tempat isolasi.

https://tendabiru21.net/movies/detective-conan-zero-the-enforcer/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar