Kamis, 26 November 2020

Studi Ungkap Rasa Mulut Seperti Ini Jadi Tanda Awal Infeksi COVID-19

 Gejala COVID-19 baru terus dilaporkan seiring dengan penambahan kasus Corona dunia yang sudah melampaui 50 juta kasus. Awalnya, gejala gangguan indra penciuman dan perasa jarang dilaporkan hingga kini menjadi gejala khas COVID-19.

Dikutip dari Express UK, 'metaliic taste' yang menetap di mulut kini disebut menjadi tanda infeksi COVID-19. Kondisi ini juga dikenal dengan parageusia, sejenis gangguan pengecapan yang membuat lidah salah rasa.


"Seorang wanita Afrika-Amerika berusia 59 tahun dibawa ke institusi kami dengan ambulans pada 29 Maret 2020, akibat sesak napas, kelelahan, dan kehilangan nafsu makan selama beberapa hari," jelas para peneliti.


"Sekitar seminggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai mengalami penurunan nafsu makan dan ketidaktertarikan pada makanan. Selama seminggu sebelum presentasinya, makanan yang biasanya dia nikmati terasa 'hambar dan metalik'," lanjut keterangan para peneliti.


Peneliti menemukan kaitan kondisi ini dengan gangguan penciuman yang berkembang sebelumnya, yaitu anosmia. Pasien COVID-19 yang mengalami gejala ini mengeluhkan hidung tersumbat atau gangguan lainnya pada hidung.


"Saat ditanyai lebih lanjut, dia juga mengakui kemampuan penciuman yang perlahan berkurang yang berkembang menjadi anosmia lengkap tanpa adanya hidung tersumbat atau gejala hidung lainnya," sebutnya.


Bagaimana cara mengatasi gejala COVID-19 ini?

National Health Service, layanan kesehatan Inggris menyebut 'metallic taste' ini bisa jadi disebabkan karena beberapa penyebab, tidak hanya terpapar COVID-19.


"Penyebab umum 'metallic taste' antara lain penyakit gusi, minum obat seperti antibiotik, pengobatan kanker atau masuk angin, infeksi sinus dan masalah saluran napas lainnya," jelas NHS.


Dikutip dari WebMD, kondisi ini umumnya hilang dengan sendirinya, tidak ada cara khusus untuk mengobati dan mencegah rasa 'metallic taste' yang muncul di mulut.

https://cinemamovie28.com/movies/crazy/


Masih Ada yang Menolak Tes Corona, Satgas COVID-19 Sebut 4 Kemungkinannya


Upaya Satgas COVID-19 menemukan kasus positif melalui tes Corona menghadapi penolakan di lapangan. Baru-baru ini, Habib Rizieq Shihab juga tidak bersedia dites oleh petugas, sebagaimana disampaikan FPI.

Tim Pakar Satgas COVID-19 Bidang Perubahan Perilaku, Turro Wongkaren, PhD, menjelaskan ada sejumlah alasan utama seseorang tidak mau dites Corona. Di antaranya adalah karena faktor ekonomi, stigma, dan kurangnya pemahaman terkait COVID-19.


Padahal menurut Turro, tes Corona diperlukan untuk menjaring kasus positif agar bisa dirawat atau menjalani isolasi. Seseorang yang kedapatan positif perlu diisolasi agar tidak menularkan virus ke orang lain.


"Kalau Anda dites, Anda bisa disebut sebagai pahlawan. Kalau orang nggak dites bisa jadi yang OTG itu kemudian menyebarkan penyakitnya ke banyak orang tanpa orang tahu," kata Turro dalam siaran pers BNPB melalui kanal YouTube Selasa (24/11/2020).


Beberapa alasan seseorang menolak tes Corona menurut Turro adalah sebagai berikut:


1. Takut tak bisa bekerja jika positif COVID-19

Turro menjelaskan, salah satu alasan masyarakat enggan untuk dites Corona adalah karena faktor ekonomi. Alasan ini biasanya ditemukan di kalangan masyarakat menengah ke bawah, yang takut tidak bisa bekerja dan mencari nafkah jika dinyatakan positif COVID-19.


"Bisa jadi dia nggak boleh masuk kantor, mungkin ini khususnya untuk mereka sosial-ekonomi di bawah, mereka jadinya nggak bisa dapat uang makan atau mereka nggak bisa kerja lalu keluarganya makan apa?" jelasnya.


2. Meragukan hasil testing

Turro menyebut, masih banyak warga yang merasa bingung dengan banyaknya jenis testing yang digunakan untuk COVID-19. Masing-masing jenis tes punya perbedaan, misalnya antara rapid test dan tes PCR swab.


"Rapid test kan ada macam-macam, ada yang dibilang 'oh ini udah kena lama tapi sudah sembuh', itu yang membuat masyarakat jadi agak ragu-ragu," ujarnya.


"Ditambah lagi memang ini sebenarnya bukan salah siapa-siapa, tetapi ini memang kenyataan hidup bahwa testing itu nggak 100 persen dan selalu ada false negatif atau false positif. Ini yang membuat sayangnya masyarakat (bingung), ini benar nggak sih?" tambahnya.


Banyaknya istilah-istilah dalam tes Corona, seperti positif atau reaktif COVID-19, menurut Turro, juga bisa menjadi alasan masyarakat enggan untuk dites. Bisa-bisa sakitnya bukan karena terinfeksi, tetapi pusing karena bingung mengartikan istilahnya.

https://cinemamovie28.com/movies/fast-furious/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar