Kamis, 26 November 2020

Banyak Pasien COVID-19 di Indonesia Merasa Sehat, Ternyata Sudah Happy Hypoxia

  Gejala Corona yang dialami pasien COVID-19 bisa berbeda-beda, dari ringan hingga berat. Di Indonesia sendiri jumlah pasien yang mengalami gejala berat hingga kritis pun tidak sedikit.

Menurut dokter sekaligus penyintas COVID-19 Twindy Rasati, jumlah proporsi pasien COVID-19 di Indonesia yang kritis jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal ini membuat mereka membutuhkan perawatan di ruang ICU dan ventilator agar bisa bertahan hidup.


"Ruang ICU dan alat pernapasan dibutuhkan hanya sesuai indikasi, memang tidak semua pasien jatuh ke kondisi critical state yang hingga ujung-ujungnya membutuhkan ventilator dan perawatan di ICU," kata Twindy dalam diskusi virtual Forum Merdeka Barat 9 di YouTube, Senin (23/11/2020).


"Tapi pasien-pasien yang critical state ini ternyata lumayan banyak kalau di bandingkan dengan prevalensi di negara-negara lain," tambahnya.


Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Twindy menjelaskan, masih banyak orang yang belum mengetahui dan memahami COVID-19, sehingga tak sedikit di antara mereka yang merasa sehat-sehat saja, tetapi sudah terkena happy hypoxia.


"Salah satunya mungkin karena tidak terdeteksi dari awal jadi ada banyak pasien yang merasa 'oh saya sehat-sehat saja' ternyata sudah timbul happy hypoxia terlebih dahulu di rumah," jelasnya.


"Saat dia masuk tujuannya langsung mencari ICU dan itu akan lebih susah dibandingkan pasien yang dari awal. Sudah kita lihat yang sudah kita terapi, yang kita usaha perbaiki kondisinya namun sadly jatuh ke kondisi yang lebih buruk," ujarnya.


Apa itu happy hypoxia?

Happy hypoxia bisa dialami pasien COVID-19 dan gejala ini bisa berisiko fatal, karena umumnya tidak disadari pasien. Menurut ahli paru dari RS Persahabatan, dr Erlang Samoedro, SpP, happy hypoxia adalah kondisi penurunan oksigen dalam darah yang tidak disadari pasien.


dr Erlang menjelaskan, kondisi ini bisa dialami pasien karena berkaitan dengan masalah paru-paru. "Penurunan oksigen di dalam darah tidak diikuti oleh rangsangannya, tidak sampai ke otak, jadi orangnya tidak sadar bahwa dia kadar oksigennya kurang," jelas dr Erlang beberapa waktu lalu.


Pasien yang mengalami happy hypoxia pada awalnya tidak merasa sesak. Namun, pasien dengan kondisi ini suatu saat bisa merasa sesak napas secara tiba-tiba dan berisiko fatal.

https://cinemamovie28.com/movies/mahasiswi-baru/


Diklaim 70 Persen Efektif, Ini Keunggulan Vaksin COVID-19 AstraZeneca


 Beberapa kandidat vaksin COVID-19 yang menjalani uji klinis tingkat tiga kini mulai melaporkan hasil. Vaksin dari Pfizer-BioNtech dilaporkan efektif cegah gejala sampai 95 persen, vaksin dari Moderna juga efektif sampai 95 persen, dan yang terbaru vaksin buatan Oxford-AstraZeneca dilaporkan rata-rata efektif sampai 70 persen.

Vaksin COVID-19 buatan Oxford-AstraZeneca menjadi perhatian karena efektivitasnya yang relatif lebih rendah daripada kandidat vaksin lain. Peneliti menjelaskan ini terjadi karena penggabungan data dari berbagai kelompok uji coba.


Dikutip dari The Guardian, peneliti melihat efektivitas sebetulnya bisa sampai 90 persen ketika vaksin diberikan dengan dosis lebih rendah pada suntikan pertama lalu dosis penuh di suntikan kedua. Sementara pada relawan yang diberikan dua suntikan dengan dosis penuh, efektivitas vaksin hanya mencapai 62 persen.


"Ya perjalanannya masih panjang sampai data-data ini benar-benar matang dan bisa dilaporkan secara keseluruhan," komentar ahli imunologi, Daniel Altmann, dari Imperial College London.


Meski demikian, vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca yang menggunakan platform vektor virus tetap menjadi harapan karena keunggulannya dibanding kandidat yang lain terutama yang berbasis mRNA seperti dikembangkan Pfizer dan Moderna. Harganya relatif terjangkau dan lebih mudah untuk didistribusikan.


Dikutip dari BBC, berikut perbandingannya:


1. Harga

Vaksin COVID-19 buatan Pfizer-BioNtech dilaporkan akan dijual dengan harga sekitar USD 20 atau Rp 280 ribu per dosis. Di lain sisi vaksin Moderna diperkirakan akan dijual dengan harga sekitar USD 37 atau Rp 518 ribu per dosis.


Sementara vaksin COVID-19 Oxford-AstraZeneca yang masuk dalam program COVAX oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) disebut akan dijual sekitar USD 3 atau Rp 43 ribu per dosis, khusus untuk negara berpenghasilan menengah ke bawah.

https://cinemamovie28.com/movies/laundry-show/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar